Rabu, 24 April 24

JK Jadi Wapres, Percepat Tumbangnya Ical?

JK Jadi Wapres, Percepat Tumbangnya Ical?

Jakarta – Kursi ketua umum Partai Golkar yang diduduki Aburizal Bakrie alias Ical sudah digoyang-goyang menjelang pemilu presiden (Pilpres)  2014, apalagi setelah pengumuman hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli lalu, memenangkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capre-Cawapres) Joko Widodo – Jusuf Kalla (Joko wi-JK). Sedangkan Ical membawa gerbong Partai Golkar mendukung pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta). Tak hanya itu, Ical bahkan memecati sejumlah kader Partai Golkar yang mendukung Jokowi-JK, dari jabatannya di DPR RI seperti Poempida Hidayatulloh, Agus Gumiwang Kartasasmita dan Nusron Wahid, serta Indra J Piliang, Adnan Anwar Saleh, Adi Sinulingga dari jabatan di Golkar lainnya.

Tentu saja langkah dan sikap Ical ini semakin menambah kencang goyangan yang mengancam pelengseran pentolan Golkar itu dari kursi singasananya. Jauh sebelum Pilpres 9 Juli 2014 saja, sejumlah kader Golkar sudah mendesak agar digelar Musyawarah Nasional (Munas) untuk mendongkel Ical dari jabatan ketua umum Partai beringin itu karena kepemimpinannya dinilai gagal dan ‘menghancurkan’ Golkar. Bahkan, Cawapres JK sendiri ikut mendorong percepatan Munas Partai Golkar untuk mengevaluasi kepemimpinan Ical. Tapi JK menegaskan dirinya tidak berniat mengambil alih kursi Ical. “Saya ndaklah, kan sudah pernah,” kata JK usai menghadiri tahlilan di rumah politisi senior Golkar Ginandjar Kartasasmita, Jakarta, pada 15 Juli lalu atau enam hari setelah pemungutan suara Pilpres 2014.

JK sendiri mengaku telah mengantongi nama calon untuk diusulkan menjadi pengganti Ical. Namun JK masih belum mau mengungkapkannya. “Ada, rahasialah. Ada syaratnya, harus berpengalaman di Golkar. Aktif di pengurus pusat 5 tahun,” jelas Cawapres pendamping Jokowi. Sementara politikus senior Golkar Ginandjar Kartasasmita mengatakan peralihan kepemimpinan Golkar harus digelar sebelum bulan Oktober 2014 agar bisa menyesuaikan agenda politik nasional, pergantian legislatif, pergantian pemerintah. Ditambah Fahmi Idris Cs dan zainal Bintang bersama kader Golkar pro JK juga tidak sabar untuk segera memakjulkan Ical dari tampuk pimpinan Golkar.

Terlebih lagi, JK menilai sikap Ical memecat sejumlah elite dan kader muda Partai Golkar, sebagai tindakan yang berlebihan. JK mengisyaratkan mengambil alih Golkar dari Aburizal pasca Pilpres 2014. Meski JK tidak maju menjadi ketua umum karena sudah terlalu senior, sehingga menunjuk generasi lebih muda yang dianggapnya pas dan tepat untuk memimpin Partai Golkar. “Saya tentu punya teman-teman muda yang mempunyai pikiran ideologis, dan tidak pikiran pragmatis serta politik hitung dagang. Yang terjadi kan Golkar sedang hitung dagang saja saat ini,” ucap JK jelang Pilpres 2014 lalu.

Mantan ketua umum Golkar menilai tindakan Ical memecat sejumlah elite Golkar, sebagai tindakan yang tidak wajar. Pasalnya, Ical melarang kader partainya mendukung sesama kader Golkar (Cawapres JK) , sementara Ical malah mengamanatkan seluruh kadernya untuk mendukung pemenangan capres-cawapres dari partai lain (Prabowo-Hatta). “Saya selalu mengatakan kewajaran, kewarasan. Masak Golkar lebih memilih calon dari partai lain dibanding calon partai sendiri? Kan enggak ada alasannya sebenarnya, berarti kan membesarkan lawan,” sindir JK dengan nada ketus.

Nampaknya, sikap JK kali ini akan berbeda dengan ketika tahun 2004 lalu yang merebut jabatan ketua umum Golkar dari Akbar Tandjung, begitu JK terpilih jadi Wapres mendampingi SBY. Selain sekarang ini sudah sepuh, JK juga sudah menyatakan dirinya akan berkonsentrasi penuh sebagai Wapres RI menjalankan tugas negara mendampingi Presiden Jokowi setelah dilantik nanti. Jadi, tidak harus JK sendiri yang menjadi ketua umum karena dia sudah terlalu senior. Kemungkinan Golkar akan dipimpin politisi muda yang mendukung JK.

Karena JK mengaku tidak akan menduduki jabatan ketua umum Golkar, maka peta persaingan di Golkar semakin menarik. JK sedari awal tidak berminat menggantikan Ical tetapi akan menjadi king maker ketua umum Golkar mendatang. Kini tercatat, setidaknya sudah ada dua nama yang akan bersaing merebut posisi ketua umum Golkar di Munas mendatang, yaitu Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menko Kesra Agung Laksono yang juga Wakil Ketua Umum DPP Golkar. Namun, keduanya bakal berasing dengan kader muda seperti Agus Gumiwang Kartasasmita dan Poempida Hidayatullah.

Sebelumnyam Tri Karya yang terdiri tiga ormas pendiri Partai Golkar yakni Soksi, MKGR dan Kosgoro 57 menyerukan pergantian Ical. Sesepuh Partai Golkar Suhardiman melalui Tri Karya Golkar menilai kepemimpinan Ical ditunjukkan hasil Pemilu Legsilatif yang hanya mendapatkan suara 14,5 persen. Satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan Partai Golkar, Suhardiman menyebutkan harus melalui mekanisme Munaslub yang bisa digelar Oktober 2014. “Kita harus menggelar Munaslub untuk menyelamatkan Partai Golkar,” tegas Suhardiman pasca pemungutan suara Pilpres 2014 yang memenangkan Jokowi-JK versi quick count sejumlah lembaga suvei. Desakan serupa juga muncul dari para politisi muda Partai Golkar seperti Agus Gumiwang Kartasasmita, Poempida Hidayatullah dan Indra J Piliang.

Namun, lagi-lagi Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung mengatakan masa bakti kepengurusan Partai Golkar berakhir 2015. “Jadi kalau ada yang menyatakan diundur sampai 2014 itu bertentangan dengan Anggaran Dasar,” tepis Agung sembari mengusulkan, sebelum menggelar Munas agar DPP Partai Golkar menggelar Rapimnas pasca pengumuman Pilpres di KPU 22 Juli 2014, yang khusus membahas persiapan Munas 2014. Sementara itu, Ical ketika ditanya tentang desakan Munas dipercepat, ia mengatakan hingga saat ini tidak ada permintaan dari DPD I Partai Golkar. “Munaslub itu hanya bisa diusulkan oleh DPD I. Kalau 2/3 DPD I bisa. Tidak ada satupun DPD I,” jelas Ical.

Apapun dalih Ical, dirinya sekarang ibarat telur di ujung tanduk. Pasalnya, melihat pengalaman sebelumnya, kader Golkar lebih dekat kepada elite Partai yang  ada di pemerintahan. Sebab, selama ini Golkar identik dengan partai penguasa dan tidak ada ceritanya Golkar di luar kekuasaan alias menjadi partai oposisi. Oleh karena itu, dengan duduknya JK sebagai politisi senior Golkar di kursi jabatan Wapres nanti, kalangan DPD I maupun DPD II Golkar bakal berkiblat ke JK. Artinya, kalau sementara sekarang ini DPD masih tunduk kepada Ical sebagai ketua umum Golkar. Tapi, akhirnya lambat laun hingga JK resmi berkuasa, DPD-DPD Golkar akan sependapat dengan JK. Yakni, bakal sepakat digelar Munas dipercepat dan sekaligus mengganti Ical. Maka, Ical terancam tumbang dari kursi ketua umum Golkar, meski pasang kuda-kuda sekuat apapun. (Ars)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.