
Nusa Dua – Masih ingatkah Anda dengan Burhanuddin Abddullah? Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2003-2008 yang divonis 3 tahun penjara terkait kasus korupsi aliran dana BI senilai Rp 100 miliar. Kini Burhanuddin tidak lagi mendekam dalam jeruji besi. Sejak Maret 2010 dia telah dinyatakan bebas dan kini aktif sebagai Rektor di kampus Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin).
Saat kami bertemu dengannya di sela-sela acara pertemuan International Co-operative Alliance (ICA) Asia Pasifik di Bali, Burhanuddin menceritakan kisah hidupnya. Mulanya kami dari sekelompak wartawan dari obsessionnews, Media Indonesia, Antara, Kompas dan RRI ingin mewancaranya terkait usulan Indonesia tentang pengembangan koperasi pada sektor matirim dalam forum ICA.
Pria kelahiran Garut, 10 Juli 1947 ini mengumpamakan hidup seperti permainan Juggling. Ketika seseorang jatuh dalam jurang kesulitan namun dia masih bisa bangkit kembali asalkan punya keluarga, teman semangat serta kesehatan. Mengapa demikian.? Karena itulah yang bisa memotivasi kita sekalipun dalam situasi sulit.
“Ada lima bola yang dimainkan. Bola yang pertama itu pekerjaan. Ketika kita mainkan dalam perjalanan hidup bola itu bisa jatuh tapi tidak apa-apa karena itu bola karet. Jatuh bisa balik lagi. Tapi yang empat jangan sampai jatuh karena yang empat itu adalah teman, keluarga, semangat, sama kesehatan,” ujar Burhanuddin di Bali, Sabtu (20/9/2014).
Jatuh dan akhirnya bangkit lagi. Itulah yang dirasakan Burhanuddin. Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung dan Master of Arts in Economics College of Business, Michigan State University, Amerika Serikat itu pernah diangkat menjadi Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Gotong Royong. Namun saat KH Aburrahman Wahid (alm) dilengserkan, dia juga ikut lengser. Dan setelah menganggur selam dua tahun, pekerjaan yang ia lakukan adalah mengantarkan anaknya ke sekolah.
Baru di penghujung kepemimpinan Megawati Soekrnoputri, Burhanuddin aktif kembali di pemerintahan. Dia diangkat sebagai Gubernur BI menggantikan Syahril Sabirin. Dengan pengalaman asam garam seperti itulah, membuat Ketua Dewan Pakar Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu enjoy saat dihadapkan dengan persoalan hukum.
“Kemudian setelah itu masuk lagi ke dalam ruangan yang gelap. Banyak yang di dalam itu alami kehancuran mental, kalau saya rugi dong. Udah di dalam, kehancuran mental, rugi dua kali dong kita. Lebih baik kita nikmati saja,” katanya sambil tertawa kecil.
Baginya hidup adalah perjuangan. Harus survive, dan pantang menyerah. Setelah melewati masa-masa sulit itu, dia lalu memilih jalan hidup dengan mengabdi di kampus. Maka pada tahun 2011 dia resmi masuk sebagai Rektor Ikopin. “Nah itu mengobati saya, saya tidak peduli. Tapi itu mengobati saya. Saya harus survive jagan cengeng,” sebutnya.
“Menarik, hidup itu menarik. Kita perlu berkompetisi dalam hidup ini tapi tidak perlu bersaing,” tambah Burhanuddin diakhir kalimatnya. (Has)
\