
Mengagetkan, kisah kematian keluarga Rothschild, keluarga yang tajir kaya raya bunuh diri hingga overdosis.
Rothschild merupakan salah satu klan keluarga Yahudi terkaya di dunia. Keluarga ini masuk dalam dinasti perbankan Eropa dan memiliki kekayaan US$350 miliar atau setara Rp5.035 triliun.
Dilansir CNN News, awal mula keluarga ini dimulai dari pendirinya, Mayer Amschel Rothschild. Dimulai dari bank yang berada di Frankfurt, Mayer dan anak-anaknya menjadi pemilik bank di berbagai wilayah, seperti London, Paris, Wina, dan Naples pada 1820-an, dikutip dari Britannica.
Meskipun bergelimang harta, banyak kisah tragis tentang kematian sejumlah anggota keluarga Rothschild. Ada seorang anggota keluarga Rothschild melakukan bunuh diri karena depresi pada 1996.
Kasus Bunuh Diri
Amschel Rothschild, bagian dari keluarga yang bergelimang harta ini bunuh diri di sebuah hotel di Paris akibat depresi. Depresi ini muncul akibat kematian ibunya, Teresa Rothschild, dikutip dari The Independent.
“Keluarganya menyadari kalau dia (Amschel) memiliki kecenderungan depresi. Kami tidak tahu pasti alasannya,” kata Anita, istri Amschel.
“Kematian ibunya memengaruhinya,” tambah Anita.
Amschel Rothschild lulus dari City University of London pada 1976, dikutip New York Times. Sebelum masuk ke bisnis keluarga, Amschel sempat bekerja di bidang media. Ia pernah menjadi manajer di majalah bernama New Review.
Anggota keluarga Rothschild lain yang memutuskan untuk bunuh diri ialah Charles Rothschild. Charles disebut memiliki hasrat dalam bidang sejarah alam.
Ia menjadi ahli entomologi amatir dan kesukaannya terhadap alam terlihat kala ia menamai putri bungsunya Pannonica, yang terinspirasi dari spesies ngengat, dikutip dari The Guardian.
Tak hanya itu, Charles diduga mengidap skizofrenia. Pada suatu waktu, Charles bisa tak berbicara selama berhari-hari. Di lain waktu, ia bersikap layaknya mania, tak bisa tidur dan tak berhenti bicara.
Semakin tua, jarak antar episode hidup yang dilalui Charles semakin pendek. Ia kemudian memutuskan bunuh diri di kamar mandi dengan menggorok lehernya dengan pisau. Sebagaimana dikutip dari The New York Times, Charles bunuh diri pada 1923 kala ia mengidap penyakit otak, encephalitis.
Sebelumnya, nama klan keluarga Yahudi Rothschild kembali mencuat belakangan ini karena dikaitkan dengan rumor bisnis vaksin Covid-19.
Rothschild merupakan kekuatan dinasti perbankan terkenal seantero Eropa bahkan dunia, memiliki kekayaan US$350 miliar atau setara Rp5.035 triliun. Bank itu didirikan Mayer Amschel Rothschild pada abad ke-18.
Dari usaha kecil yang bergerak di bidang perdagangan, bisnis Mayer kemudian berkembang pesat. Ia mulai merambah ke bank dagang, bank swasta, akuisisi dan merger, asuransi dan modal ventura, komoditas, investasi dan dana pensiun.
Mereka juga berinvestasi di proyek besar infrastruktur seperti jembatan, terowongan dan rel kereta api.
Bisnis lain yang juga dikelola diantaranya, hotel, media, transportasi dan minuman anggur merah.
Nama keluarga
Mayer Rothschild sendiri tumbuh di Frankfurt, wilayah yang mempunyai sekitar 3.000 penduduk Yahudi. Kondisi saat itu sangat padat dan banyak aturan pembatasan. Orang-orang Yahudi tak bisa keluar malam, di hari Minggu dan hari libur Kristen.
Mereka juga dilarang mengunjungi fasilitas publik atau kedai kopi dan tak boleh muncul di publik lebih dari dua orang.
Mayer Rothschild belajar bisnis sejak usia muda. Ayahnya, Amschel Moses Rothschild bisnis kain sutra dan tukar mata uang.
Salah satu pekerjaan pertama Mayer yakni memilah koin yang diperoleh melalui pameran dagang semi-tahunan Frankfurt, yang menarik pembeli dan penjual di seluruh wilayah.
Ayah Mayer meninggal akibat penyakit cacar saat ia masih 12 tahun. Mayer kemudian tinggal bersama kerabat yang mengirim ke Hannover untuk magang di sebuah rumah perbankan Yahudi terkemuka, Simon Wolf Oppenheimer.
Di situ, Mayer belajar terkait perdagangan dan keuangan dengan orang asing. Ia juga mempelajari koin langka dari tempat-tempat seperti Roma kuno, Persia, dan Kekaisaran Bizantium.
Asal Mula Pendirian Bank
Menurut laporan Investopedia, Mayer kembali ke Frankfurt pada 1763, saat usianya 19 tahun. Ia kemudian mengikuti usaha saudaranya soal bisnis perdagangan.
Mayer menjadi dealer koin langka dan memenangkan sponsor Putra Mahkota Wilhelm dari Hesse. Kemenangan ini menjadi relasi yang penting bagi bisnis Mayer.
Wilhelm juga berperan menyediakan keuangan dan membantu Mayer terhubung dengan para bangsawan.
Putra Mahkota Wilhelm adalah pewaris kekayaan besar dan kemudian mengambil gelar Wilhelm IX, Landgrave of Hesse-Kessel.
Pada 1769, Rothschild meminta gelar kehormatan atau agen kerajaan di pengadilan Yahudi dari Wilhelm. Gelar kehormatan itu menjadi tanda Mayer menerima pelayanan kerajaan dan diizinkan menggantung perisai lengkap dengan seragam tentara Hesse dan Hanau di rumahnya. (CNN/Red)