Jumat, 19 April 24

Jokowi Didesak Berikan Gelar ‘Bapak Bangsa’ untuk Bung Karno

Jokowi Didesak Berikan Gelar ‘Bapak Bangsa’ untuk Bung Karno
* Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) mengadakan Diskusi kebangsaan bertajuk "Gelar Bapak Bangsa untuk Soekarno" yang digelar BaraJP di Jakarta Minggu (31/5), menyambut Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 1945. Dari kiri ke kanan, Sihol Manullang, Boni Hargens, Utje Gustaaf Patty dan Feber Suhendra. (Foto: Marisi RA)

Jakarta, Obsessionnews – Presiden Jokowi didesak agar segera memberikan gelar “Bapak Bangsa” kepada Bung Karno, Presiden RI pertama. Desoekarnoisasi yang dialukan Orde Baru secara sistematis, harus segera dikoreksi melalui penghargaan setimpal.

Demikian petisi yang ditandatangani peserta diskusi kebangsaan ”Gelar Bapak Bangsa untuk Soekarno” yang diadakan Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) di Jakarta, Minggu (31/5/2015).

Di tengah diskusi, peserta bersepakat membuat petisi yang mendesak Presiden Jokowi memberi penghargaan yang sebanding dengan peranan Bung Karno dalam membangun bangsa.

“Bung Karno dibunuh oleh Orde Baru. Peran Soekarno dalam pembentukan NKRI direduksi sedemikian rupa melalui berbagai program desoekarnoisasi. Pelajaran sejarah pun dibelokkan,” kata Ketua Umum BaraJP, Sihol Manullang.

Boni Hargens, pengamat politik UI yang juga salah satu Ketua DPP BaraJP, mengatakan, Indonesia tidak cukup sebagai bangsa besar, tetapi juga harus menjadi bangsa yang beradap, dengan menghargai pendiri bangsa.

“Sekarang saatnya meluruskan sejarah. Sebagai presiden yang bukan bagian dari Orde Baru, Jokowi harus meluruskan yang bengkok. Jangan lagi memproduksi sejarah sesuai keinginan, maka Soekarno harus menjadi Bapak Bangsa,” tegas Boni.

Utje Gustaaf Patty, Sekjen BaraJP, mengatakan, Jokowi telah membuat detail Tri Sakti Bung Karno menjadi Nawacita. Namun hal ini baru pengakuan atas pikiran Bung Karno, belum merupakan penghargaan tertinggi.

Sihol mengatakan, Revolusi Mental yang menjadi program unggulan Jokowi, akan lebih mulus jika menyembuhkan penyakit bangsa. “Penyakit kita adalah tidak menghargai pendiri bangsa. Ini perlu segera disembuhkan,” katanya.

Lebih lanjut, Boni Hargens menegaskan, Bung Karno tidak ada duanya, sosok yang mengkombinasikan perjuangan di lapangan dengan perjuangan politik dan diplomasi. Bung Karno membangun keragaman, dengan memutuskan kembali ke UUD 1945.

“Jauh sebelum Gus Dur, Bung Karno telah menyatukan kebinekaan Indonesia. Gus Dur memang berjasa besar dalam menghargai keragaman, berkat dasar-dasar yang telah ditancangkan Bung Karno,” papar Boni. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.