Jumat, 19 April 24

Haul Gus Dur Singgung Moral Kepemimpinan

Haul Gus Dur Singgung Moral Kepemimpinan

Jakarta – Malam ini, digelar perayaan Haul Mantan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kelima kalinya. Seperti haul sebelumnya, selalu ada tema yang membahas tentang kenegaraan, bertujuan mengingatkan masyarakat dalam berprilaku baik sebagai warga negara. Seperti tahun 2013 kemarin yang bertemakan ‘Keihklasan’ dan tahun ini bertemakan ‘Kepemimpinan Yang Etis dan Tawadlu Kepada Kepentingan Umat’.

Salah satu Putri dari Gus Dur yaitu Yenny Wahid menyampaikan, dalam Haul Gus Dur ada tema-tema yang dipaparkan. Tema-tema tersebut untuk mengingatkan masyarakat, ada pesan yang disampaikan. Tahun lalu, temanya adalah soal keihklasan. “Karena apa menjelang Pilpres. Jadi kami meminta semua orang untuk ikhlas melakukan apapun untuk rakyat,” jelas Yenny di kediaman mendiang Gus Dur, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (27/12/2014) malam.

“Tema haul kali ini adalah kepemimpinan yang etis dan tawadlu kepada kepentingan umat,” ujar Puteri kedua Gus Dur, yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini.

Yenny menjelaskan, tema tersebut menceritakan isi pesan yang disampaikan pada para pemimpin. Ketika mereka (pemimpin) berkuasa itu acuannya satu yaitu kepentingan masyarakat. “Jangan menjabat hanya sekedar untuk berkuasa, ingin enak-enakan di atas. Jadi ini harus jadi acuan,” jelasnya.

Menurutnya, pemimpin bukan hanya satu. Apalagi negara Demokrasi seperti Indonesia, dari semua lini. “Presiden, pemimpin DPR, Bupati, Walikota dan lainnya. “Kapolri, Panglima semuanya pemimpin. Dan mereka semua bisa keluarkan kebijakan yang kepentinganya rakyat,” ungkapnya.

Puteri keempat Gus Dur, Inayah Wahid selaku Ketua Panitia Haul Gus Dur malam ini, berbagi cerita seputar mendiang ayahnya. Dia mengenang Gus Dur saat menjadi Presiden RI selalu mengedepankan kepentingan rakyat meski tidak jarang harus membuat keputusan yang menyudutkan dirinya sendiri.

“Beliau mendengarkan keluhan masyarakat untuk bisa segera ditindaklanjuti. Beliau banyak membuat kebijakan yang membuat posisi Gus Dur seolah merugikan kelompok sendiri dan membuat diri tidak nyaman, tapi toh itu yang beliau lakukan karena sadar ada kepentingan yang sangat jauh lebih penting,” kenangnya dalam sambutan peringatan Haul Gus Dur.

Menurut Inayah, keberanian mendiang ayahnya mengambil banyak keputusan dalam mempersatukan umat beragama di negeri ini datang karena ia tunduk pada masyarakat, bukan pada golongan tertentu atau segelintir penguasa. “Kami merasa keberanian itu muncul karena Gus Dur tawadhu kepada kepentingan umatnya, bukan kepentingan golongan sendiri,” kisahnya pula.

“Dulu sebelum Bapak jadi presiden kami tidak tahu Gus Dur ada di mana ngapain sangat tidak terjangkau saking seringnya kalau istilah sekarang itu ‘blusukan’. Beliau dulu jarang ada di rumah,” ungkap Inayah pula.

“Pada saat beliau jadi presiden, saya merasa beliau jadi lebih tertata karena bantuan paspampres dan selalu berada ada di rumah Menteng pada sore hari untuk masyarakat agar mereka bisa menceritakan apa yang terjadi padanya,” papar Inayah. “Beliau mendengarkan keluhan masyarakat untuk bisa segera ditindaklanjuti,” tambahnya.

Ribuan orang hadir di Haul Gus Dur yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB tersebut. Nanmpak hadir pula sejumlah tokoh nasional, diantaranya Rizal Ramli, Akbar Tandjung, Mahfud MD, Franz Magnis Suseno, Khofifah Indar Parawansa, Susi Pudjiastuti, Adhie Massardi dan lainnya.

Sementara itu Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang turut hadir, sempat menyampaikan amanat Gus Dur sebelum wafat yang berpesan agar batu nisan mantan Presiden ke-4 RI itu ditulis “The Humanist Died Here”

“Ada amanat Gus Dur yang mudah-mudahan malam ini saya punya keberanian menyampaikan kepada keluarga beliau. Jadi sejak dua bulan sebelum wafat, tiga kali beliau pesan kepada saya. Mbak, kalau saya meninggal, tolong di batu nisan saya ditulisi The Humanist Died Here,” bebernya.

Menurut Khofifah, pesan tersebut telah dipendam lama dan tak ada seseorang pun yang mendapatkan pesan tersebut selain dirinya. Ia merasa sisi kemanusiaan Gus Dur yang telah mendorong dirinya untuk memperjuangkan pluralisme dan multikulturalisme di negara ini. “Saya merasa bahwa kalau pun Gus Dur memperjuangkan pluralisme dan multikulturalisme maka yang mendorong adalah sisi kemanusiaannya beliau,” terangnya.

Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 silam. Ia dikenal sebagai tokoh pluralisme dan dekat dengan rakyat kecil. Selain diisi dengan Zikir dan Do’a-do’a, acara Hal Gus Dur juga diisi dengan penyampaian testimoni dari sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang dan agama. (Pur)

 

Related posts