Jakarta, Obsessionnews.com – Kabar tentang bergabungnya Partai Demokrat (PD) dan Partai Amanat Nasional (PAN) ke koalisi pemerintah sudah mendekati kebenaran, setelah pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno diprediksi bakal kalah pada Pilpres 2019.
Baca juga:
Gerindra Sebut Nasib Demokrat Bakal Jadi Gelandangan Seperti Aswatama
Jika Tak Setuju Prabowo Menang 62%, Kenapa Demokrat Baru Protes Sekarang?
Jika Kubu Prabowo Masih Percaya Menang 62%, Demokrat Ancam Keluar
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai politik pindah-pindah koalisi yang dipraktikkan oleh dua partai tersebut sebagai hal yang biasa. Sebab ketika Pemilu 2014 lalu PAN akhirnya memutuskan ikut merapat ke kubu Jokowi setelah pasangan Prabowo-Hatta Rajasa yang diusung kalah.
“Yang jelas seperti PAN akan menerima siapa saja yang menang. Tentu saja bahwa bisa masuk koalisi itu 5 tahun lalu juga terjadi seperti itu,” kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jl Merdeka Utara, Jakarta, Senin (13/5/2019).
“Yang 5 tahun lalu mendukung Prabowo, lalu kemudian mendukung Pak Jokowi, masuk dalam kabinet. Jadi politik itu biasa saja,” sambungnya.
Baca juga:
Sosialisasi Gencar, Suara Jokowi di Sumbar Terjun Bebas
ICW Desak KPK Usut Tiga Menteri Jokowi yang Diduga Korupsi
Pengancam Jokowi Ditangkap di Bogor
Isu bergabungnya PAN dan PD ke koalisi Jokowi muncul setelah Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berbincang dengan Jokowi beberapa waktu lalu di Istana Negara dalam kesempatan terpisah.
Demokrat sendiri melakukan sederet manuver setelah pertemuan AHY-Jokowi. Manuver-manuver itu bikin panas hubungan Demokrat dan BPN Prabowo-Sandi.
Manuver itu di antaranya cuitan Andi Arief soal ‘setan gundul’ hingga perdebatan soal asal-muasal klaim ‘Prabowo menang 62%’. Hingga saat ini, Demokrat masih mempertanyakan klaim itu. (Has)