Jumat, 24 Maret 23

Inilah Alasan Kenapa Pergi Haji Mahal dan Lama

Inilah Alasan Kenapa Pergi Haji Mahal dan Lama
* Mustofa Achmad

Pekalongan, Obsessionnews – Pergi berhaji merupakan salah satu impian besar bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia. Ibadah haji sejatinya adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan oleh hamba Allah apabila mampu. Bagi umat Islam yang berada di kawasan jauh dari bumi Mekkah, menunaikan haji butuh biaya yang terbilang tidak sedikit.

Minat akan berhaji di Indonesia sendiri sangatlah tinggi. Jutaan orang mendaftar agar dapat sesegera mungkin menghadap Baitullah. Kementerian Agama selaku pemerintah selalu berupaya untuk memfasilitasi jemaat haji agar dapat beribadah secara khusyuk. Berbagai cara dilakukan oleh muslimin Indonesia untuk mendaftar mulai dari ONH hingga mengikuti haji khusus yang tentu dengan harga lebih tinggi. Antrian haji pun tak terelakkan. Hingga akhirnya para jemaat baru dapat berangkat setelah 15 tahun dari waktu pendaftaran.

KH. Mustofa Achmad selaku mantan Kepala Seksi Haji, Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, menjelaskan lamanya antrean disebabkan banyaknya peminat haji yang sangat membludak dari tahun ketahun. “Ini karena Indonesia sudah mendapat jatah kuota dari OKI (Organisasi Konferensi Islam) hanya sebanyak 210.000 orang setiap tahunnya,” terangnya.

Namun tidak menutup kemungkinan jumlah itu bertambah manakala jumlah jemaat dari negara-negara Islam lain berkurang.”Itu jumlah pastinya. Nah, misal dari negara Islam lain jumlah pendaftar pada tahun itu kurang, baru bisa ditambahkan ke Indonesia,” kata Mustofa saat ditemui obsessionnews.com di kediamannya, Minggu (5/4/2015).

Penetapan kuota tersebut juga agar kondisi lingkungan destinasi haji selalu terjaga dan tidak membludak sehingga terjadi chaos. Maklum, tidak hanya Indonesia saja yang mengunjungi Mekkah dan Madinah ketika ritual ibadah haji tiba.

Perihal kuota haji sekarang ini berkurang, Mustofa menerangkan bahwa itu disebabkan adanya perbaikan Masjidil Haram dan sekitarnya. “Pada tahun 2011 sudah ada warning pengurangan kuota, dimulai tahun 2013 jumlah jemaat dikurangi sebanyak 20% dari jumlah awal. Itu berlaku untuk seluruh dunia.”

Setelah adanya pengurangan, maka kuota jemaat bagi Indonesia bekisar 180.000 orang tiap tahunnya. Hal tersebut berlaku hingga lima tahun mendatang mengingat renovasi Masjidil Haram sangat luas. Pengurangan diberlakukan untuk keamanan jemaat karena masih banyaknya alat berat di sekitar lokasi. “Jadi modelnya shift berbentuk U, Khodimul Mukharomain (Panitia Haji Mekkah) lebih mementingkan keselamatan jemaat walaupun menyakitkan,” ujar Mustofa yang juga pembimbing haji tersebut.

Penggunaan visa wisata sendiri dapat digunakan bagi umas muslim jika merasa terlalu lama menunggu. Akan tetapi Mustofa mengingatkan bahwa hal itu hanya dapat dilakukan diluar musim haji. “Kalau selama musim haji, visa wisata ditutup. Jadi di bulan syawal, dzulkoddah, Dzulhijjah visa wisata untuk pergi berhaji tidak bisa.”

Menurutnya, kenaikan jumlah jemaat tiap tahun di Indonesia lebih disebabkan karena sistem yang saat ini berlaku menggunakan online, yaitu Sistem Komputer Haji Terpadu (SISKOHAT) . “Inilah yang menyebabkan pendaftaran haji dibuka setiap saat. Disisi lain banyak orang mampu yang ingin naik haji. Sehingga daftar tunggunya jadi banyak, sampai kurang lebih 16 tahun. Terlebih banyak kebijakan dari bank yang memberikan talangan.”

Dengan menumpuknya uang pendaftaran di berbagai bank, tentunya menjadi bunga dengan nominal cukup fantastis, mencapai Rp. 9,8 triliun. Bunga uang itu tidak diberikan kepada jemaat, tapi digunakan untuk subsidi peserta haji yang akan berangkat. “Jadi jamaah sekarang (berangkat) disubsidi jamaah yang bayar sekarang, itu terus begitu,” tutur pengajar di Madrasah Aliyah Salafiyah Proto.

“Dana itu namanya Dana Optimalisasi Haji. Jadi misalkan orang berangkat haji bayarnya 38 juta, kita harusnya dapat hotel itu 2.250 real tapi kalau diambil dari calon hajinya hanya mampu 1.800 real, nah untuk menutup kekurangan diambil dari Dana Optimalisas Haji,” jelas dia.

“Termasuk paspor, jamaah itu harus bayar dulu untuk paspor, terus nanti ditukar setelah resmi berangkat. Nominalnya Rp.360.000 kalau tidak salah. Itu dulu namanya Dana Abadi, kalau sekarang udah ganti jadi Dana Optimalisasi Haji,” imbuhnya

Dengan dana bunga sebesar itu seharusnya dana haji menjadi lebih murah. Akan tetapi menurut Mustofa, perihal alasan harga berangkat ke tanah suci di Indonesia lebih mahal dibanding negara lain karena Indonesia masih membebankan living cost bagi jemaat. “Artinya tiap jemaat itu diber uang bekal 1500 real, tapi kalau Malaysia atau negara lain tidak ada. Maka bayar lebih murah. Disisi lain transportasinya lebih dekat.” Bunga dana jemaat yang terkumpul tetaplah disimpan didalam bank dan dipergunakan sebagai subsidi saja.

Sedangkan Indonesia masih memakai Living Cost dikarenakan masih banyaknya calon jemaat haji yang taraf pendidikannya masih jauh terpaut. Secara rinci 60% dari total jamaat adalah tamatan SD dan SMP. Sedang 40% ialah lulusan SMA hingga S3. “Jadi kalau tidak diberi bekal living cost, tidak bisa untuk kehidupan sehari-hari. Dan rasanya DPR masih mempertahankan living cost itu.”

Nominal living cost sendiri diperkirakan akan tetap sama. Harga barang-barang Arab terbilang stabil dan statis.”Sehingga 1.500 akan tetap sama, kopi dari tahun 2001 sampe sekarang juga masih 1 real kok,” tutupnya diakhir wawancara. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.