Minggu, 4 Juni 23

ISIS Upaya AS Alihkan Isu Israel Bantai Palestina?

ISIS Upaya AS Alihkan Isu Israel Bantai Palestina?

Jakarta – Kini, masyarakat dihantui isu penyebaran gerakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Makhluk apa pula ISIS alias Negara Islam Irak dan Suriah itu? Di Indonesia sendiri,kabar tentang ISIS disebarkan media dengan seram dan menakutkan. Ancaman serius teroris ISIS bukan hanya mengancam bagi Irak dan Timur tengah saja, tapi bagi seluruh negara di dunia. Seperti dilansir situs irib.ir, Presiden Irak, Fouad Masoum, menyerukan PBB mengambil tindakan tegas terhadap kejahatan kelompok teroris ISIS di kota Mosul.

Dalam pertemuan dengan wakil kepala misi PBB di Irak, George Bostin pada Minggu lalu, Masoum khawatirkan kondisi warga Irak di wilayah yang berada dalam pengaruh ISIS, termasuk warga Kristen. Presiden Irak mendesak PBB mengambil tindakan tegas dan cepat untuk membantu warganya yang menjadi korban serangan teroris ISIS. Kini dikabarkan, ancaman kelompok teroris semacam ISIS yang bergerak dari Suriah ke Irak bukan hanya menjadi ancaman bagi kedua negara di Timur Tengah itu saja, tapi kelompok teroris takfiri itu menjadi bahaya bagi negara lainnya, termasuk kini dikabarkan menyusup di Indonesia.

Disebutkan, kelompok teroris ISIS yang merupakan binaan dinas intelejen negara Barat dan Israel, terutama CIA dan Mossad, sejak 10 Juni lalu menyerang kota Mosul dan sejumlah wilayah lainnya. ISIS juga melakukan berbagai kejahatan di negeri kisah 1001 malam itu. Debut kejahatan ISIS dimulai sejak tiga tahun lalu di Suriah dalam perang menghadapi pemerintah Damaskus. Dengan bantuan negara-negara Barat dan Arab, ISIS bersama kelompok teroris lainnya merekrut anggota dari seluruh dunia datang ke Suriah untuk menumbangkan Assad.

Nampaknya, ISIS merupakan perjuangan kaum Sunni Timur Tengah yang tidak senang dengan dominasi Syiah di Irak dan Suriah. Namun di Indonesia, Sunni dan Syiah nyaris sulit dibedakan. Contohnya tradisi Syiah di Tegal malah sekarang dilanjutkan oleh kelompok Ahlussunnah wal jamaah. Misalnya tradisi ruwahan dan Rebo Wekasan. Hal yang sama terjadi di Bengkulu, upacara tradisional Tabot adalah khas Syiah tetapi dirayakan oleh orang Sunni.

Sebenarnya, yang harus kita wapadai sekarang adalah justeru gerakan internasional yang ingin memecah belah ukhuwah Islamiyah. Karena sejak meredanya perang dingin dunia Barat dan konpirasinya meliht Islam sebagai bahaya. Phobia semacam inilah yang harus kita lawan dengan perilaku bijak yang berkhlakul  kharimah.

Gerakan Syiah pada awalnya tidak dipersoalkan dunia terutama negara-negara  di Timur Tengah yang sebagian masih menganut sistem Monarchi. Setelah sistem Monarchi di Iran tamat yaitu dengan jatuhnya Syah Reza Pahlevi mulailah negara-negara di Timteng bereaksi. Mereka kuatir jika revolusi Iran merembet ke tetangganya. Yang paling ketakutan tentu saja Arab Saudi dan sekutunya yang masih bercorak Kerajaan. Lihat saja negara Timteng yang Republik tidak begitu kentara reaksinya.

Nah, sentimen Arab Saudi ini disambut dengan suka cita oleh Barat karena mereka dapat sekutu menghancurkan Islam yang justeru datang dari kalangan Islam sendiri. Inilah yang juga di-nash-kan di Qur’an bahwa suatu ketika akan datang musuh Islam justeru dari kalangan kalian sendiri. Makanya setiap ada gerakan yang mengatasnamakan Islam kita harus tahu tujunnya. Tahu riwayatnya. Kenal betul pemimpinnya. Agar kita tidak mudah diadu domba.

Yang jadi persoalan dan pertanyaan adalah mengapa ISIS hanya memerangi kaum Syiah, sementara membiarkan Israel membantai Palestina di Gaza?

ISIS di Suriah karena Pressiden Assad adalah Syiah dukungan Iran. Demikian pula ISIS di Irak karena sekarang pemerintahan Irak dikuasai kaum Syiah. Padahal, Syiah itu adalah juga Islam tetapi hanya mahzabnya saja yang berbeda. Sebenarnya, kita tidak perlu memusuhi Syiah secara membabi buta. Sebab, bahaya yang mengancam kita bukan Syiah tetapi pengaruh Barat yang mendominasi dunia yang berimba kepada budaya konsumtif yang berujung pada korupsi. Inilah musuh kita yang nyata.

Benarkah ISIS Bentukan AS ?
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto, mencurigai ISIS adalah bentukan Intelijen AS dan Israel beserta Inggris. “Misalnya, mengapa deklarasi ISIS tidak mengundang reaksi Barat, padahal dengan tegas Barack Obama pernah mengatakan tidak akan tinggal diam bila ada pihak yeng mendeklarasikan khilafah,” ungkapnya.

Hingga saat ini juga, lanjut dia, belum terdengar reaksi ISIS terhadap Isarel yang menyerang Gaza dengan begitu membabibuta. Padahal salah satu fungsi utama kekhalifahan Islam adalah sebagai pelindung umat Islam. “Ini umat Islam dibantai begitu rupa, diam saja,” protesnya.

Hal lain, fakta di lapangan, ungkap Ismail, kelompok ISIS malah menyerang wilayah yang dikuasi oleh kelompok Jabhat al Nusroh di Suriah, dan bukan menyerang wilayah pemerintahan Bashar Assad. “Jangan-jangan pernyataan Snowden bahwa ISIS bentukan Mossad Israel, CIA Amerika dan M-16 Inggris benar,” ungkapnya pula.

Namun anehnya, kalangan internal Amerika Serikat (AS) justeru mengkritik pemerintah Presiden Barack Obama menyusul memburuknya situasi keamanan di Irak.Senator RepublikJohnMcCain, pesaing Obama dalam pemilu tahun 2008, menuding Presiden AS itu bersikap pasif dan lamban dalam menindak ancaman kelompok Daulah Islamiyah fil Iraq wa Syam (DIIS)/The Islamic State in Iraq and Syria(ISIS). Dalam pertemuan di Senat, McCain mengatakan, ketika Irak terbakar di kobaran api, Obama justru sibuk bermaingolfdanberpartisipasi dalamkegiatan amal.

Seperti dilansir irib.ir, Minggu (10/8), McCain menilai strategi Presiden AS yang mengurangi kehadiran langsung pasukan Amerika di Timur Tengah sebagai faktor munculnya ancaman ISIS. Akibat serangan terhadap dirinya itu, Obama saat ini berada di persimpangan jalan penting. Dari satu sisi, ia berulang kali mendukung kebijakan menarik diri dariperang yang diwarisi dariPresiden George W. Bush, namun dari sisi lain, ia sekarang melihat dirinya sedang menghadapi perang baru di Timur Tengah.

Sejak terjun di kebijakan nasional AS, Obama berada di barisan yang menentang perang di Irak dan Afghanistan. Oleh karena itu, selama lima tahun pemerintahannya, ia telah menarik tentaranya dari Irak dan Afghanistan. Meski perang di Libya meletus sejak masa pemerintahan Obama dan bahkan ia telah memerintahkan serangan luas dengan menggunakan pesawat tanpa awak di Afghanistan, Pakistan dan Somalia, namun para pengkritik Obama belum puas dengan kebijakan itu dan mereka tetap menuduhnya lamban dalam menyikapi ancaman terorisme.

Orang-orang seperti McCain meyakini bahwa kesalahan strategi Obama dalam penarikan pasukan AS dari Irak dan kebingungan di Suriah telah menyebabkan gerakan-gerakan ekstrim dan radikal mendominasi pergerakan di Timur Tengah. Salah satu gerakan terorisme bernama ISIS yang saat ini melakukan kejahatan mengerikan di Irak dan Suriah telah mengacaukan tatanan yang dibangun oleh AS pasca penggulingan rezim Saddam di Irak, yaitu tatanan yang untuk mencapainya, Washington telah menghabiskan dana sebesar 700 miliar dolar dan mengorbankan lebih dari 4.500 tentara.

Sementara itu, para pendukung Gedung Putih dan sebagian besar opini publik di AS meyakini bahwa kelambanan Obama dalam menyikapi transformasi di Irak dan perkembangan ISIS di negara Arab itu memiliki akar permasalahan tersendiri yang melampaui pandangan-pandangan pribadi presiden AS itu.  Menurut keyakinan mereka, seandainya Obama ingin lebih aktifpun, maka AS tidak akan memiliki kemampuan cukup untuk masuk ke perang baru di Timur Tengah. Yang jelas, masyarakat di Timur Tengah yang menjadi korban kesalahan strategi  pemerintahan AS sebelumnya dan pemerintahan Obama sekarang.

Isu Tutupi Pembantaian Palestina
Forum Umat Islam (FUI) menengarai adanya upaya pihak-pihak tertentu mem-blow up masalah ISIS  sebagai suatu peristiwa besar dan gempar untuk menutupi suatu perkara atau beberapa perkara agar tidak menjadi perhatian masyarakat.  “Sebab kita tahu, saat ini ada peristiwa besar yakni pembantaian kaum muslimin di Palestina oleh tentara agresor penjajah Israel sejak awal Ramadhan kemarin, yang telah menewaskan 1886 warga muslim Palestina sebagai syuhada,” ungkap Sekjen FUI, KH Muhammad Al Khaththath, Minggu (10/8).

Pembantaian yang dilakukan Israel tersebut, menurut Al Khaththath, telah menimbulkan reaksi hebat kaum muslimin di mana-mana. Solidaritas kaum muslimin untuk memberikan bantuan kepada umat Islam Palestina dalam segala bentuk, sangat terlihat di Indonesia dan negara-negara lain. Bahkan, seorang menteri muslim Inggris mundur sebagai bentuk protes terhadap pembantaian tersebut. “Sementara itu, di dalam negeri ada masalah Pilpres yang berlanjut ke Mahkamah Konstitusi, yang dengan segala bumbunya bisa menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak,” bebernya pula.

Belum lagi, lanjut dia, masalah-masalah lain seperti korupsi Century, Hambalang, Bus Transjakarta dan lain-lain yang belum tuntas, maupun berbagai peristiwa yang menyangkut penodaan terhadap agama Islam. Kedua, FUI melihat adanya pihak-pihak tertentu yang membawa misi luar negeri, untuk menjadikan ISIS sebagai musuh bersama dunia. “Kita tahu bahwa ISIS ini semula adalah Al Qaeda, yang merupakan para mujahidin yang pernah direkrut dan dilatih oleh AS dalam menghadapi perang melawan Uni Soviet di Afghanistan,” paparnya.

Namun, setelah penyerbuan AS ke Afghanistan dan Irak, para mujahidin ini melakukan perlawanan hingga membuat negara adidaya itu kewalahan. Pasalnya, rezim bonekanya, Hamid Karzai tidak efektif. AS juga sudah kewalahan menghadapi gempuran para mujahidin di Irak. AS pun memberikan solusi Irak dibagi tiga, Syiah, Kurdi, dan Sunni.

Jatuhnya Mosul ke tangan ISIS menambah kekhawatiran AS.  Bahkan, Obama mengancam akan menyerbu ISIS bila telah sampai ke Irbyl di Irak Utara. Untuk meringankan beban AS, mereka menggiring opini dunia untuk memusuhi ISIS. Apalagi ISIS telah mengumumkan dirinya sebagai Khilafah atau Daulah Islamiyyah (Islamic State), secara umum yang menimbulkan sejumlah reaksi ketidaksetujuan dari berbagai faksi mujahidin, kalangan harakah dan ulama di Timur Tengah. Opini pesanan AS itu terwujud, yaitu menjadikan ISIS sebagai ancaman keamanan nasional.

“Itulah, mengapa opini ISIS tiba-tiba begitu besar dan gempar bak terjadi tsunami atau gempa besar di tanah air,” jelas Al Khaththath. “Padahal, rakyat Indonesia belum tahu apa sejatinya ISIS itu, dan tidak pernah bersentuhan dengan mereka. Bahkan adanya dukungan dari Indonesia juga baru dari segelintir orang yang punya ghirah jihad,” tambahnya.

Jangan Terprovokasi Isu ISIS
Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengimbau agar kaum muslimin Indonesia tidak termakan dan terprovokasi terhadap isu ISIS. “Saya menyerukan agar umat Islam, khususnya kaum Nahdliyin dimanapun berada, tidak ikut-ikutan mendukung ISIS, dan sekaligus tidak membuat perpecahan dikalangan kaum muslimin,” tegas Mantan Ketua Umum PBNU.

Menurut Hasyim, ISIS adalah fenomena Islam di Timur Tengah yang sama sekali tidak sama dengan kondisi Indonesia. Di samping itu, kehati-hatian ini perlu karena selama musim reformasi ini telah terbentuk embrio-embrio kekuatan garis keras (radikal), baik yang bergerak melalui gerakan massa , gerakan yang masuk ke dalam sistem ke-Indonesia-an, maupun yang menggunakan cara teror.

“Menurut saya, Apabila embrio radikalitas ini diolah dengan bumbu isu ISIS atau perpecahan pasca Pilpres pasti akan meningkatkan kadar radikalitas/kekerasan dalam gerakan trans-nasional yang membahayakan keselamatan kaum muslimin indonesia dan sekaligus membayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tuturnya mengingatkan.

Ia pun mengajak lebih baik kita sebagai kaum Muslimin berbuat/melakukan strategi yang Islami dan Indonesiawi daripada kita mengaku “kelompok paling Islam” namun menghalalkan “segala cara” karena merasa untuk kepentingan kelompoknya yang “paling Islam ” itu, padahal yang sedemikian itu tidak pernah diajarkan oleh Rosululloh.

Menghalalkan segala cara bukanlah ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Yang pernah terjadi dalam sejarah Islam adalah kelompok Khawarij, yang berprinsip boleh merusak apa saja yang bertentangan dengan kemauannya. Sekarang ini, ajaran tersebut menjelma dalam berbagai bentuk gerakan pengrusakan dengan segala manifentasinya. Dan apabila terjadi bentrok antar kelompok kaum Muslimin, itulah saatnya kekuatan asing akan masuk dan merusak Islam dan Indonesia. “Waspadalah!” seru Hasyim. (Ars)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.