Sabtu, 25 Maret 23

Inpago Unsoed 1, Varietas Unggul Padi Pemberi Harapan Baru Petani

Inpago Unsoed 1, Varietas Unggul Padi Pemberi Harapan Baru Petani

Press Release

Purwokerto, 24 Februari 2017. Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 adalah varietas padi yang sudah dipatenkan. Hak Paten untuk tanaman disebut hak PVT (hak Perlindungan Tanaman). Tujuan pemberian Hak Paten (HKI) adalah melindungi penemu (inventor) dari plagiasi, pencurian, dan pelanggaran lain yang merugikan penemu secara ekonomi.

Walaupun Inpago Unsoed 1 sudah dipatenkan, Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto Jawa Tengah sebagai pemegang hak patent tetap mengijinkan para petani untuk memproduksi benihnya. Tanpa petani  harus membayar royalty yang menjadi kewajibannya. Bahkan Unsoed mengajari para petani untuk menangkarkan benih padi Inpago Unsoed 1 ini sampai menghasilkan benih bersertifikat. Ini adalah bentuk komitmen Unsoed dalam membantu memajukan pengetahuan dan keterampilan petani.  Artinya, Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 akan memberikan harapan baru petani, karena petani tidak harus membayar royalty.

Rendahnya harga gabah padi pada panen raya musim tanam I (satu) yang meresahkan sebagain besar petani, tidak menjadi permasalahan berarti bagi masyarakat tani Desa Karangtengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Petani yang tergabung dalam Gapoktan Sri Waluyo Tani telah mendapatkan jaminan harga di atas harga pasar. Bekerja sama dengan Tim Unit Pengelola Benih Sumber Padi Gogo Aromatik Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman / Unsoed Purwokerto Jawa Tengah yang diketuai oleh Prof.Ir.Totok Agung,DH,M.P.,Ph.D., Gapoktan Sri Waluyo Tani saat ini memproduksi benih bersertifikat Inpago Unsoed 1 pada musim tanam I. Pada acara Temu Lapang Pembinaan Teknologi Produksi Benih Bersertifikat yang dilaksanakan hari Rabu 22 Februari 2017 di Desa Karangtengah Kec.Kemangkon Kab.Purbalingga, Ketua Gapoktan Bapak Mashuri dan Ketua Kelompok Tani  Makmur Bapak Sutriyo dan para petani menyampaikan sangat puas dengan performa padi Inpago Unsoed 1 di lapang. Pak Mashuri dan para petani penangkar menyukai Inpago Unsoed 1 karena anakannya banyak dan hampir semuanya produktif, malainya panjang, dan jumlah gabah per malainya banyak. Keistimewaannya yang lain adalah daun benderanya yang tetap hijau meskipun kekurangan ataupun pupuk dan air, serta relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Daun bendera yang tidak menguning/mengering menjadikan petani yakin pengisian bijinya akan berlangsung optimal, sehingga semua bijinya bisa terisi penuh sampai ke bagian leher malai. Beberapa varietas lain yang dibudidayakan petani setempat di sekitar lokasi produksi benih banyak mengalami gangguan oleh ketersediaan hara dan hama-penyakit tanaman.

Diskusi Teknologi dalam rangkaian Temu Lapang Pembinaan Teknologi Produksi Benih Bersertifikat Inpago Unsoed 1 yang dilaksanakan di sekretariat Gapoktan Sri Waluyo Tani Desa Karangtengah Kec.Kemangkon Kab.Purbalingga pada hari Rabu 22 Februari 2017 dengan peserta pengurus dan anggota Gapoktan juga dihadiri oleh Kepala BPP Kecamatan kemangkon Bapak Saptono, PPL dan THL-TBPP Kecamatan Kemangkon. Program ini didukung oleh Bupati Purbalingga dan Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kab.Purbalingga yang menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama produksi benih pada tanggal 12 Oktober 2016 yang lalu. Disampaikan oleh Kepala BPP, Desa Karangtengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga telah menjadi Desa Mandiri Benih mulai tahun 2015, dan sangat bersyukur mendapatkan pembinaan dari Unsoed.

Selanjutnya informasi mengenai teknologi-teknologi baru seperti salibu Jarwo Super dan Superbodi menjadi harapan baru bagi petani untuk meningkatkan produktivitas lahan. Diharapkan teknologi-teknologi bidang pertanian yang ada di Unsoed dapat dikenalkan dan diaplikasikan di Kecamatan Kemangkon, dan mereka mengharapkan pendampingan teknologi dari Unsoed. Benih bersertifikat yang nantinya dihasilkan dari kerja sama pembinaan produksi benih seluas 2 (dua) Ha ini telah mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar yang ingin membudidayakannnya pada musim tanam II yang merupakan musim sadon, peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Inpago Unsoed 1 yang merupakan padi gogo yang toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan wereng, sehingga sangat sesuai ditanam pada musim sadon. Unsoed juga telah mendapatkan pesanan benih dari berbagai pihak untuk penanaman di sejumlah wilayah, baik di Jawa maupun luar Jawa, di antaranya Jambi, Sumatera, dan Papua.  Lebih lanjut disampaikan Pak Mashuri, Gapoktan Sri Waluyo Tani siap untuk bekerja sama lebih lanjut dalam pengembangan produksi bersertifikat pada musim tanam berikutnya.

Tim Unsoed yang terdiri dari Prof.Ir.Totok Agung,DH,M.P.,Ph.D. (yang juga Direktur dan Dosen Program Pascasarjana Unsoed), Agus Riyanto,S.P.,M.Si., Dyah Susanti,S.P.,M.P., dan Siti Nurchasanah,S.P.,M.Si dalam paparannya menyampaikan profil Inpago Unsoed 1, teknik budidaya, teknik produksi, dan sertifikasi benih serta penanganan pasca panen. Selain teknologi berupa varietas unggul dan produksi benih bersertifikat, disampaikan juga teknologi terintegrasi dalam menyiasati lahan marginal dan perubahan iklim global untuk meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 maupun IP 300. Pengoptimalan musim tanam melalui pengaturan pola tanam disampaikan oleh Prof Totok, merupakan kunci sukses meningkatkan IP. Lahan-lahan yang hanya dapat ditanami padi pada satu musim tanam dapat ditingkatkan produktivitasnya dengan melanjutkannya dengan sistem budidaya padi secara Salibu, kemudian pada musim tanam ketiga yang biasanya bera, dimanfaatkan untuk budidaya kedelai dengan teknik Superbodi. Salibu memanfaatkan tunggul/rumpun padi pada musim tanam sebelumnya, ditumbuhkan kembali tunas ratunnya dengan teknik tertentu diketahui dapat menghemat waktu ekitar 40 hari dan biaya produksi padi pada musim tanam II. Meskipun hasilnya menurun, akan tetapi tetap memberikan keuntungan bagi petani dan lebih cepat memberikan pendapatan pada musim tanam tersebut. Superbodi yang dikembangkan oleh Prof. Totok dkk, singkatan dari “masukkan benih di pertengahan bonggol padi” merupakan teknologi yang dikembangkan dari kearifan lokal dan diintegrasikan dengan penggunaan pupuk hayati, dapat mengurangi resiko gagal panen kedelai pada musim kemarau.

Benih bersertifikat, teknik budidaya yang sesuai musim dan lokasi serta pengaturan pola tanaman yang tepat merupakan hal yang sangat mendasar bagi upaya peningkatan produksi pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Kesigapan petani, penyuluh dan pemerintah daerah dalam menyiasati berbagai keterbatasan yang ada dapat dijembatani dengan teknologi terintegrasi yang dihasilkan dari penelitian di perguruan tinggi. Teknologi yang dihasilkan oleh peneliti Unsoed telah terbukti mampu menjadi harapan baru bagi masyarakat tani Indonesia. (*)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.