
Purwokerto, Obsessionnews – Bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi adalah geng motor, tawuran, pesta seks, pesta minum-minuman keras, seks bebas, narkoba, dan bentuk lainnya dari tingkat ringan sampai berat. Bentuk kenakalan remaja yang ringan berpotensi menjadi kenakalan remaja berat antara lain tidak terbuka dengan orang tua, membolos, menentang aturan sekolah.
”Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal remaja dalam hal ini adalah perubahan pubertas itu sendiri yang telah dijelaskan dalam uraian sebelumnya. Kontrol diri yang lemah menjadi penyebab kenakalan remaja,” ungkap Endang Triyanto SKep.Ns MKep, Dosen Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah,
Menurut Triyanto, remaja yang tidak dapat membedakan tingkah laku yang dapat masyarakat dengan yang tidak dapat diterima, maka akan sangat mudah terseret pada perilaku ‘nakal’. Bahkan, mereka yang telah mengetahui saja, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya dapat juga terseret pada kasus kenakalan remaja.
Sementara faktor eksternal yang menjadi penyebab kenakalan remaja, salah satunya adalah keluarga. “Perceraian, gagalnya komunikasi antar anggota keluarga atau perselisihan bisa memicu perilaku negatif remaja. Pendidikan yang salah di keluarga, seperti terlalu memanjakan anak, pendidikan agama yang kurang dapat juga menjadi penyebab kenakalan remaja,” paparnya.
”Kurangnya komunikasi, keintiman, keakraban, keterbukaan dan perhatian dalam keluarga akan menganggu dalam proses pembentukan perilaku positif remaja. Seorang remaja membutuhkan komunikasi yang intim, perhatian dan motivasi yang maksimal dari orang tuanya. Sejumlah 63% remaja nakal terjadi akibat tidak berjalannya proses komunikasi keluarga kepada remajanya,” tambahnya.
Ia mengingatkan, seringkali orang tua terlalu overprotective pada anak remaja dan tidak memberikan kesempatan untuk bergaul dengan temannya. ”Hal ini dapat dikatakan bahwa orang tua tidak memberikan hak otonomi remaja untuk bersosialisasi,” tuturnya.
Triyanto membeberkan, pola pengasuhan yang mengekang remaja mengakibatkan jiwa dan psikologi remaja menjadi tertekan, sedih, tidak percaya diri, tidak berguna, mendendam, dan cenderung memberontak. “Peran keluarga sangat penting sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan,” tandasnya.
Di sisi lain, lanjutnya, remaja dihadapkan dengan pengaruh teman sebaya yang kurang baik. Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik, tekanan perubahan kondisi ekonomi, sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya kenakalan remaja.
”Remaja sering mengambil keputusan dalam situasi stress, sehingga seringkali mereka tidak mampu menolak ajakan teman sebayanya meskipun merugikan remaja,” ungkapnya pula. (Asma)