
Jakarta, Obsessionnews.com – Melanjutkan perdagangan akhir pekan ini, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tertahan dibayangi aksi ambil untung menyusul koreksi di sejumlah harga komoditas logam dan penguatan kembali dolar Amerika Serikat (AS) yang bisa berimbas ke rupiah.
“IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan support di 5280 dan resisten di 5330 cenderung koreksi,” ungkap pengamat pasar modal First Asia Capital, David Sutyanto melalui keterangan tertulis yang diterima obsessionnews.com, Jumat (27/1/2017).
Berikut saham pilihan hari ini versi First Asia Capital, Jumat (27/1)
TLKM 3850-4000 TB, SL 3770
BBCA 15000-15500 TB, SL 14500
BBNI 5500-5700 SoS, SL 5350
PGAS 2680-2900 TB, SL 2630
JSMR 4150-4400 Buy, SL 4120
PTPP 3480-3620 Buy, SL 3450
RALS 1300-1420 TB, SL 1250
David melanjutkan pada kemarin Kamis (26/1/2017), IHSG berhasil melanjutkan penguatannya dengan mengikuti tren bullish pasar saham global dan kawasan Asia.
“IHSG ditutup di 5317,633 atau menguat 23,851 poin (0,45%). Ini merupakan posisi penutupan IHSG tertinggi sejak perdagangan 9 Januari lalu. Penguatan rupiah atas dolar AS dan rebound sejumlah harga komoditas logam turut menopang penguatan IHSG,” papar David.
Sentimen positif pasar menurut David, merespon kebijakan ekonomi Trump yang akan memotong sejumlah aturan dan pajak yang bertujuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Sejumlah perintah eksekutif yang ditandatangani Trump dalam beberapa hari terakhir sejak dilantik akhir pekan lalu dinilai positif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Sementara itu tadi malam Wall Street bergerak bervariasi cenderung konsolidasi setelah indeks DJIA menembus level 20000.
“Indeks DJIA tadi malam tutup di 20100,91 menguat 0,16%. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing koreksi tipis 0,07% dan 0,02% di 2296,68 dan 5655,17. Pasar lebih focus pada rilis laba sejumlah emiten sektoral. Sedangkan harga minyak mentah tadi malam menguat 1,8% di USD53,73/barel. Harga komoditas logam di LME kemarin koreksi, seperti nikel anjlok 4% di USD9352/MT, harga timah turun 1,8% di USD20062/MT,” beber David. (Aprilia Rahapit)