Kamis, 25 April 24

Jurnalis Asing Ditahan dan Digebuk Polisi China saat Liput Demo Tuntut Xi Jinping Mundur

Jurnalis Asing Ditahan dan Digebuk Polisi China saat Liput Demo Tuntut Xi Jinping Mundur
* Polisi China tangkap demonstrans. (AP News)

Polisi China menahan sejumlah wartawan asing hingga memukuli salah satunya saat meliput demonstrasi di Shanghai yang menuntut Presiden Xi Jinping mundur dan mencabut aturan lockdown Covid-19 ketat, pada Minggu (27/11/2022).

BBC melaporkan salah satu wartawannya di China ditahan dan dipukuli saat dalam penahanan oleh polisi saat meliput demonstrasi. Namun, wartawan tersebut telah dibebaskan beberapa jam setelah penahanan.

“BBC betul-betul menyayangkan tindakan terhadap jurnalis kami, Ed Lawrence, yang ditangkap dan diborgol saat meliput protes di Shanghai,” kata juru bicara BBC dalam pernyataan resminya pada Senin (28/11)2022).

Pernyataan itu kemudian berlanjut, “Dia ditahan beberapa jam sebelum dibebaskan. Selama ditangkap, dia dipukuli dan ditendang polisi. Ini terjadi saat dia bekerja sebagai jurnalis terakreditasi.”

BBC juga menyatakan polisi China tak memberi keterangan lebih rinci atau permintaan maaf soal penangkapan terhadap jurnalisnya.

Later kemudian merilis pernyataan resmi di media sosial. Jurnalis itu juga mengatakan salah satu warga lokal ditangkap usai berusaha mencegah polisi memukul dirinya.

Sebelumnya, beredar gambar di sosial media seorang jurnalis, yang kemudian diidentifikasi sebagai Lawrence, ditangkap polisi berseragam.

Lawrence sempat mencuit soal demo di Shanghai pada Minggu pagi.

“Saya ada di lokasi protes anti Covid-nol semalam yang luar biasa di Shanghai. Banyak orang berkumpul di sini dengan damai. Banyak polisi,” tulis dia.

Tak hanya wartawan BBC, Asosiasi wartawan asing di China, Foreign Correspondents Club of China, juga mengungkapkan kekhawatiran serupa.

“Kami sangat terganggu dengan perlakukan otoritas kepada para jurnalis yang meliput demonstrasi terbaru di Beijing dan Shanghai,” bunyi pernyataan asosiasi tersebut.

Menanggapi penangkapan dan pemukulan terhadap jurnalis asing itu, Kementerian Luar Negeri China mengaku menangkap Lawrence karena dirinya tidak mengidentifikasi diri sebagai wartawan.

“Berdasarkan apa yang kita pelajari dari pihak berwenang Shanghai, dia tak mengidentifikasi dirinya sebagai jurnalis dan tak secara sukarela menunjukkan kredensial persnya,” kata juru bicara Kemlu China, Zhao Lijian, seperti dikutip AFP.

Lebih lanjut, Zhao mengimbau kepada seluruh media internasional untuk mengikuti hukum dan peraturan negara itu saat berada di China.

Presiden Xi inping terus mendapat tekanan setelah demonstrasi memprotes pemerintah kian sering terjadi di China belakangan ini.

Baru-baru ini, demonstrasi yang terjadi di sejumlah kota seperti Urumqi, Beijing, hingga Shanghai bahkan terang-terangan menuntut Xi dan Partai Komunis untuk mundur.

Sejumlah warga di Shanghai menggelar demo menolak lockdown dan menuntut Xi mundur pada Minggu. Aksi ini berujung ricuh karena polisi terlibat bentrok dengan massa.

Pada Minggu malam, beberapa orang dilaporkan ditahan. Pihak berwenang juga sempat menutup jalan usai demo rusuh. Namun, saat pagi hari, mereka membuka kembali.

Rakyat China Berani Demo Tuntut Presiden Mundur
Presiden Xi Jinping menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah ribuan warga China turun ke jalan dan berdemonstrasi di sejumlah kota-kota besar demi menuntutnya mundur.

Demonstrasi yang dilaporkan pertama kali dipicu oleh kebakaran apartemen di Urumqi, Xinjiang, pada pekan lalu itu terus meluas secara sporadis hingga ke Ibu Kota Beijing, Guangzhou, bahkan Shanghai selama akhir pekan kemarin.

“Turun, Xi Jinping! Turun, Partai Komunis!” teriak banyak pedemo di Shanghai pada Minggu (27/11).

The Wall Street Journal melaporkan demonstrasi semacam ini sangat langka di China karena bukan hanya terjadi di berbagai kota, tapi aksi tersebut juga menuntut langsung penguasa untuk turun.

Selama ini, China dikenal sebagai negara yang membungkam perbedaan pendapat. Karena itu, demonstrasi apalagi yang menuntut langsung penguasa untuk mundur hampir tidak pernah terjadi di Negeri Tirai Bambu.

Jadi apa alasan para demonstran China baru-baru ini berani menggelar protes yang terang-terangan menuntut Xi Jinping mundur?

Frustrasi Lockdown Ketat Covid-19
Demo ini bermula akibat protes warga atas kematian 10 orang dalam insiden kebakaran di sebuah apartemen di Ibu Kota Provinsi Xinjiang, Urumqi, pada Kamis pekan lalu.

Insiden ini disebut sebagai katalisator yang kian membakar amarah publik atas kebijakan ketat nol Covid-19 di China selama ini yang telah membuat banyak warga frustrasi.

Dengan kebijakan itu, China kerap menerapkan lockdown ketat pada bangunan, kompleks, wilayah, hingga kota yang memiliki klaster Covid-19 meski hanya terdapat beberapa kasus saja.

Aparat bahkan kerap memblokade apartemen hingga kompleks perumahan yang di-lockdown dengan benteng buatan demi mencegah warga di area itu keluar tempat tinggal.

Para warga pun menganggap banyak korban berjatuhan dalam kebakaran apartemen di Urumqi itu juga disebabkan oleh kebijakan lockdown pemerintah yang membuat petugas pemadam kebakaran terlambat tiba di lokasi.

Sejak itu, amarah warga pun menjalar ke beberapa kota lain di China. Pada Sabtu, demonstran pecah di Shanghai, tepatnya di jalan Wulumuqi yang merupakan Urumqi dalam bahasa Mandarin.

Baru-baru ini, China juga dihebohkan dengan kasus bunuh diri saat pemerintah masih menerapkan lockdown ketat imbas penularan Covid-19 yang kembali meningkat belakangan.

Seorang wanita 55 tahun diketahui bunuh diri lantaran tidak bisa keluar apartemennya selama sebulan terakhir gegara pemerintah setempat menerapkan lockdown di lingkungan tersebut. Perempuan itu dilaporkan melompat dari lantai 12 apartemennya di ibu kota regional Hohhot pada Jumat (4/11).

Meskipun protes di China menjadi berita utama media internasional saat ini, media pemerintah China justru memuat cerita dan opini yang menekankan keparahan penularan Covid-19 saat ini dan pentingnya mempertahankan strategi Nol Covid-19 untuk memberantasnya.

“Praktik telah membuktikan bahwa tindakan Covid-19 kami dapat bertahan dalam ujian sejarah, mereka dikaji secara ilmiah dan efektif. Ketekunan akan menang,” kata sebuah opini yang diterbitkan oleh kantor berita Xinhua Senin (28/11). (CNN/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.