
Jakarta – Perseteruan didalam tubuh partai Golkar sampai sekarang masih terus bergulir. Perebutan kursi untuk menjadi orang nomor satu di partai Golkar atau Ketua Umum Partai Golkar masih berlanjut. Sehingga menuai Pro dan kontra sesama kader Golkar.
Pengamat politik, Indria Samego mengatakan bahwa kedaulatan partai itu memang DPD yang akan memilih. Ini juga yang dialami pilkada karena menguasai daerah tidak mesti menguasai rakyatnya, DPRD saja yang dikuasai.
“Demikian juga Ical, 50+1 enteng buat dia (Ical), jadi bicara legal formal seperti itu,”ujar Indria di salah satu Cafe , Jl Cik Ditiro, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2014).
Lanjut Indria, ical tidak boleh bicara jangka pendek untuk kemenangan partai Golkar. Padahal kemenangan dipartai itu artinya supaya partai itu besar dan nanti 2019 dipilih oleh rakyat. Tapi kalau jalannya seperti itu, menurut Indria, bertentangan dengan semangat jaman yakni jaman keterbukaan yang memberikan kesempatan bagi semua orang sama tidak ada lagi ini orang kaya atau anak siapa.
Jadi kesan politik yang lebih populis sekarang itu harus diwujudkan lewat pikiran dan perilaku yang pro rakyat. Tapi kalau begini tidak pro rakyat, apalagi tadi dikatakan 30% sudah final, tidak bisa. “Jadi ical harus bersedia memberikan kesemptan bagi yang lain,”jelasnya.
Menurut dia lagi, Ical harus berpikir dalam konteks golkar sekali lagi. Jadi dia memiliki banyak kelebihan dibandingkan Agung Laksono, Fadel Muhammad, Agun, Hajrianto, lebih banyak. Tapi kelebihan itu jangan didemonstrasikan untuk menguasai Golkar, akan tetapi untuk membesarkan Golkar.
“Supaya golkar menjadi parpol yang di dukung oleh masyarakt, pemilih. Sekali lagi kalau ical berpegang pada pendekatan legal formal ya quo vadis betul saya bilang, 2019 tinggal tunggu wktu golkar akan ditinggalkan orang (pemilihnya),” pungkas Indria. (Pur)