Kamis, 25 April 24

Ini Sikap Nabi Muhammad Lawan Rasisme

Ini Sikap Nabi Muhammad Lawan Rasisme
* Ilustrasi rasisme. (foto: syaarar.com)

Jakarta, Obsessionnews.comSobat muslim, tahukah apa yang pertama kali dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam menyampaikan dakwah? Sejak hari pertama misinya sebagai seorang Nabi, ia melancarkan perang melawan diskriminasi dari semua jenis dan di semua tingkatan.

Ketika Nabi diperintahkan untuk pergi berdakwah, ia diberitahu bahwa salah satu karakteristik utama dari pesan Islam adalah menetapkan kesetaraan terlepas dari warna, latar belakang, bahasa, status sosial atau ekonomi mereka di masyarakat.

Di antara bangsa Arab, hal ini adalah menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi Nabi sejak awal kemunculan Islam. Kaum politeis Arab bahkan menolak untuk dikaitkan dengan budak mereka. Di mana para budak, dulu diperlakukan dengan buruk di masyarakat.

Konsep Islam tentang kesetaraan dengan budak ini sangat mengganggu para penyembah berhala Arab yang sombong dan angkuh pada saat itu. Bisa jadi, perkara ini menjadi salah satu alasan mereka menolak kedatangan Islam. Karena, saat itu martabat dan jabatan adalah segala-galanya.

Banyak juga yang melihat konsep ini sebagai penghancuran bisnis dan masyarakat mereka yang sangat bergantung pada perdagangan budak. Maka ketika Nabi Muhammad Saw datang, ia menasehati mereka bahwa tidak ada manusia yang lebih baik daripada yang lain kecuali karena keimanan dan ketakwaannya di hadapan Allah.

Semua ajaran revolusioner ini membuat para pemimpin suku Quraisy Makkah resah dan gelisah. Oleh sebab itu, mereka mengumpulkan massa untuk melawan Nabi Muhammad Saw.

Lalu bagaimana sikap Nabi? Apakah dia menyerah?

Tidak, Nabi tidak putus asa sama sekali. Sebaliknya, ia justru melanjutkan untuk berdakwah bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya.

Seruan ini rupanya membuahkan kecintaan mendalam dari orang-orang lemah dan tertindas. Sejak itulah para budak berbondong-bondong memeluk Islam dalam jumlah besar. Berangsur-angsur, umat muslim termasuk dari kalangan sahabat sudah tidak malu lagi untuk duduk dengan seorang budak kulit hitam, salah satunya ialah Bilal Bin Rabah.

Bahkan Nabi menyebut Bilal dengan sebutan “tuan kita”. Atas statusnya yang luar biasa, karena pengetahuan, pengabdian, dan ketulusannya.

Hal-hal yang menyangkut rasisme, yang dianggap dapat mengganggu persaudaraan ini bahkan dianggap serius oleh Nabi.

Suatu ketika Sahabat Nabi Abu Dzar Al-Ghifari secara tidak sengaja mengganggu saudaranya, Bilal dengan memanggilnya “putra seorang wanita kulit hitam”.

Mendengar hal itu, Nabi menanggapi dengan sangat serius. Dia kemudian memanggil Abu Dzar dan menegurnya dengan teguran keras.

Sambil menoleh kepada Abu Dzar, Nabi bertanya, “Apakah kau memanggil (Bilal) dengan warna (kulit) ibunya? Artinya kau masih memiliki jejak jahiliyah!”

Ditegur seperti itu, Abu Dzar terperanjat dan langsung menyadari kesalahannya. Dia lalu bergegas meminta maaf dari saudara lelakinya, Bilal.

Abu Dzar langsung bersujud menempatkan kepalanya di tanah, sembari meminta Bilal untuk melangkah dengan sepatunya di atas wajah Abu Dzar.

Namun Bilal tersenyum. Dia tahu bahwa Abu Dzar sedang khilaf dan tidak disengaja mengatakan hal itu.

Bilal kemudian menarik lembut tangan Abu Dzar seraya memeluknya dengan sikap persaudaraan. Begitulah perjuangan yang Nabi lakukan dalam melawan rasisme, hampir 1.300 tahun lalu.

Wallahu A’lam bish Shawab… (Vina)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.