Kamis, 28 September 23

Ketua DPRD Bangkalan, Lolos Kasus Ijazah Palsu, Masuk Kasus Suap

Ketua DPRD Bangkalan, Lolos Kasus Ijazah Palsu, Masuk Kasus Suap

Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Ketua DPRD Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Fuad Amin Imron di rumahnya di Bangkalan, Selasa (2/12/2014) dini hari. Fuad ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penerimaan suap terkait jual beli gas alam untuk pembangkit listrik di Gresik dan Gilir Timur, Bangkalan. Penangkapan Fuad oleh KPK itu sungguh mengejutkan, karena ia dikenal sebagai orang kuat dan tidak pernah tersentuh hukum. Fuad yang pernah menjadi Bupati Bangkalan selama dua periode, yakni 2003-2008 dan 2008-2013, juga adalah ulama yang berpengaruh di kabupaten yang terletak di ujung paling barat Pulau Madura itu. Siapa sebenarnya Fuad?

Fuad dilahirkan di Bangkalan tahun 1948 dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya, almarhum KH Amin Imron adalah politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan anggota DPR pada era Orde Baru. Amin Imron cucu KH Syaikhona Kholil, ulama kharismatik yang pernah menimba ilmu di Mekah selama belasan tahun. KH Syaikhona Kholil seangkatan dengan KH Hasyim Asy’ari, salah seorang pendiri NU. KH Syaikhona Kholil melahirkan banyak ulama besar. Dengan demikian Fuad adalah cicit KH Syaikhona Kholil.

Dia mengikuti jejak orang tuanya yang gemar berorganisasi. Fuad mengawali kiprahnya di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), lalu menjadi Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)/Kesatuan Aksi Pelajar dan Pelajar Indonesia (KAPPI) Bangkalan tahun 1966-1967. Saat aktif di KAMI/KAPPI Fuad bersama pelajar, mahasiswa, dan pemuda menuntut pembubaran PKI. Selanjutnya Fuad aktif di Gerakan Pemuda Ansor Bangkalan (1969-1972) dan pengurus Pimpinan Cabang (PC) NU Bangkalan. Selain itu ia juga bergabung dalam wadah Badan Silaturrahmi Ulama Madura (BASRA) pada tahun 1990-an.

Sementara itu aktivitasnya di bidang politik diawali dengan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP Bangkalan tahun 1996-1998. Setelah Presiden Soeharto terjungkal dari kursi kekuasaannya tanggal 21 Mei 1998, terjadi reformasi di bidang politik dengan bermunculan parpol-parpol baru. Salah satu di antaranya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan tokoh-tokoh NU. Fuad pinda ke PKB dan menduduki posisi Wakil Ketua DPW PKB Jawa Timur periode 1998-2000. Selanjutnya tahun 2007 terpilih menjadi Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jawa Timur.

Melalui kendaraan PKB pada Pemilu 1999 Fuad menjadi anggota DPR periode 1999-2004. Sayangnya, kiprahnya di Senayan (sebutan untuk gedung DPR/MPR yang berlokasi di Senayan, Jakarta Pusat) itu tidak menarik perhatian pers. Sebagai wakil rakyat Fuad memang tidak populer. Sementara banyak rekannya sesama anggota Fraksi PKB DPR yang melejit popularitasnya, antara lain Matori Abdul Djalil, Muhaimin Iskandar, Ali Masykur Musa, dan Effendi Choirie.

Menjelang berakhir masa jabatannya di DPR, Fuad mencalonkan diri menjadi Bupati Bangkalan pada tahun 2003. Dan ia berhasil menjadi orang nomor satu di Bangkalan pada periode 2003-2008. Prestasi itu diulanginya kembali pada pilkada Bangkalan tahun 2008. Fuad untuk kedua kalinya memimpin Bangkalan pada periode 2008-2013. Ia kemudian menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada anaknya, Makmun Ibnu Fuad. Makmun dilantik menjadi Bupati Bangkalan tanggal 4 Maret 2013 di saat usianya 26 tahun 4 bulan, dan Museum Rekor Indonesia (MURI) menetapkannya sebagai bupati termuda di Indonesia.

Tahun 2008 terjadi perpecahan di tubuh PKB. PKB terbelah menjadi PKB pimpinan Muhaimin Iskandar dan PKB pimpinan Ali Masykur Musa yang didukung KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Pemerintah hanya mengakui PKB Muhaimin Iskandar, dan partai inilah yang berhak menjadi peserta Pemilu 2009. Fuad yang loyal pada Gus Dur merasa kecewa pada pemerintah yang mengakui PKB Muhaimin. Ia lalu meninggalkan PKB dan bergabung dengan Gerinda, serta menjabat ketua DPC Gerindra Bangkalan. Pada Pemilu 2014 Fuad terpilih menjadi anggota DPRD Bangkalan, serta memenangkan Gerindra di Bangkalan. Dia pun diangkat menjadi Ketua DPRD Bangkalan periode 2014-2019.

Nah, di saat menjabat Ketua DPRD itulah Fuad diciduk oleh KPK. Fuad resmi menjadi tersangka dan ditahan dalam kasus penerimaan suap terkait jual beli gas alam untuk pembangkit listrik di Gresik dan Gilir Timur yang dilakukan sejak 2007 saat menjadi Bupati Bangkalan. Ditangkapnya Fuad oleh KPK membuat lawan-lawan politiknya bersorak kegirangan dan memuji KPK. Bahkan ada seorang tokoh LSM yang menunaikan nazarnya dengan menyembelih sapi di Bangkalan.

Sebelum ditangkap KPK, Fuad Amin Imron seolah-olah tidak bisa disentuh hukum. Pasalnya ia sering diadukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atas dugaan penggunaan ijazah palsu kepada pihak kepolisian. Terpilihnya Fuad menjadi Bupati Bangkalan pada tahun 2003 memicu protes dari warga Madura yang tergabung dalam LSM Masyarakat Bangkalan Anti Pembodohan. Sebab, Fuad dituding menggunakan ijazah palsu saat bertarung dalam Pilkada Bangkalan itu. Namun, protes itu sia-sia karena Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menghentikan penyidikan masalah ini. Isu yang sama kembali disuarakan sebagian warga Madura ketika Fuad mencalonkan kembali sebagai Bupati Bangkalan tahun 2008. Tetapi, masalah ini tak mampu menjegal langkah Fuad.

Selain masalah ijazah palsu, Fuad juga dituduh oleh LSM Gerakan Muda Madura (Gemura) sering melakukan korupsi saat menjabat Bupati Bangkalan. Fuad dituding melakukan korupsi terhadap dana pengungsi korban konflik antarsuku di Sampit, Kalimantan Tengah, berbagai pengadaan barang perjalanan dinas, dan lain sebagainya. Namun, tidak ada kejelasan dalam penanganan kasus itu, dan bahkan kasus itu seolah terbengkalai hingga jabatan Fuad selesai tahun 2013.

Isterinya Lebih dari Seorang
Fuad dikenal memiliki karakter keras. Ia tidak tinggal diam begitu saja diserang oleh LSM dan lawan-lawan politiknya. Bahkan ia menantang carok kepada para penentangnya. Carok adalah duel satu lawan satu menggunakan celurit, senjata khas Madura. Tantangan carok antara lain dikemukakannya ketika terjadi demonstrasi besar-besaran di KPUD Bangkalan yang meminta Pilkada Bangkalan ditunda, Desember 2012. Fuad keberatan Pilkada ditunda, karena ia berkepentingan anaknya dapat mengikuti Pilkada sesuai jadwal yang ditetapkan.

Di samping berwatak keras Fuad juga memiliki rasa humor. Ia sering guyon dengan para wartawan dan anak-anak muda. Kebanyakan guyonannya seputar wanita. Seringkali Fuad menganjurkan agar orang-orang itu mempunyai isteri lebih dari seorang. Fuad memberikan contoh dirinya sendiri yang memiliki isteri lebih dari seorang. Namun, dia enggan menjelaskan berapa jumlah isterinya. Dia berseloroh banyak isteri bisa bikin awet muda.

Pada Pilkada Bangkalan tahun 2013 Fuad sebenarnya ingin mengajukan isteri mudanya, namun dia khawatir kalah. Sayangnya, Fuad enggan menjelaskan siapa yang dimaksud isteri mudanya itu. Akhirnya Fuad mengajukan anaknya, Makmun Ibnu Fuad, yang ternyata berhasil memenangkan pilkada.

Di Bangkalan sehari-harinya Fuad didampingi isterinya, Siti Masnuri Fuad. Usia sang isteri jauh lebih muda dari Fuad. Siti Masnuri adalah isteri keduanya. Apakah perempuan ini yang tempo hari akan dimajukan dalam Pilkada Bangkalan tahun 2013, atau perempuan yang lain? Entahlah. Hanya Fuadlah yang tahu. (Arif Rahman Hakim)

Related posts