Rabu, 17 April 24

Inilah Cara Kendalikan Stress, Cemas dan Takut

Inilah Cara Kendalikan Stress, Cemas dan Takut

Jakarta, Obsessionnews-  Imuwan Indonesia sekaligus spesialis senior pada Divisi Neurobiologi di Universitas California, Irving, Amerika dan  Departemen Neuorologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,  Taruna Ikrar  menemukan terobosan baru. Ia menemukan metode pengendalian stress, cemas dan ketakutan.  Upaya itu dilakuan untuk mencari tahu segi patofisologi, anatomi, dan regulasi serta area di otak untuk menentukan stress, cemas, dan ketakutan tersebut.

Menurutnya, kesehatan seseorang bisa terganggu dilatar belakangi dengan berbagai faktor, misalnya kesenjangan sosial dimana tuntutan ekonomi tinggi dan penghasilan rendah, tekanan sosial dan sebagainya. Kondisi itu bisa menimbulkan seseorang berperasaan gelisah, takut dan khawatir yang disebabkan  manifestasi  dari psikologis dan fisiologis otak. “Komponen-komponen itu terlibat saat seseorang merasa cemas adalah komponen kongnitif, somatic, emosional dan behavioral,” ungkapnya melalui pers rilis yang diterima Obsessionnews.com, Minggu (24/4/2016).

Taruna menjelaskan bahwa kecemasan muncul tanpa stimulus yang jelas. Sedangkan rasa takut, disebabkan adanya ancaman yang jelas dari luar. Rasa takut akan berakibat seseorang bisa menghindar dan menjauh pada hal-hal yang dianggapnya tidak menyenangkan. Sedangkan kecemasan merupakan perasaan yang tidak bisa dikontrol dan tidak bisa dihindari oleh seseorang.

“Lain halnya kecemasan yang dialami seseoramg terjadi secara berlebihan. Karena kecemasan berlebihan masuk kategori gangguan yang disebut gangguan kecemasan (anixiety disorder),” tuturnya.

Ia mengatakan juga Kecemasan akan menimbulakan jantung berdebar, ketakutan, keluar keringat dingin, kekakuan pada bagian tubuh, nafas terengah-engah dan sebagainya. Timbulanya perasaan itu akan membuat seseorang terganggu. “Untuk merendam kecemasan dan stress yang dapat menganggu keseharian seseorang perlu melakukan sugesti terapi yang tepa secara psikis, lingkungan dan fisik,” sarannya.

Lebih lanjut Taruna mengatakan manifestasi ketakutan akan membuat seseorang menjadi cemas luar biasa. “Rasa takut dan cemas akan semakin sulit dikendalikan, seiring pasifnya upaya mengusir ketakutan itu sendiri,” ujarnya.

Melalui studi yang dilakukan, Taruna bersama timnya mendeteksi secara spesifik sel saraf dengan menggunakan metode berbasis photosimulation yang dikembangkan dalam laboratorium. Metode tersebut digunakan untuk memetakan sirkuit lokal pada area Bed Nucleus of the Satria Terminalis (BNST). Diketahui BNST merupakan area penentu stress, cemas dan ketakutan.

Metode lain yang digunakan adalah metode Laser Scanning Photostimulation (LSP) yang dikombinaskian dengan rekaman sel saraf secara langsung. Selain itu peneliti juga menggunakan metode optogenetik. Dari percobaan itu, mereka menemukan metode pemetaan otak secara LSP efektif memetakan koneksi sel-sel saraf penghambat di daerah BNST.

Dengan metode optogenetik, mereka juga mampu memetakan jenis koneksi sel-sel saraf penghambat secara signifikan. Optogenetik ini secara mudah bisa mematikan dan menghidupkan saraf penghambat di otak.

Hasil penelitan ini telah dipublikasikan dalam Journal of Neurophysiology pada 6 April 2016 lalu. Penelitian ini dilakukan oleh tiga orang, dimana Taruna sebagai peneliti utama bersama dengan Xiangmin Xu, Todd C. Holmes. (Asma)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.