Minggu, 2 April 23

Kejaksaan Harus Ungkap Dugaan Mark-up Mesin Percetakan Uang di Peruri

Kejaksaan Harus Ungkap Dugaan Mark-up Mesin Percetakan Uang di Peruri

Jakarta, Obsessionnews – Bank Indonesia (BI) mengeluh terkait supply pencetakan uang baru yang terhambat karena rusaknya mesin percetakan uang PT Peruri yang diduga mesin cetak uang yang dibeli dari perusahaan Jepang dengan merk Komori tidak sesuai dengan speck uang rupiah Indonesia.

“Mesin cetak uang merk Komori adalah Mesin cetak uang yang baru pertama kali digunakan oleh Peruri selama Peruri berdiri. Sebelumnya Peruri selalu mengunakan mesIn cetak uang merk KBA buatan Swiss yang lebih banyak populasi didunia dan banyak digunakan hampir 90 persen negara di dunia,” ungkap Wakil Ketua Umum FSP (Federasi Serikat Pekerja) BUMN Bersatu Ir Widodo Tri Sektianto MBA kepada Obsessionnews.com, Kamis (26/3/2015).

Sebelum tahun 2007 Peruri sudah memilih Mesin KBA Giori untuk dibeli dengan alasan setelah melakukan studi banding di beberapa negara juga mengaku tidak puas dengan mesin cetak dari Jepang, Komori. “Saat ditanyakan apakah mereka akan membeli lagi mesin Komori, mereka menjawab tidak,” bebernya.

Jadi, tegas Widodo, mereka tidak mau menambah mesin seperti itu lagi dan hal ini menjadi referensi peruri serta masalah kompabilitaspun dan performance serta Produktivitas menjadi pertimbangan dalam memilih KBA dibandingkan Komori. “Selain itu juga waktu pengiriman Mesin KBA lebih cepat dibandingkan Komori walaupun harganya lebih mahal,” tandasnya.

Menurut Widodo, hasil audit BPK juga ditemukan kejanggalan didalam pengadaan mesin cetak uang, sebenarnya sudah dapat dijadikan sebagai alat masuk bagi KPK atau Kejaksaan untuk menyidiki adanya dugaan mark-up pengadaan mesin cetak uang Komori walaupun harga belinya lebih murah dari merek KBA buatan Swiss.

“Hal ini makin memperkuat adanya ketidakberesan dalam pengadaan Mesin Komori tersebut dengan adanya kerusakan hingga meyebabkan ketersediaan peredaran uang rupiah didalam negeri tergangu, yang akan meyebabkan deflasi sehingga kontraksi dari persediaan uang akan membuat berkurangnya kecepatan perputaran uang. Lalu jumlah transaksi akan menurun dan jatuhnya harga barang dan jasa secara umum,” tegasnya.

Jika hal ini terjadi, lanjut dia, maka dampaknya terhadap ekonomi nasional akan membuat daya tarik investasi didalam negeri menurun serta hengkangnya investasi yang sudah ada dari dalam negeri yang bisa menyebabkan PHK besar-besaran.

“Berkurangnya peredaran uang juga dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi (Saham) akan mengalami kekacauan,” paparnya.

Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, jelas dia, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. “Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral). Selain itu juga dampak dari berkurangnya peredaran uang akan meyebabkan kenaikan suku bunga bank yang juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan PDB nasional,” tuturnya.

Oleh sebab itu, ungkap Widodo, berkurangnya peredaran mata uang rupiah juga memberikan dampak pada kenaikan kurs mata uang asing seperti dollar US terhadap rupiah. “Jadi, statement pejabat BI dan Peruri yang mengatakan masalah kekurangan peredaran uang di suatu negara tidak punya pengaruh terhadal nilai kurs rupiah sebaiknya mereka belajar lagi tentang dasar dasar ekonomi makronya,” dampratnya. (Ars)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.