
Jakarta, Obsessionnews – Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2014 tersisa lebih dari 40% sehingga boleh jadi proyek-proyek prasarana jalan dan jembatan seperti Mass Rapid Transportation dan Jalan Layang kini di 2015 digeber serentak.
“Dampaknya yang kini terasa adalah lalulintas kota terjebak macet berat apalagi kalau ada kecelakaan lalulintas berat, even-even internasional dan vooriijder pejabat tinggi,” ungkap Koordinator Infrastructural Watch Indonesia (IWI) Dr Ir Pandji R Hadinoto MH kepada Obsessionnews, Senin (11/5/2015).
Pandji Hadinoto menegaskan, kemacetan lalulintas kota itu terjadi karena banyak ‘bootlenecks’ akibat 3-4 jalur jalan tersempitkan jadi 1-2 jalur jalan saja tanpa ketersediaan jalur pengganti sementara.
“Hal ketiadaan jalur pengganti sementara ini seharusnya tidak perlu terjadi bila saja dipersiapkan terlebih dahulu berdasarkan studi kelayakan lingkungan konstruksi yang baik,” tandas mantan Aktivis ITB ini.
Yang jelas, lanjut Pandji, dampak kemacetan lalulintas berat itu adalah peningkatan drastis konsumsi bahan bakar minyak yang sia-sia alias pemborosan struktural, dan hal ini pasti bertentangan dengan politik penghematan bahan bakar minyak.
“Bahkan justru turut meningkatkan boroskan devisa negara padahal pembiayaan proyek-proyek infrastruktur membutuhkan pendanaan yang signifikan,” ungkapnya.
“Kontroversi ini, masih bisa diminimalisir asalkan ada niat politik paralel dilakukan segera konstruksi tambahan berupa jalur-jalur pengganti sementara dengan menggeser trotoar, utilitas telepon dan tiang listrik, serta menebang pohon-pohon pelindung kota,” tutur Pandji. (Asma)