Jumat, 26 April 24

‘Kardus’ dan Pemilu 2019

‘Kardus’ dan Pemilu 2019
* Ilustrasi kotak suara berbahan kardus. (Foto: beritagar.id).

Jakarta, Obsessionnews.com – Polemik penggunaan kotak suara berbahan kardus seolah tak berkesudahan, padahal sejak Pemilu 2014, maupun Pilkada 2015 hingga 2018 kotak suara itu sudah digunakan. Kotak suara berbahan karton kedap air dipermasalahkan karena dianggap tak aman. Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Tanthowi menyebut, bukan tanpa alasan pihaknya memilih “kardus” sebagai bahan pembuatan kotak suara Pemilu 2019.

“Kami menimbang berbagai hal, termasuk soal efektivitas, keamanan, efisiensi, serta ketersediaan bahan baku,” kata Pramono di Jakarta, Senin (17/12/2018).

Pramono menjelaskan kekuatan kotak suara berbahan dasar karton itu mampu menahan beban lebih dari 80 kilogram. Melalui proses uji coba pun kotak suara ini kata dia terbukti kedap air. Namun, kedap air dalam hal ini bukan berarti kotak diguyur menggunakan air dalam jumlah banyak, tetapi misalnya tepercik air hujan. Dalam proses distribusi, kotak suara berbahan dasar karton dibungkus menggunakan plastik sehingga tahan terhadap air hujan, air laut, hingga air sungai. 

Soal ketahanan terhadap api, Pramono menyebut, KPU tidak bisa menjamin. Berdasar pengalaman, surat suara dalam kotak berbahan aluminium pun tidak bisa diselamatkan. Kotak juga ikut terbakar lantaran panas dalam kotak yang terbakar itu melampaui titik bakar kertas. Hal ini mirip kasusnya dengan oven panas tinggi. Oleh karenanya, mengenai keamanan kotak suara, Pramono menegaskan hal itu bergantung pada integritas seluruh pihak.

“Soal keamanan, kotak suara itu bukan soal bahan, tapi lebih soal integritas penyelenggara, pengawasan Bawaslu, kehadiran saksi parpol/paslon capres/DPD, pengamanan TNI/Polri, serta partisipasi publik di semua tingkat,” ujar Pramono.

Mantan Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, mengatakan saat ini mekanisme pengadaan kotak suara berbahan karton kedap air sudah diperkuat di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Menurutnya, dalam salah satu pasal, disebutkan kotak suara harus terbuat dengan transparan.

“Nah, di pasal penjelasan ditegaskan bahwa kotak suaranya harus transparan dan bisa dilihat surat suaranya dari luar. Maka mekanisme itu diganti sehingga kotak suara yang dari aluminium itu, karena memang kotaknya tidak transparan dari luar, maka diadakan proses pengadaan kembali oleh KPU sekarang,” ujar Ferry.

Untuk menjalankan ketentuan itu, KPU menimbang berbagai model, bahan, spesifikasi, dan ukuran. Namun Menurutnya, yang harus diperhatikan saat ini adalah bagaimana pengamanan kotak suara itu, baik di TPS maupun soal hujan dan cuaca. Ia menambahkan, pengamanan di TPS sejatinya sudah ada dari panitia pengawas (panwas), saksi-saksi, hingga aparat kepolisian.

“Tinggal bagaimana sekarang proses yang dua hal saja pertama adalah soal bagaimana kotak itu betul-betul aman tidak menjadi problem, dan yang kedua kotak itu betul-betul bisa dijadikan mekanisme kelengkapan TPS yang tidak ada unsur-unsur manipulatifnya,” ujar Ferry.

Setelah melalui proses pertimbangan yang panjang, “kardus” atau disebut juga sebagai karton kedap air, dinilai paling cocok digunakan sebagai bahan kotak suara. KPU menjelaskan bahwa ketentuan kotak suara ‘kardus’ sudah disepakati dengan semua fraksi saat rapat dengar pendapat di DPR. Kotak itu disebutnya memiliki ketahanan massa lebih dari 80 kilogram. 

Menjelang Pemilu 2019, kubu Prabowo-Sandiaga mempersoalkan bahan kotak suara tersebut. Direktur Relawan BPN Prabowo-Sandi, Ferry Mursyidan Baldan bahkan mengeluarkan sindiran dan sempat bertanya-tanya, mengapa kotak suara tak sekalian pakai daun pisang.

“Kita cermati soal kotak suara yang kardus, kalau memang harus dari kardus, kenapa nggak pakai bungkus daun pisang saja. Mbok ya kalau miskin jangan tanggung-tanggung ya kan, miskin sekalian aja biar bangsa ini kelihatan, kotak suara dari daun pisang sekalian, kelihatan,” kata Ferry.

Wakil Ketua Komisi II DPR F-Gerindra Ahmad Riza Patria yang mengakui perihal persetujuan kotak suara di rapat DPR, mereka menyarankan agar kotak suara dibuat transparan. Namun, dia heran mengapa kotak suara Pemilu 2019 malah jadinya seperti kardus. Riza menyoroti bentuk kotak suara yang hanya transparan di satu sisi, jatuhnya seperti kotak kerupuk kalau menurut dia.

“Yang kita maksud sebagaimana dilakukan di banyak negara itu umumnya pakai semacam pakai mika atau plastik transparan. Kemudian dalam praktiknya ini kan menjadi kewenangan KPU. Kemudian KPU membuat juga transparan tapi hanya satu sisi, jadi kayak kotak kerupuklah, kelihatan dari depan kerupuknya, tapi terbuat dari kardus,” kata Riza.

Jauh sebelum kotak suara, istilah ‘kardus’ juga telah membuat heboh politik di negeri ini. Adalah Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang meramaikan diksi ‘kardus’ saat mengkritik Prabowo Subianto. Saat itu belum menjadi capres karena masalah cawapres. Andi menyerang Prabowo dengan sebutan ‘jenderal kardus’. Saat itu, ia kecewa dengan sikap Prabowo yang memilih Sandiaga sebagai pasangannya di Pilpres 2019. 

“Prabowo ternyata kardus. Malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus,” cetus Andi Arief kala itu.

Ungkapan ‘jenderal kardus’ dan tudingan mahar jadi bola panas. Hubungan Partai Demokrat dengan koalisi Prabowo-Sandi sempat menghangat. Namun akhirnya isu itu mereda, tudingan pun kandas di Bawaslu. Akhirnya Prabowo malah merangkul Andi Arief. Momen rangkulan itu terjadi seusai pertemuan Prabowo dengan Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono di kawasan Mega Kuningan, Jakarta.

Kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga pernah menarik perhatian publik dengan memakai istilah ‘kardus’. Sang capres sendiri yang mengawalinya. Saat itu, Jokowi yang masih berstatus bakal calon presiden di Pilpres 2019 memberikan pengarahan khusus kepada relawan Pro Jokowi (Projo). Jokowi menegaskan, Projo bukanlah relawan kardus.

Jokowi memberikan pengarahan kepada relawan secara tertutup dari awak media dalam Rakornas IV Projo di Grand Sahid Hotel, Jakarta. Jokowi mengatakan dirinya memberikan semangat agar para relawan Projo berjuang maksimal untuk pemenangan dirinya di Pilpres 2019. Jokowi mengatakan, Projo bukanlah relawan ‘kardus’. Dia yakin relawan Projo memiliki militansi dan semangat juang yang tinggi.

“Dan saya meyakini relawan Projo itu bukan relawan kardus. Bukan relawan kardus. Betul-betul relawan yang memiliki militansi yang tinggi, semangat yang tinggi, ingin ikut memperbaiki negara,” katanya. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.