Jumat, 22 September 23

Inilah Dugaan Penyebab Hilangnya Pesawat AirAsia

Inilah Dugaan Penyebab Hilangnya Pesawat AirAsia

Jakarta – ‎Insiden hilangnya kontak pesawat AirAsia tujuan Surabaya – Singapura dengan nomor penerbangan QZ8501 pada Minggu Pagi (28/12/2014), mengundang pendapat dari berbagai pakar. Setidaknya ada beberapa penyebab  pesawat jenis Airbus A320 itu menghilang dari radar layar.

Seperti yang dilansir SkyNews, Minggu (28/12/2014). Sebagian pakar ada yang mengatakan hilangnya Peswat AirAsia disebabkan karena kesalahan teknis. Bahkan, ada yang bersepekulasi insiden itu bisa juga disebabkan adanya aksi pembajakan yang dilakukan oleh teroris.

‎Dugaan pertama, menurut pilot dan pakar penerbangan Gideon Ewers, ‎semua insiden tersebut disebabkan oleh masalah teknis di luar dari masalah yang terjadi di dalam pesawat. ‎Pasalnya, selama ini pesawat A320 memiliki catatan keamanan yang sangat baik dengan hanya mengalami 26 insiden.

Kesalahan teknis itu seperti halnya yang pernah terjadi pada pesawat US Airliner maskapai penerbangan Amerika Serikat yang dipaksa mendarat di Sungai Hudson, New York pada 2009. Karena ada serangan burung. Pesawat tersebut kemudian berlahan-lahan mendarat dan tenggelam di sungai Hudson. Dan 155 penumpat selamat dari insiden tersebut.

Kesalahan teknis lain, bisa juga disebabkan karena kehabisan bahar bakar. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Djoko Murjatmodjo, mengatakan pesawat jenis itu hanya cukup menempuh perjalanan empat jam atau paling lama empat setengah jam.

Jika Peswat AirAsia berangkat dari Bandara Surabaya sekitar pukul 06.00 maka bahan bakarnya maksimal akan habis pada pukul 10.00, karena diperkirakan pesawat itu akan mendarat di Singapure pukul 07.57 “Jika lost contact masih terbang artinya saat ini sudah habis,” kata Djoko.

Kedua, Menurut pakar penerbangan kapten Mike Vivian hilangnya Pesawat AirAsia bisa juga disebabkan karena terhantam oleh badai. Indikasi awalnya bisa diliat ketika Kapten pilot Iriyanto sempat meminta izin kepada menara kontrol untuk menaikkan ketinggian sebelum pesawat dinyatakan hilang.

Ia mengatakan, badai dan awan petir bisa menyebabkan gangguan yang serius kepada pesawat. Namun, biasanya kata Vivian seorang pilot yang sudah punya pengalaman tinggi jam terangnya mestinya bisa mengantisipasi kondisi cuaca yang setiap waktu berubah-ubah. Pilot Iriyanto memang sempat mengaku ingin menghindari awan cumolonimbus‎.

Ketiga, ‎Menurut Ray Karam Singh, seorang pilot yang sudah banyak memiliki pengalaman terbang di atas laut Jawa, hilangnya Pesawat AirAsia bisa saja terjadi karena terhambat oleh Gumpalan Es, sehingga menyebabkan pesawat terlontar dari langit. Singh menambahkan, bahwa es adalah penyebab paling mungkin, daripada serangan badai.

Keempat, insiden hilangnya Pesawat AirAsia bisa juga disebabkan karena kesalahan pilot itu sendiri dalam mengoprasikan mesin pesawat. ‎Meski demikian menurut bos AirAsia, Tony Fernandes, Pilot Iriyanto memiliki pengalaman 20 ribu jam terbang. Tujuh ribu jam penerbangan itu Ia lalui bersama AirAsia‎. Sehingga penyebab ini masih dikaji kebenarannya.

Kelima, penyebab terakhir hilangnya Pesawat AirAsia bisa juga disebabkan karena adanya aksi terorisme dan pembajakan pesawat. Menurut David Learmount, editor laman Flight Global, kunci dari kesuksesan penerbangan ialah memandu dan menjaga komunikasi dengan pihak menara kontrol.

Ia mengatakan, bisa jadi ada orang yang menggangu kinerja awak pesawat sehingga pilot tidak bisa melakukan komunikasi yang baik dengan penara kontrol. ‎”Kita tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu, dan jika pesawat tidak muncul berarti ada sebuah tindakan yang disengaja,”‎ paparnya.

Dugaan tersebut muncul karena tidak ditemukannya tanda-tanda kecelakaan, termasuk radar yang tidak menangkap sinyal Emergency Locator Transmitter. ELT adalah alat yang mengirimkan sinyal apabila pesawat mengalami kecelakaan. Karena itu, spekulasi ini mengarah kepada adanya aksi pembajakan pesawat.

“Alat itu berbunyi mengalami benturan keras atau pendaratan darurat. Kalau alat itu tidak berbunyi, ya kami belum dapat menyimpulkan apa-apa,” kata Kepala Badan SAR Nasional Jawa Timur, Sutrisno. Namun, Sutrisno juga belum mau bersepekulasi mengenai hal itu. (Abn)

 

Related posts