Sabtu, 20 April 24

Hukum Ringkas Ziarah Kubur dan Adab-adabnya

Hukum Ringkas Ziarah Kubur dan Adab-adabnya
* Ziarah kubur. (Foto: iNews)

Bila kita perhatikan fenomena yang ada di masyarakat kita, maka kita akan dapati ada satu adat (tradisi/kebiasaan) yang rutin mereka lakukan, khususnya menjelang bulan Ramadhon tiba, atau menjelang hari raya Idul Fithri.

Apa itu ? Ya, ziarah kubur.

Khususnya ziarah ke makam atau kuburan kerabat yang telah meninggal dunia.

Ada yang sekedar mendoakan dan tabur bunga, ada pula yang membaca Al-Qur’an di kuburan-kuburan tersebut dan kirim pahala bacaannya, ada yang menangisi kerabat yang telah meninggal dunia, dan masih banyak yang lainnya.

Maka berikut ini adalah pembahasan dan penjelasan ringkas tentang Ziarah Kubur, adab-adabnya dan tata caranya yang benar sesuai tuntunan syari’at Islam yang mulia ini.

Tentunya, berdasarkan dalil-dalil yang shohih dari Al-Qur’an maupun dari Sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, sejauh yang kami ketahui.

Hukum ringkasnya adalah sebagai berikut :

PERTAMA : Ziarah Kubur itu disyari’atkan, dengan tujuan untuk : Mengambil pelajaran dan mengingat-ingat kematian dan kehidupan akhirat, dan juga untuk mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mayit.

Hal ini berdasarkan hadits Buroidah rodhiyallohu ‘anhu, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 977, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كنت نهيتكم عن زيارة القبور، فزوروها

“Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur. (Tetapi sekarang) maka ziarah kuburlah kalian ….”

Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi ada tambahan :

فإنها تذكر الأخرة

“Karena sesungguhnya ziaroh kubur itu akan mengingatkan (kalian) pada kehidupan akhirat.”

(HR Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya dengan sanad yang shohih)

KEDUA : Disunnahkannya ziaroh kubur itu, hukumnya sama antara kaum laki-laki dan wanita.

Hal itu berdasarkan keumuman perintah untuk berziaroh kubur dan tujuannya, seperti yang telah disebutkan di atas.

(juga berdasarkan hadits Anas dalam Shohih Al-Bukhori no. 1283 dan Imam Muslim no. 926, lihat pula Al-Umdah (3/76) dan Ahkamul Janaiz hal. 178)

KETIGA : Ziaroh kubur itu boleh dilakukan kapan saja.

_Tidak ada waktu-waktu khusus yang diistemewakan untuk berziaroh kubur, kecuali bila ditunjukkan oleh dalil-dalil yang shohih.

Jadi, apa yang biasa dilakukan masyarakat kita dan diikuti oleh keyakinan bahwa berziaroh kubur itu sangat dianjurkan dilakukan di awal Romadhon atau menjelang Hari Raya Idul Fithri, hal ini sesungguhnya tidak ada dasar/dalil yang menunjukkannya.

KEEMPAT : Yang disunnahkan untuk dilakukan ketika berziaroh kubur adalah mendoakan mayit, diantaranya dengan mengucapkan salam (doa memohonkan kesejahteraan dan keselamatan) untuknya._

Ini berdasarkan hadits Buroidah rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعلمهم إذا خرجوا إلى المقابر : السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين ، وإنا إن شاء الله للاحقون، أسأل الله لنا ولكم العافية

_“Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mengajari mereka (yakni kaum muslimin) apabila mereka keluar menuju pemakaman (agar mengucapkan) :_

_*“Assalaamu ‘alaikum ahlad diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa innaa insya Allohu lalaahiquun, as-alullooha lana wa lakumul ‘aafiyah.”*_

_(Semoga keselamatan/kesejahteraan dilimpahkan kepada kalian wahai para penghuni kubur, dari kalangan orang-orang mu’min dan muslim, dan sesungguhnya kami insya Alloh akan menyusul kalian, aku memohon kepada Alloh agar memberikan ‘afiyah (kesejahteraan) untuk kami dan kalian.”_

(HR *Imam Muslim* dalam Shohih-nya no. 975)

Dan juga dalam hadits *Aisyah* rodiyallohu ‘anha, dia berkata :

_“Aku bertanya kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam : *“Apa yang harus aku ucapkan apabila aku mendatangi (menziarahi) komplek kuburan Baqi’ (nama sebuah komplek kuburan yang ada di Madinah,edt.) ?”*_

_Nabi shollalloh ‘alaihi wa sallam menjawab :_

قولي ؛ السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، يرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين، وإنا إن شاء الله بكم للاحقون

_“Ucapkanlah olehmu : *“Assalaamu ‘alaikum ahlad diyaar minal mu’miniina wal muslimiin. Yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriin, wa innaa insyaa Allohu bikum lalaahiquun.”*_

_(Semoga keselamatan dilimpahkan atas kalian wahai para penghuni kubur, dari kalangan orang-orang mu’min dan muslim. Semoga Alloh memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang telah mendahului dari kita, dan juga orang-orang yang belakangan (yang akan menyusul). Dan sesunggunya kami insya Alloh akan menyusul kalian.”_

(HR *Imam Muslim* dalam Shohih-nya no. 974).

KELIMA : Ziaroh Kubur itu ada dua macam, yaitu :

_a. *Ziaroh Syar’iyyah* (yakni yang sesuai dengan tuntunan syari’at)_

_b. *Ziaroh Bid’iyyah* (yang bid’ah, yang menyelisihi tuntunan syari’at)._

*Ziaroh Syar’iyyah* : _adalah ziaroh yang dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan salam (mendoakan keselamatan dan kesejahteraan) dan mendoakan ampunan bagi mayit, sebagaimana tujuan ketika kita menyolatkan jenasah._

Dan ziaroh kubur jenis ini, adalah *Ziaroh yang tidak menjadikan kuburan tertentu sebagai tempat tujuan wisata dan tempat beribadah,* sebagaimana banyak dilakukan oleh kaum muslimin hari ini.

Tetapi, berziaroh yang dilakukan di kuburan kaum Muslimin manapun, terutama yang ada kerabat kita di situ…..

Adapun *Ziaroh Bid’iyyah* : _adalah ziaroh yang dilakukan oleh orang-orang yang berziaroh dengan berbagai tujuan, seperti *meminta dikabulkannya segala hajat (keperluan) kepada mayit,* seperti untuk kesembuhan dari suatu penyakit, ingin segera mendapat jodoh, ingin dilancarkan usaha dan rejekinya, dan sebagainya._

Yang seperti ini hukumnya adalah *SYIRIK AKBAR (Syirik yang besar, yang menyebabkan keluar dari Islam).*

Atau, ada yang bertujuan untuk berdoa di sisi kuburan mayit tertentu (yakni kuburannya orang-orang sholih atau para wali), dengan keyakinan lebih cepat terkabulkannya doa bila berdoa di tempat itu.

Atau, Ada yang berdoa kepada Alloh tetapi dengan perantaraan orang sholih yang telah mati yang di kubur di tempat itu (yakni bertawasul dengan mayit tersebut).

Yang seperti ini adalah *BID’AH MUNGKAROH (bid’ah yang sangat jelek dan diingkari), dan bisa menjadi perantara menuju kepada Syirik Akbar.*

Yang seperti ini bukan berasal dari tuntunan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, bukan pula jalan yang ditempuh oleh para ulama Salaf.

(lihat *Majmu’ Al-Fatawa* (24/326) dan (26/148) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh, lihat juga dalam *Ahkamul Janaiz* hal. 239 dan *Mulakhosh Ahkamil Janaiz* hal. 97)

KEENAM : Ketika berada di komplek kuburan/makam, janganlah berjalan diantara kuburan-kuburan itu dengan *memakai sandal/sepatu, tetapi hendaknya dilepas.*_

Karena hal itu dilarang oleh Rosululloh, bahkan *beliau menyuruh seseorang untuk melepaskan dan melemparkan sandalnya*, ketika dia berjalan di kuburan dengan memakai sandalnya.

Hal itu berdasarkan hadits *Basyir bin Al-Khoshoshiyyah* rodhiyallohu ‘anhu, lihat *Ahkamul Janaiz* (hal. 252) dishohihkan pula oleh Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rohimahulloh dalam *Al-Jami’us Shohih* (2/279), dengan judul : _“Bab Haramnya Berjalan diantara Kuburan-Kuburan dengan Menggunakan Sandal.”_

Para ulama lainnya yang juga menyatakan haramnya hal itu, adalah *Ibnu Hazm* rohimahulloh dalam *Al-Muhalla* (579).

KETUJUH : Ketika berada di komplek kuburan/makam, *jangan sekali-kali duduk di atas kuburan.*_

Sungguh, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melarangnya dengan keras hal tersebut (berdasarkan hadits *Abu Huroiroh* dalam *Shohih Muslim* no. 971, lihat juga *Ahkamul Janaiz* hal. 276)

KEDELAPAN : Ketika berziaroh kubur, hendaknya *menjauhkan diri dari semua perkara yang bukan berasal dari tuntunan agama Islam,* meskipun banyak diamalkan oleh umumnya manusia, seperti :_

– Membaca Al-Qur’an di kuburan

– Menyembelih hewan di sisi kuburan yang dikeramatkan

– Sholat menghadap kuburan

– Sholat dan berdoa serta beri’tikaf di sisi kuburan yang dikeramatkan

– Melakukan perjalanan jauh (bersafar) menuju ke kuburan-kuburan tertentu dengan niat ibadah

– Dan lain-lain bentuk kebid’ahan yang sudah banyak tersebar di masyarakat kita….

Wallohu a’lamu bis showab.

(lihat Ahkamul Janaiz, hal. 240-286, yang terkait dengan bid’ah-bid’ah seputar jenasah).

(*/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.