
Gia
Jakarta – Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) memaparkan hingga bulan Juni tahun 2013, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami penurunan atau berkurang. Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perbarindo Joko Suyanto menjelaskan, semakin berkurangnya jumlah BPR tersebut menurutnya bukan terkait dengan bangkrutnya sebuah perbankan.
“Berkurangnya itu memang signifikan, tapi ini karena dimerger antar BPR. Waktu dulu itu di setiap kecamatan memang ada, kalau sekarang ini dimerger menjadi BPR tingkat Kabupaten. Begitu pula BPR Kabupaten yang menjadi Provinsi,” jelas Joko di Novotel Hotel (26/8).
“Berkurangnya itu memang signifikan, tapi ini karena dimerger antar BPR. Waktu dulu itu di setiap kecamatan memang ada, kalau sekarang ini dimerger menjadi BPR tingkat Kabupaten. Begitu pula BPR Kabupaten yang menjadi Provinsi,” jelas Joko di Novotel Hotel (26/8).
BPR yang berada di kawasan Jawa Timur misalnya terang Joko, merupakan gabungan dari beberapa BPR di setiap kabupaten dan juga kecamatan. “Melihat hal seperti ini, bukan berarti berkurangnya BPR-BPR ini mengalami kebangkrutan semua. Ya meskipun ada beberapa BPR yang memang izinnya dicabut oleh Bank Indonesia,” tandas Joko.
Menurut Joko hingga saat ini peluang di bidang bisnis BPR sendiri masihlah sangat menjanjikan. Karena, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas seiring dengan perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Pasalnya, BPR benar-benar menjalankan konsep perbankannya khususnya di sektor kreditnya.
Menurut Joko hingga saat ini peluang di bidang bisnis BPR sendiri masihlah sangat menjanjikan. Karena, Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas seiring dengan perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Pasalnya, BPR benar-benar menjalankan konsep perbankannya khususnya di sektor kreditnya.
“Kalau secara bisnis ini masih positif, UMKM itu masih sangat lebar peluangnya,” pungkas Joko.