
Ambarawa, Obsessionnews – Okwudili Ayotanze, terpidana mati kasus narkoba yang dieksekusi pada Rabu (29/4) dini hari, ternyata meninggalkan sepucuk surat untuk Presiden Jokowi. Dibacakan oleh Rina, rohaniawan pribadi Dili (panggilan akrab Okwudili) usai penguburan jenazah, warga negara Nigeria tersebut pada intinya meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas perbuatan yang ia lakukan.
Dili datang ke Indonesia pada tahun 1999 bersama saudara iparnya untuk berbisnis garment. Dalam suratnya, ia menyatakan bisnisnya bangkrut dan berbekal sisa uang sebesar 1 juta rupiah, Dili kembali berjualan baju seadanya.
Seiring waktu berjalan Dili kemudian berkenalan dengan Robert, seorang WNI yang menawarkan baju untuk dijual. Hingga suatu saat Dili tidak bisa menyetorkan uang kepada Robert. Ia akhirnya terpaksa berhutang sebesar Rp7,5 juta
Guna pelunasan ia kemudian meminta tolong kepada Nigeria dengan balasan Dili diharuskan menuju Pakistan sebagai bentuk timbal balik. Ia dijanjikan uang sebesar Rp20 juta jika mau membantu temannya itu.
Berdalih usia muda yakni 26 tahun, dirinya kemudian menerima iming-iming temannya tanpa mengetahui pekerjaan apa yang dimaksud. Ceritapun berlanjut dimana sesampainya di Pakistan, paspor milik Dili disita oleh temannya dan dipaksa untuk menelan narkoba dalam bentuk pil pada tanggal 28 Januari 2000. Hingga akhir ditangkap oleh petugas keamanan bandara Soekarno Hatta.
Di tengah surat ia memberikan poin unek-unekny selama ini.
“Aku tidak punya niat untuk rusak atau hancur generasi bangsa ini.
1. Aku umur 26. Pikiran aku belum dewasa
2. Waktu itu aku terpaksa
3. Aku udah ada tiket untuk lari ke Nigeria. 4. Dan aku dari keluarga tidak mampu”dl
Sebagai penutup ia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Indonesia karena melalui penjara, ia dapat menemukan bakatnya menulis dan membuat lagu. Menurut Rina, Dili merupakan pribadi yang berubah semenjak mengikuti bimbingan darinya.
“Bayangkan mas, sejuta lagu ia bikin. Belum lagi prakarya lainnya. Bahkan di salah satu lagu ada ia buat untuk Indonesia,” jelas Rina berkaca-kaca di rumah duka, Rabu (29/04).
“Lihat saja tulisannya jelek begini. Ini karena dia tidak mampu untuk sekolah. Dia itu dipaksa bukan karena kemauan dia sendiri,”imbuhnya lagi.
Okwudili Ayotanze sendiri dimakamkan di Pemakaman Gotong Royong, dekat dengan panti asuhan Eklesia. Puluhan orang mengiringi kepergiannya tepat pukul 15:00 WIB. Tak sedikit pula anak-anak panti yang menangis karena kedekatan mereka dengan sosok Dili.
Berikut adalah foto surat tangan dan album yang dibuat oleh Okwudili Ayotanze sebelum di eksekusi mati.