Senin, 29 Mei 23

Kabinet Profesional Itu Apa Sih?

Kabinet Profesional Itu Apa Sih?

Kabinet Profesional Itu Apa Sih?
Oleh: M Hatta Taliwang
(Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta/IEPSH)

Wacana  tentang pengisian kursi kabinet dari kalangan profesional dan “profesional partai” itu apa ya? Menteri adalah jabatan politik yang mengemban tugas dan tanggungjawab dalam bidang tertentu. Syaratnya ya integritas, komitmen dan kompetensi. Dalam kompetensi itu ada dua unsur yang mutlak hadir secara terpadu, yaitu pngetahuan dan pengalaman. Kedua unsur itulah yang memberi jaminan tentang penguasaan sseorang atas tugas yang diemban, masalah yang harus diselesaikan, dan tantangan yang harus dijawab.

Persoalan dan pertanyaannya, apakah isu profesional dan “profesional partai”  itu  relevan dibicarakan dalam konteks kabinet?  Ilmuwan, pengamat, wartawan dan politisi ramai mewacanakan kabinet, namun mungkin tak semua paham ujar rekan yang bekas Menteri. Jadilah rakyat tergiring ke wacana menyesatkan .

Di Amerika Serikat (lagi-lagi menurut kawan eks Menteri) yang sering menjadi rujukan pengamat muda  sama sekali tak pernah muncul isu isu seperti itu. Di sana, mereka  bicara tentang “competence” yang intinya adalah pengetahuan dan pengalaman. Tidak ada wacana  tentang profesionalisme dan representasi  partai politik dalam pemerintahan (kabinet atau jabatan publik lainnya).

Wacana tersebut hakekatnya adalah “warisan SBY” yang formasi kabinetnya membagi kabinet untuk orang partai dan non partai dan kurang  pertimbangan kompetensi sehingga akhirnya banyak yang  gagal bahkan berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Konsep gagal ini malah akan diadopsi  oleh Jokowi-JK. Lucu juga kalau Jokowi/JK tidak mampu memahami bahwa apa yang dilakukan SBY selama ini hemat kami adalah  kekeliruan.

JK (Jusuf Kalla) yang oleh banyak kalangan dianggap bisa mengawal Jokowi sebenarnya juga sudah  terbatas kemampuannya (faktor usia). JK selama ini dikenal lebih lincah sebagai “pemadam kebakaran”,  jago mnyelesaikan masalah-masalah instan dan pragmatis, bukan merumuskan kebijakan strategis dan sistemik. Berpasangan dengan Jokowi yang  kata Prof Dr Jeffry Winters,  merupakan “gabungan Gus Dur dengan Megawati”, bisa dibayangkan Indonesia akan berjalan seperti apa dalam era  mereka. (*)

Related posts