Selasa, 26 September 23

Kementerian BUMN Harus Hati-hati Dalam Menetapkan Dirut Antam Yang Baru

Kementerian BUMN Harus Hati-hati Dalam Menetapkan Dirut Antam Yang Baru

 

Imar
Jakarta-Kementerian BUMN harus berhati-hati dalam menetapkan Dirut PT. AnekaTambang (Antam) dalam RUPS tanggal 30 April 2013. Dirut Antam mendatang  harus memiliki  visi panjang dan pengalaman internasional.

“Sudah saatnya Kementerian BUMN sebagai “principal” mempertimbangkan pimpinan yang memiliki visi panjang, pengalaman internasional, dan kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan untuk membawa Antam menjadi perusahaan kebanggaan bangsa,”kata Direktur Riset Lembaga Katalog Indonesia (LKI), Andriea Salamun, di Jakarta, Rabu (24/4/2013).

Salah satu kelemahan Antam, lanjutnya susahnya Antam dalam mendapatkan perizinan di pusat dan daerah. Meskipun dikenal sebagai perusahaan “pelat merah” yang seharusnya memiliki “privilege” dala mendapatkan perizinan baik di tingkat pusat maupun daerah, namun Antam terlihat kedodoran dalam segi perizinan.

“Antam merupakan salah satu perusahaan yang dilaporkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ke Tipiko atas dugaan penyalahgunaan hutan,” ujarnya.

Andriea mencontohkan, izin kehutanan perusahaan BUMN tersebut di Dinas Kehutanan Jambi hingga saat ini masih bermasalah. Proyek smelter nikel di Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara bahkan menimbulkan masalah tumpang tindih perizinan dengan pemda setempat.

“Beberapa contoh di atas menunjukkan bagaimana lemahnya kinerja manajemen Antam di beberapa tahun terakhir ini,” bebernya.

Sebagai perusahaan BUMN dengan potensi cadangan mineral yang besar seharusnya Antam sudah memulai mengepakkan sayap mencari potensi di beberapa negara tetangga.

Ekspansi yang akan dilakukan di Myanmar terbilang masih setengah hati. Sebenarnya banyak peluang yang dapat dimanfaatkanleh Antam khususnya dalam mengantisipasi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

“Dengan keunggulan pengalaman, diversifikasi aset, dan sumber daya manusia Antam sudah selayaknya menjadi pemain utama di wilayah Asia Tenggara,” ujarnya.

Melihat fakta-fakta itu, lanjutnya sungguh disayangkan apabila Antam tidak dapat berkembang menjadi perusahaan kelas dunia. Paling tidak di periode 3-6 tahun ke depan Antam bisa meningkatkan kinerja secara signifikan untuk mencapai misi menjadi perusahaan kelas dunia.

“CVRD di Brazil hanya membutuhkan 10 tahun sejak privatisasi untuk menjadi perusahaan pertambangan terbesar nomor 2 di dunia di bawah BHP Biliton,” paparnya.

Meskipun indikator keuangan relatif baik sejatinya Antam bisa meningkatkan kinerja keuangan dengan mengkapitalisasi aset-aset yang dimiliki. “Tidak terlihat teroboson signifikan dalam melakukan edging untuk mengantisipasi harga komoditas mineral yang fluktuatif,” katanya.

Dalam periode kepemimpinan Alwin Syah Loebis, dapat dikatakan Antam menyia-nyiakan beberapa peluang pengembangan usaha. “Opportunity Loss” itu dilihat dari gagalnya Antam “mengkapitalisasi” proyek bijih nikel di Buli Maluku Utara. Persaingan Antam dalam perebutan aset tambang timbal-seng PT. Dairi Prima Mineral menunjukkan masih lemahnya perusahaan pelat merah tersebut dalam persaingan usaha.

Andriea menilai Antam seharusnya bisa memaksimalkan kinerja mereka di beberapa tambang dimana Antam memiliki penyertaan saham seperti di Weda Bay Nickel, Vale Eksplorasi, Nusa Halmahera Minerals (NHM).
Gebrakan Antam barulah dilakukan di akhir 2012 dengan meningkatkan kepemilikan sahamnya di NHM sebesar 7.5% sehingga menguasai 25% sedangkan sisanya dimiliki oleh Newcrest. “Aksi korporasi seperti  yang baru dilakukan di NHM seharusnya bisa lebih aktif dilakukan di tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya. (rud)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.