
Jakarta – Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menyelenggarakan pertemuan dengan Gubernur Japan Bank For International Cooperation (JBIC) Hiroshi Watanabe.
Menurut mantan wakil Menkeu itu, selama ini JBIC sudah menjadi partner Indonesia dalam hal pembangunan. Karenanya dalam pertemuan yang ditujukan sebagai ajang dialog kebijakan financial tersebut, JBIC ingin menindaklanjuti baik proyek infrastruktur maupun stabilitas ekonomi.
“Seperti diketahui, kita fokus untuk infrastruktur dan JBIC sudah aktif di bidang itu terutama di pembangkit listrik. Jadi JBIC ingin menindaklanjuti baik proyek infrastruktur maupun stabilitas ekonomi,” kata dia di Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Lebih lanjut dia berharap kedepan JBIC tetap mau bekerjasama dengan Indonesia, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur baik itu dengan skema lelang Public Private Partnership (PPP) ataupun kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Senda dengan Bambang, Watanabe bahkan menyatakan selama ini kerjasama pemerintah Jepang dan Indonesia telah berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan kerjasama tersebut ia mengaku akan mendorong perusahaan Jepang untuk masuk ke Indonesia.
“Kami akan dorong perusahan Jepang untuk masuk ke Indonesia, dan akan membantu ekspolrasi energi dan mineral. Pada hari ini juga, kami ingin dorong untuk perusahaan Jepang membangun infrastruktur baru di Indonesia,” ujar dia.
Lebih lanjut ia bahkan mengaku sedang mempertimbangkan untuk membangun beberapa proyek diluar pulau Jawa. Rencana tersebut menurut Watanabe sudah mendapat dukungan dari perusahaan Jepang.
Namun pihak Jepang belum berani memutuskan sebelum pemerintah Indonesia mempunyai kebijakan baru dan fokus baru untuk pembangunan di luar Jawa. “Karena pemerintah baru juga baru berjalan setengah tahun, kami pikir harus melihat kebijakannya dulu,” tambah dia.
Nantinya, setelah ada kejelasan kebijakan dari pemerintah Indonesia, besar kemungkinan JBIC akan akan turut serta berinvestasi diluar Jawa.
“Jika ada suatu fokus pada pengembangan di luar Jawa, dan memang perusahaan asing serta swasta juga ikut berbisnis dan melakukan berinvestasi di luar Jawa, kami tentu akan sangat mempertimbangkan hal tersebut,” kata dia.
Terlepas dari itu, Watanabe menilai langkah Indonesia untuk memilih fokus pada infrastruktur sebagai langkah yang tepat. Alasannya kemajuan di sebuah negara pasti ditopang dengan adanya infrastruktur yang mewadahi.
“Kemajuan di perindustrian dan peningkatan produktivitas negara butuh infrastruktur yang memadai, di banyak negara sebetulnya bisa tumbuh tinggi tapi tidak bisa dicapai karena infrastruktur yang kurang memadai,” kata dia.
Untuk membantu jalannya rencana pemerintah Indonesia, pihaknya mengaku siap meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan JBIC di bidang pengembangan infrastruktur, makroprudensial, manajemen risiko, dan sektor energi. (Kukuh Budiman)