Jumat, 19 April 24

Hillary Clinton dan Insiden Benghazi

Hillary Clinton dan Insiden Benghazi

Teheran – Kongres Amerika Serikat memanggil Hillary Clinton, mantan menteri luar negeri untuk dimintai kesaksian terkait insiden serangan ke konsuler negara ini di kota Benghazi, Libya tahun 2012.

Trey Gowdy, ketua komite terpilih penyidikan insiden 2012 Benghazi mengatakan, menteri luar negeri AS waktu itu harus hadir dua kali di komite ini dan menjelaskan peristiwa serangan ke konsulat AS serta isu email pribadinya.

Diprediksikan dua sidang ini akan menjadi arena peperangan antara kubu Republik dengan pemerintahan Barack Obama dari kubu Demokrat serta pribadi Hillary Clinton. Insiden ini terjadi kira-kira dua tahun lalu tepatnya pada 11 September 2012 di Libya timur, dan hingga kini masih menjadi kendala di dalam negeri Amerika sendiri.

Saat itu, ketika digelar aksi demo besar-besaran memprotes perilisan film yang menghina Nabi Muhammad Saw, konsulat Amerika di Benghazi diserang kelompok bersenjata. Dalam insiden ini, empat diplomat Amerika termasuk duta besar negara ini untuk Libya tewas.

Insiden Benghazi dari beberapa segi memicu protes dan kritik opini publik, media serta rival-rival pemerintah Amerika. Pertama, disebutkan bahwa penyerang berafiliasi dengan al-Qaeda dan secara mencurigakan memiliki informasi kepergian dubes AS dari Tripoli ke kota Benghazi.

Kemudian tudingan mengarah kepada pejabat tertinggi di Kementerian Luar Negeri AS, yakni Hillary Clinton dan ia didakwa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memahami transformasi sejati di Libya. Bagaimana pun juga, pejabat yang bertanggung jawab mengamankan kedutaan besar dan pusat-pusat diplomatik AS di luar negeri juga mendapat kritikan pedas.

Dalam hal ini, upaya para penasehat Barack Obama, presiden AS untuk memanfaatkan insiden Benghazi untuk membantu Obama memenangkan pemilu 2012 dari pesaingnya telah membangkitkan kubu Republik. Akhirnya terbongkarnya penggunaan email pribadi Hillary Clinton, menlu AS saat itu untuk mengirim surat-surat resmi termasuk peristiwa Benghazi kian memperkeruh kondisi yang ada.

benghazi

Kini, Hillary Clinton yang tercatat kandidat utama kubu Demokrat untuk pemilu presiden tahun 2016 harus memberi pembelaan di salah satu periode paling sensitif era kepemimpinannya di Kemenlu AS di hadapan komisi mayoritas Republik di Kongres.

Jika di sidang komisi penyidik terbukti menlu AS saat itu lalai atau melakukan kesalahan dalam melindungi nyawa diplomat negara ini di Libya, bukan saja kinerja pemerintah saat ini dipertanyakan, namun juga akan memberi dampak besar bagi pemilu mendatang.

Oleh karena itu, diprediksikan perang final kubu Demokrat untuk tetap eksis di Gedung Putih serta perang Hillary Clinton untuk menjadi presiden perempuan pertama Amerika akan dimulai dari sidang komisi penyidik Kongres.

Namun demikian disebutkan bahwa untuk menghindari ambiguitas politisasi dan permainan partai kubu Republik, hasil final penyidikan komisi penyidik tidak akan diumumkan hingga sebelum digelarnya pemilu November 2016. Meski demikian, masih dapat diharapkan bahwa sebagian hasil laporan komisi penyidik akan diumumkan di media. Jika demikian, peristiwa tahun 2012 Benghazi akan menjadi isu kontroversial dan vital di pemilu 2016 Amerika Serikat. (irib.ir)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.