
Menjadi seorang ibu, sejak putri tunggalnya, Felicitas Hillary – biasa disapa Hillary – lahir di dunia 17 tahun silam membuat kehidupan Henny Santoso berubah total. Pekerjaan dan kariernya di sebuah perusahaan law firm pun ditinggalkan demi sang buah hati tercinta. Apalagi, dirinya bersama suami sebelumnya sudah sepakat hanya ingin memiliki satu anak saja, tak ayal prinsip memberikan yang terbaik harus berlaku sejak anaknya hadir mewarnai kehidupan keluarganya.
“Tuhan memang telah mengubah hidup dan menyadarkan diri saya. Bayi itu begitu polos dan akan menjadi apa dia kelak, tergantung tangan pertama yang membimbingnya. Kutipan kata-kata Hittler: give me children below five and I can rule the world, semakin menguatkan diri saya untuk mengurus anak lewat tangan saya saja, tanpa bantuan baby sitter. Saya percaya bahwa periode anak di bawah usia lima tahun atau yang disebut golden age years memang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter, kepribadian, dan intelektual anak,” ungkap Henny serius.
Itulah sebabnya, dia sangat concern terhadap pendidikan anak usia dini, agar mereka bisa berkembang dengan maksimal ke depannya. Bisa menjadi sosok yang berguna dan berhasil dalam kehidupan bermasyarakat maupun keluarga.
Waktunya yang fleksibel tidak bekerja dengan orang lain dan lebih membantu urusan bisnis suami–bergerak di bidang trading – membuat Henny bisa leluasa mengurus putrinya. Ketika Hillary mulai masuk preschool, dia selalu mengantarnya ke sekolah. Mau tak mau, dia pun ikut mempelajari lagu anak-anak, bermain bersama, maupun sharing dengan para orangtua murid. Hingga akhirnya muncul ketertarikan untuk berbisnis di dunia pendidikan anak usia dini. Meskipun, sifatnya lebih ke arah learning by doing, tapi dia merasa memiliki passion dan memang muncul betul-betul dari pengalaman pribadi Henny bersama sang putri.
Gagal dan Bangkit Kembali
Perempuan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini kemudian memulai usahanya pada tahun 2006 lalu dengan mengambil franchise salah satu preschool ternama dari Singapura. Tapi, kenyataannya, dia tetap saja harus bekerja keras dalam mencari tim pengajar. Karena merasa tidak didukung sepenuhnya, setelah empat tahun berjalan, Henny pun terpaksa memutuskan kontrak franchise tersebut.
Karena semangatnya berbisnis pendidikan masih menggelora, di tahun 2010 bersama rekannya, dia kembali bangkit mendirikan sebuah preschool sendiri dengan taraf internasional bernama Royal Tots Academy. Semuanya benar-benar dimulai dari awal. Pemilihan nama, logo, sistem maupun kurikulum pendidikan, jadi murni hasil kreasi Henny beserta partner dan timnya.
“Suka dan duka sudah saya alami dalam bisnis yang sudah memasuki tahun ketujuh ini. Setiap ada permasalahan sebisa mungkin kami hadapi dengan mencari solusi bersama-sama dengan tim di kantor. Apalagi, sekarang sudah banyak kompetitor dan sepanjang kita memang fokus dan memiliki komitmen, saya percaya segala masalah pasti ada jalan keluarnya. Total pengalaman saya di dunia pendidikan anak usia dini kini sudah hampir 15 tahun. Passion dan jiwa saya memang di bidang ini,” ungkap Henny dengan nada optimis.
Dia pun tidak berniat untuk meluaskan usaha sampai ke jenjang pendidikan SD, SMP, atau SMA, tapi lebih memilih berkonsentrasi saja di dunia preschool. Karena baginya, pendidikan anak usia dini adalah dasar pondasi yang paling penting dalam perkembangan kehidupan seorang anak. (Women’s Obsession/Elly Simanjuntak)
Untuk membaca artikel selengkapnya, dapatkan Women’s Obsession edisi Maret 2017