Rabu, 24 April 24

Infrastruktur Akhir Zaman (1)

Infrastruktur Akhir Zaman (1)

 

Oleh: Salamuddin Daeng – Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) 

 

APAKAH kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (QS. Al Fajr, 89: 6-8)

Masalah terbesar yang dihadapi umat manusia sekarang ini adalah bukan kelangkaan infrastruktur, namun adanya upaya peningkatan level krisis keuangan dengan menggunakan mega proyek infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur dewasa ini semakin marak, tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh penjuru dunia, tidak hanya di negara negara industri maju, namun juga di negara negara berkembang, negara miskin dan negara paling miskin.

Berbagai project infrastruktur seperti pelabuhan, airport, kereta cepat, tol, telekomonikasi, bahkan fasiltas ekspedisi luar angkasa. McKinsey dalam studi di bulan Juni 2016 diperkirakan sekitar 3,3 trilliun dolar AS atau sekitar Rp 44.550 triliun yang diperlukan dalam investasi infrastruktur hingga 2030 untuk mendorong pertumbuhan.

Anehnya pembangunan infrastruktur ini terjadi di tengah krisis ekonomi global, penduduk miskin di dunia bertambah semakin pesat, pengangguran semakin luas, daya beli sebagian besar penduduk dunia merosot, negara
negara menghadapi masalah utang yang sangat besar. Demikian juga dengan perusahaan perusahaan mengahadapi utang yang sangat besar.

Utang global yang terbentuk sampai dengan saat ini mencapai 130 triliun dolar, atau mencapai rata rata 220 % dari Gross Domestic Produk (GDP) yang saat ini hanya sebesar 60 triliun dolar AS.

Namun pembangunan infrastruktur terus di dorong, pembangunan properti semakin merajalela, sumber dananya dari mana ? dari utang yang sangat besar. Pembangunan infrastruktur dijadikan sebagai landasan menciptakan pasar utang, menciptakan ruang bagi pasar investasi,
menciptakan pasar bagi barang dan jasa jasa.

Pembangunan megaproyek Infrastuktur, properti dibaratkan membangun mall mewah di tengah pemukiman kaum miskin. Pembangunan ini sama sekali tidak mengharapkan orang miskin akan membelanjakan uangnya untuk membeli tas tas bernilai ratusan juta sepertui Gadino Bag, Louis Vuitton, sepatu sepatu berharga miliaran rupiah seperti Air Jordan
Silver Shoes, Testoni Dress Shoes, dan benda benda mahal lainnya.

Pembangunan infrastruktur hanya membangun bangunan untuk permainan pasar keuangan yang saat ini telah bernilai 600 triliun dolar AS atau enam kali lebih besar dari PDB Global. Infrasrtuktur untuk bermain main di pasar keuangan. (***)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.