Sabtu, 20 April 24

Kain Pantai yang Mendunia dari Krajan

Kain Pantai yang Mendunia dari Krajan
* Sriyono, pelaku UKM asal Kabupaten Sukoharjo. (Foto: dok LPDB-KUMKM)

Sukoharjo, Obsessionnews.com – Di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah,  banyak pelaku UMKM yang sukses membangun usahanya setelah mendapat pinjaman bunga lunak dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)  melalui BPR Kartarsura Makmur. Kisah sukses yang dialami seorang pria paruh baya bernama Sriyono. Bakat kecilnya dalam dunia seni batik telah mengantarkan Sriyono ke pintu gerbang kesuksesan dengan mengembangkan bisnis kain pantai. Pasarnya pun sampai tembus ke luar negeri, baik Asia maupun Eropa.

 

Baca juga:

Bersama BPR, LPDB Sukses Jadikan UMKM Mendunia

LPDB Siap Dukung Hilirisasi Produk Kelapa

LPDB Genjot Pengalihan Dana Bergulir di Sumbar

 

Sriyono menekuni bisnis kain pantai bermula dari seorang pekerja buruh pembuat batik tulis di Kota Solo pada tahun 1975. Kecintaan dalam membuat batik rupanya telah membuat ilmu dan pengalamannya bertambah. Terutama dalam hal teknik pewarnaan dan ornamen lukisan. Hingga akhirnya Sriyono memutuskan berhenti bekerja sebagai pengrajin batik, dan mulai mencoba membangun usaha sendiri dengan membuat kain pantai pada tahun 1995.

Di awal kariernya, Sriyono bekerja membuat kain pantai hanya ditemani sang istri dengan menyewa kontrakan untuk tinggal berdua sekaligus tempat produksi. Hanya bermodalkan pengalaman, kala itu, Sriyono hanya mau membuat kain pantai jika ada pesanan dari orang lain dengan sistem down payment (DP). Baru dua tahun merintis usahanya, ia sempat merasakan jatuh karena terkena dampak krisis moneter, dimana bahan baku kain putih sangat mengandalkan dari impor dan tergantung pada mata uang dolar Amerika Serikat.

Namun Sriyono tak pernah mengenal kata menyerah. Tahun 2000 ia mencoba memulai lagi membangun usahanya dengan mengajukan pinjaman dari BPR Kartasura Makmur. Uang pinjaman itu ia gunakan untuk membeli sebidang tanah dan bahan baku. Pelan-pelan bisnisnya terlihat semakin maju. Banjir pesanan pun tak terbendung lagi. Ia mulai merekrut karyawan dari lima orang, dan kini terus bertambah menjadi 30 orang. Rupanya keberadaan Sriyono telah membawa keberkahan tersendiri bagi warga di Desa Krajan, Kelurahan Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Betapa tidak, Sriyono adalah satu-satunya orang yang pertama kali membawa bisnis kain pantai ke Desa Krajan. Ia bahkan sudah banyak menularkan ilmu kepada warga sekitar untuk menekuni bisnis kain pantai. Sehingga Desa Krajan kini dikenal sebagai tempatnya para pengrajin kain pantai.

“Dulu waktu saya ke sini Desa Krajan masih sepi, saya bawa kain pantai ke sini, banyak orang tertarik dan ingin belajar. Jadi mereka yang sudah membangun usaha sendiri dulunya itu karyawan saya. Alhamdulillah kini Desa Krajan dikenal sebagai pusatnya kain pantai di Indonesia bahkan dunia,” ujar Sriyono melalui siaran pers, Rabu (24/4/2019).

Sriyono juga menyadari dengan kemampuan yang terbatas, ia tidak mampu untuk memenuhi seluruh permintaan pasar yang begitu tinggi. Sehingga ia mengajak masyarakat setempat untuk belajar dan mencoba menekuni bisnis itu. Soal ilmu, Sriyono dikenal tidak pelit untuk berbagi terhadap tetangga dan masyarakat. Ia bahkan dikenal sebagai seorang yang jenius meski hanya lulusan sekolah dasar. Melalui tangan dinginnya, Sriyono mampu menciptakan bahan atau obat mematikan warna sehingga warna kain yang dihasilkan tidak luntur. Dan kain pantai miliknya sangat berkualitas.

“Saya buat bahan mematikan warna ini karena kalau saya beli di toko itu mahal, dan kualitasnya juga tak begitu bagus. Lalu saya coba eksperimen, satu kali dua kali gagal, ketiganya berhasil. Bahannya ternyata sangat sederhana hanya dengan garam dan soda. Bahan yang saya buat bukan hanya sekedar murah, tapi menurut saya jauh berkualitas. Kalau dulu beli di toko, sekarang saya bisa lebih hemat Rp800 ribu untuk per kilogramnya,” jelasnya.

Untuk memperkuat bisnisnya, Sriyono kembali mengajukan pinjaman ke  BPR Kartasura Makmur dengan jumlah Rp500 juta. Rp300 juta untuk beli lahan, dan Rp200 juta untuk beli bahan baku. Diakui untuk mengelola bisnis kain pantai diperlukan lahan yang luas di area persawahan untuk menjemur kain yang sudah diberikan pewarna serta cuaca yang panas. Kini seiring berjalannya waktu, usaha Sriyono jauh lebih meningkat. Pria berusia 60 tahun ini sudah memiliki tanah 5.000 meter untuk dijadikan tempat usaha.

“Dalam sehari kita bisa menghasilkan 4.000 potong kain, itu pun kita belum bisa memenuhi semua permintaan pasar. Karena produksi kain pantai ini juga dikirim ke Brazil, Argentina, Malaysia, Filipina, dan Cina. Untuk nasional kita juga kirim ke pasar Tanah Abang Jakarta dan Bali. Yang pasti produksi kain pantai Krajan paling banyak di dunia. Pekalongan, Jojga sekarang sudah kalah, larinya pada ke sini,” tandasnya.

Kesuksesan Sriyono tak lepas dari peran BPR Kartasura Makmur dan LPDB-KUMKM. Menurut Indrayani Pribadi, Direktur Utama BPR Kartasura Makmur, kerjasama dengan LPDB-KUMKM berperan besar dalam meningkatnya performa bank yang dikelolanya. Karena masyarakat semakin banyak yang mengajukan pinjaman bunga lunak ke BPR Kartasura Makmur. Jika menggunakan program reguler bunganya sebesar 1,2%. Namun begitu ada LPDB bunganya turun menjadi 0,85%. “Dari situ kita merasa terbantu-ya, orang jadi semakin banyak mengajukan pinjaman ke kita karena ada program bunga yang lebih murah. Otomatis kita juga semakin dikenal dan dipercaya masyarakat,” kata Indrayani.

Menurutnya, program LPDB-KUMKM telah banyak memberikan manfaat dan keuntungan bukan hanya BPR tapi juga para pelaku UMKM. “Kalau untuk nasabah keuntungannya jelas, dia bisa membayar kepada kami tidak seperti biasa, katakanlah dia biasanya membayar angsuran kepada kami Rp5 juta. Dengan adanya LPDB bayarnya menjadi berkurang sebesar  Rp4,5 juta, sisanya Rp500 ribu jadi bisa dibelanjakan untuk yang lain. Jadi keberuntungan itu sebenarnya ada di end user. Kalau di kami bisa dijadikan bahan promosi. Tapi keberuntungan paling tinggi ada di end user. karena usaha mereka juga semakin berkembang,” tandasnya.

Ia melihat keberadaan LPDB-KUMKM sangat dibutuhkan masyarakat karena tidak ada bank manapun yang mau menawarkan pinjaman dengan bunga terendah seperti LPDB-KUMKM. Indrayani berharap LPDB-KUMKM bisa tambah maju dan berkembang dengan beragam inovasi dan layanan baru. Sehingga bisa memudahkan ekonomi masyarakat. Baik Indrayani dan Sriyono mereka juga menyampaikan terima kasih kepada LPDB-KUMKM. Karena melalui program bunga lunak, usaha mereka menjadi terbantu dan berkembang jauh lebih maju. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.