
Jakarta, Obsessionnews – Asisten Deputi Organisasi Kepemudaan Kemenpora Mandir Ahmad Syafii menilai telah terjangkit egoisme dalam kepengurusan Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) ketimbang disebut terjadi dualisme kepemimpinan KNPI. Mereka mempertahankan ego masing-masing, tidak mengutamakan kepentingan bangsa.
Sebab, menurut dia, Kongres Luar Biasa (KLB) yang diadakan di Jakarta 1-2 juni lalu tidak sesuai dengan AD/ART KNPI sendiri, Kongres KNPI sebelumnya diadakan di Papua, 26 Februari 2015 lalu.
“Kalau saya ditanya apakah KNPI ini dualisme, menurut saya tidak dualisme, di dalam organisasi apapun baik politik dan lembaga kepemudaan KLB itu hal yang biasa dan diatur dalam aturannya sendiri AD/ARTmasing-masing. Sebut saja KNPI mengatasnamakan KLB,” jelas Mandir kepada Obsessionnews.com di Wisma Kemenpora, Jakarta, Jumat (14/8/2015).
“Kalau KLB itu sesuai dengan aturan main, lalu alasannya jelas, maka secara otomatis kepengurusannya yang lama itu gagal, namun sebaliknya kalau KLB-nya itu tidak sesuai aturan main berarti dia tidak sah secara konstitusi. Kalau saya begitu, kecuali dia tidak mengatasnamakan KLB,” tambahnya.
Namun, lanjut Mandir, jika masalahnya bukan karena KLB maka terjadi dualism kepengurusan KNPI. “Kalau dia tidak mengatasnamakan KLB baru saya mengatakan ada dualisme, tapi karena mengatakan KLB maka mari kaji bersama persoalannya. Kalau KLB nya benar secara otomatis terpilih pertama gugur, sebaliknya kalau KLB-nya tidak sesuai dengan aturan berarti dia tidak sah dalam pelaksanaan dia sendiri,” tandasnya.
Mandir berharap KNPI dalam menyelesaikan persoalannya melalui musyawarah mufakat agar menemukan jalan keluar yang baik. Ia pun mengimbau kepada KNPI untuk sama-sama saling mengintervensi diri dengan melepas kepentingan pribadi dan mengendepankan kepentingan umum, dengan tujuan bangsa Indonesia dibangun seiring bersama pemuda.
“Harapannya kepada mereka, coba cari jalan keluar tidak mungkin tidak ada jalan keluar, dengan mengutamkan musyawarah mufakat. Tapi memang dalam musyawarah ini harus legowo ketika memang kepentingan saya terkalahkan dengan kepentingan secara umum, jadi kepentingan pribadinya itu harus disimpan walaupun tidak suka,” tuturnya.
Menurut Mandir, aturan mainnya sudah diatur jadi sebenarnya itulah yang harus dipahami oleh mereka. “Ketika ada persoalan dudukkan, rembuk, bagaimana solusinya. Tapi ketika terjadi rembuk, lepas baju. Maksud saya, lepas kepentingan pribadi, kedepankan kepentingan umumnya,” terangnya.
Ia menambahkan, melalui kegiatan dialog interaktif lintas pimpinan organisasi yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional, ingin mengajak pemuda untuk tidak saling menghujat sesama pemuda.
“Marilah kita kembali kepada patron kita memaknai Pancasila, memaknai Bihneka Tunggal Ika sebagai simbol keragaman, sesungguhnya kita satu tujuan. Maknai juga bahwa kita ini dari suku yang berbeda tetapi negara yang utuh dari Sabang sampai Merauke. Kalau itu dimaknai dengan baik dan benar, saya pikir para pemuda itu tidak dihujat lagi tidak ada lagi alasan untuk menghujat,” ajaknya.
Oleh karena itu, Mandir mengimbau kepada generasi muda untuk berhenti menghujat dan kembali pada pemahaman founding father kita untuk kesejahteraan negara ini. “Dalam pemilihan presiden, gubernur, atau KNPI atau organisasi, mari kita kedepankan musyawarah,” harapnya. (Asma)