Hiduplah Seperti Lilin
Jauharoh dilahirkan di Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, 30 Oktober 1966. Ia buah hati pasangan HM Haddad Akip dan Hj Zubaidah Hasan. Jauharoh anak bungsu dari tujuh bersaudara.
Darah pergerakan yang mengalir di tubuhnya adalah warisan dari ayahnya. Sang ayah tokoh NU dan sering bercerita tentang perjuangannya memenangkan Partai NU.
Semula waktu kecil Jauharoh bercita-cita ingin menjadi dokter. “Waktu kecil saya seneng banget ngeliat dokter. Makanya waktu itu saya bercita-cita ingin menjadi dokter,” katanya mengenang.
Ketika tumbuh dewasa dan menjadi aktivis PMII di tahun 1990-an, muncul keinginannya menjadi politisi. Untuk itulah ia bergabung dengan PKB.
Jauharoh alumnus SMAN Poncowati, Kabupaten Lampung Tengah, tahun 1985. Banyak alumni SMA ini yang meraih prestasi cemerlang di berbagai bidang.
Setelah tamat SMA Jauharoh kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Dunia Usaha Universitas Lampung (Unila), dan menggondol titel S1 pada tahun 1990. Tak berhenti di situ. Ia terus belajar, dan meraih S2 Magister Manajemen Jurusan MSDM Universitas Bandar Lampung tahun 2004.
Jauharoh menikah dengan MI Sartoni, SE, MM. Mereka dikaruniai tiga anak, yakni Fatin Nabilla, M Fatih Ghossan, dan M Fakhri Farr.
Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU (LKKNU) Provinsi Lampung ini berfalsafah hidup seperti lilin. “Moto hidup saya adalah hiduplah seperti lilin. Minimal bisa memberikan manfaat bagi sekitar,” tegasnya. (arh)