Sao Paulo – Pembukaan jalur sepeda di jantung Kota Sao Paulo, Brasil, pekan ini, disebut-sebut sebagai hasil tekanan warga terhadap pemerintah kota di bidang transportasi.
Kota Sao Paolo bukannya tidak punya jalur sepeda. Data terkini mencatat kota tersebut memiliki jalur sepeda sepanjang 238 kilometer yang selesai diciptakan tahun lalu.
Akan tetapi, jalur sepeda yang akan dibuka di Avenida Paulista, pada Minggu (28/6), adalah cerita lain. Jalan yang kedua sisinya dulu ditempati rumah-rumah megah kepunyaan saudagar kopi Brasil itu sarat dengan makna simbolis.
Di jalan itulah sekelompok pengguna sepeda memulai demonstrasi bertajuk ‘Bicicletada’. Mereka memblokir jalan di jantung Kota Sao Paulo tersebut demi menuntut pemerintah kota mengucurkan investasi pada moda transportasi umum ketimbang memprioritaskan jalan bagi 5,6 juta mobil.
“Pada masa itu, supir-supir membunyikan klakson dan meneriaki kami agar kami minggir. Mereka juga mengakut-nakuti kami dengan memepet sepeda,” kata Odir Junior, 45, salah seorang demonstran.
Menurutnya, langkah pemerintah kota yang membuka jalur sepeda di Avenida Paulista ialah titik balik kota.
“Perlu banyak keringat, air mata, dan darah agar jalur sepeda dibuka di sini,” ujarnya, merujuk kematian tiga pengguna sepeda dan seorang lainnya yang kehilangan tangan dalam lima tahun terakhir.
Hasil Desakan
Desakan warga akhirnya berbuah manis. Inisiatif menciptakan jalur sepeda disokong Wali Kota Sao Paulo, Fernando Haddad. Dia berikrar untuk mengembangkan jaringan jalur sepeda dari 64,7 kilometer menjadi 400 kilometer pada 2016.
“Banyak orang ingin menggunakan sepeda, namun memilih tidak karena takut. Kami ingin memberi jaminan keselamatan kepada para pesepeda, itu hak mereka,” kata Sekretaris bidang Transportasi Kota Sao Paulo, Jilmar Tatto.
Langkah pemerintah kota disambut baik warga. Jajak pendapat DataFolha Institute pada Februari lalu menunjukkan 66% warga kota menyokong kebijakan pembuatan jalur sepeda.
Lebih dari 50% responden menatakan mereka memakai sepeda setidaknya sekali sepekan, sedangkan 13% lainnya mengaku tidak pernah menggunakan sepeda.
“Saya melihat banyak kecelakaan. Jalur sepeda baru ada setelah sekian lama. Dengan adanya jalur tersebut, naik sepeda akan lebih aman,” kata Camille Veronese, mahasiswi berusia 20 tahun.
Meski demikian, ada pula warga yang skeptis dengan jalur sepeda baru tersebut. Supir taksi bernama Marcos Segatin menilai kebijakan jalur sepeda muncul terlalu cepat dan perencanaannya terburu-buru.
Andrea Matarazzo, pemimpin kubu oposisi, di parlemen kota, menilai wali kota saat ini kurang berkonsultasi sebelum memutuskan menciptakan jalur sepeda. Meski demikian, jika terpilih menjadi wali kota, Matarazzo berjanji tidak akan menghapus jalur itu.
“Saya akan terus menerapkannya, memperluas percabangannya, namun dengan disertai debat publik dan mengundang warga memberi opini mereka—sesuatu yang tidak dilakukan wali kota saat ini,” ujarnya. (bbc.co.uk)
