
Gia
“Menurut hasil penelitian pada tingkat individu penggunaan insektisida efektif membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa, penular virus dengue yang menyebabkan DBD karena lebih rutin dilakukan dibanding cara yang lain, seperti larvasida,” Jelas Tri di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (3/4). Efek upaya pencegahan tersebut kata Tri juga memberikan kontribusi paling besar di tingkat desa. Studi ekologi tersebut dilakukan menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, data cakupan dari pengasapan dan penggunaan larvasida pada Subdit Arbovirosis Kementerian Kesehatan, serta studi hubungan iklim dan kejadian DBD di Indonesia. “Pencegahan penularan juga dilakukan dengan mencegah gigitan nyamuk dan menjaga lingkungan tetap sehat,” ujar Tri.
Jakarta – Pakar epidemologi Universitas Indonesia, dr Tri Y Wahyono menyatakan penggunaan insektisida merupakan cara terefektif cegah penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pengendalian vector.
“Menurut hasil penelitian pada tingkat individu penggunaan insektisida efektif membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa, penular virus dengue yang menyebabkan DBD karena lebih rutin dilakukan dibanding cara yang lain, seperti larvasida,” Jelas Tri di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (3/4). Efek upaya pencegahan tersebut kata Tri juga memberikan kontribusi paling besar di tingkat desa. Studi ekologi tersebut dilakukan menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, data cakupan dari pengasapan dan penggunaan larvasida pada Subdit Arbovirosis Kementerian Kesehatan, serta studi hubungan iklim dan kejadian DBD di Indonesia. “Pencegahan penularan juga dilakukan dengan mencegah gigitan nyamuk dan menjaga lingkungan tetap sehat,” ujar Tri.
Dalam kesempatan itu Tri juga menghimbau masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan krim atau lotion anti nyamuk untuk mencegah penularan DBD.
“kerena apabila ditinjau dari produk kimia, krim seperti itu jika digunakan dalam jangka panjang akan menimbulkan iritasi kulit,” jelas Tri.
Tri menggarisbawahi dampaknya bukan hanya kulit yang akan mengalami iritasi.
“Ada dua kemungkinan kalau kita menggunakan krim itu ataupun racun semprot antinyamuk, yaitu kita yang terkena penyakit iritasi tapi nyamuknya resisten atau tambah kebal terhadap bahan itu,” terangnya.
Sebaiknya kata Tri masyarakat membaca aturan pakai sebelum menggunakan krim atau senyawa kimia antinyamuk semprot tersebut.
“Ini juga harus menjadi perhatian pemerintah, yakni pengawasan karena sebagian besar masyarakat pengguna krim antinyamuk itu masyarakat menengah ke bawah,” tegasnya.