
Imar
Jakarta-Menjelang pemberlakuan Asean Economic Community (AEC) 2015 mendatang, Kadin Indonesia menilai Indonesia dapat mempunyai potensi menjadi basis industri pengolahan bagi ASEAN.
“Negara kita memiliki penduduk terbesar dengan biaya hidup yang relatif rendah, Indonesia juga berpotensi menjadi basis industri manufacturing, pertanian pangan dan perikanan,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto di sela-sela acara Indonesia Banking Expo 2013, Jum’at (24/5).
Berdasarkan data yang diolah, 43% persen dari penduduk ASEAN yang sekarang mencapai 600 juta jiwa adalah penduduk Indonesia, dan secara demografis 53 % wilayah Asean merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Meski demikian, untuk mewujudkan potensi-potensi tersebut sangat bergantung pada kemampuan Indonesia untuk mempersiapkan prasarana yang dubutuhkan. Suryo menyebutkan, beberapa hal yang harus dipersiapkan itu seperti lahan untuk kawasan industri, tenaga kerja terampil, menyiapkan infrastruktur dan sebagainya.
Untuk menghadapi AEC mendatang, Kadin juga mengharapkan adanya keterlibatan integratif dalam pembuatan kebijakan sebagaimana yang sudah dilakukan negara-negara Asean seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
“Dalam hal itu Indonesia masih harus berbenah karena sektor swasta masih jauh berada di luar lingkaran pengambilan keputusan oleh negara,”harapnya.
Sementara itu, integrasi model AEC tetap menjadikan negara anggota sebagai pengambil keputusan. Keputusan pada tingkat ASEAN dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan demikian peran negara masing-masing anggota sebagai pengambil keputusan tetap dipertahankan.
Dengan model integrasi ekonomi kawasan seperti AEC, Indonesia dinilai perlu menyadari setiap keunggulan dan kelemahan yang ada seperti yang disebut comperative advantages.
Comperative advantages berkaitan dengan tingkat efisiensi dalam memproduksi barang. Dengan adanya perbedaan efisiensi tersebut maka akan terjadi perdagangan antar negara. “Negara yang memiliki efisiensi lebih tinggi akan menjual barangnya kepada negara dengan efisensi lebih rendah,” terang Suryo.
Menurut Suryo, terintegrasinya basis industri menjadi penting karena negara yang mempunyai comperative advantage tinggi untuk produk tertentu akan menjadi basis industri barang tersebut. “Dengan begitu, maka setiap negara tidak perlu lagi memproduksi semua jenis barang untuk kebutuhannya sendiri,”pungkasnya.