
Jakarta, Obsessionnews – World Economic Outlook (WEO) pada bulan April 2015 lalu menurunkan patokan pertumbuhan ekonomi global dari 3,5% menjadi 3,3%. Ini, menjadi indikasi turunnya optimisme 2015 ketimbang tahun 2014.
Penurunan outlook tersebut, diiringi anjloknya harga minyak dunia serta komoditas perdagangan lain termasuk melambatnya ekonomi di sejumlah negara seperti Cina, Jepang dan Eropa serta negara-negara berkembang di kawasan regional ASEAN. Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat yang rupanya tak sekuat proyeksi sebelumnya pun akhirnya mendorong ketidakpastian suku bunga The Fed, baik dari waktu atau besaran.
Di Indonesia sendiri, kinerja perekonomian ikut ‘lemot’. Salah satunya, seperti dilansir situs resmi Kementerian Keuangan, tercermin dari melambatnya pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada kuartal kedua tahun 2015 yang menunjukkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) cuma sebesar 4,67% ketimbang kuartal sebelumnya 4,7%.
Penurunan kinerja tersebut, didorong lemahnya beberapa komponen permintaan di dalam negeri utamanya konsumsi pemerintah seiring dengan kinerja investasi yang masih tumbuh terbatas akibat masih lemahnya impor barang modal. Di lain pihak, ekspor juga masih tertekan sejalan kondisi perekonomian mitra dagang serta rendahnya harga komoditas.
Itu di sektor riil. Di sendi keuangan, koreksi juga terjadi dan tercermin dari depresiasi nilai tukar rupiah lebih dari 10%. Selain itu, turunnya harga aset seperti saham pada seluruh sektor ekoni dan yield obligasi yang meningkat akibat sentimen eksternal terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Persoalan bailout Yunani yang sampai sekarang belum mencapai kesepakatan juga ikut mempengaruhi. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada Mei 2015 masih tertahan di level 10,4%. Sedangkan perlambatan terbesar terjadi pada listrik, air dan gas termasuk transportasi yang tumbuh minus.(Mahbub Junaidi)