
Jakarta – Mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengaku kalau renegosiasi adalah bukan perpanjangan kontrak. “Tidak ada lagi perpanjangan kontrak, karena mafia itulah bermain. Nah siapa dia? Saya pikir setiap perpanjangan kontrak itu dibedah saja kita punya KPK kenapa di perpanjang itu ada datanya,” tantang Hatta.
“Kalau saya mengatakan stop perpanjangan yang ada adalah renegosiasi, kenapa harus renegosiasi,” sambung Hatta Rajasa dalam forum diskusi Indemo bertema “Apa yang harus dilakukan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015” yang digelar di Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Ia pun menjelaskan, kalau kontrak dibuat tahun 70-an maka seluruh investasi itu asing dimana migas itu akan identik asing duitnya masuk, dimana mereka yang mengerjakan ada opoiter bagi 85 dan 15. Negara akan mendapatkan 85 tapi juga membayar 85 yang disebut dengan cost recafry. Tapi ketika kontraknya akan berakhir di dalam kontrak disebutkan seluruh aset kembali ke pada negara milik negara bukan lagi milik mereka dan waktu temponya habis 30 tahun.
Jadi lanjut Hatta. kalau sebelum berakhir sudah di perpanjang itu artinya kita memperpanjang mengakui itu semua masih aset dia kita berada pada posisi yang lemah karena menggangap itu aset dia. Oleh karena itu saya bilang tidak ada perpanjangan harus renegosiasi.
“Saya bilang kemarin harus renegosiasi, saya habis-habisan di caci maki di bilang saya itu proteksionizem, hattanomik saya diserang Amerika dikatakan Hatta itu nasionalizem praktek ekonominya protekzionizem saya tidak peduli saya melindungi kepentingan nasional. ketika saya ketemu free port saya bilang: kamu pikirkan kok Indonesia dapat 15 dari royalti saya sampaikan ketika di new york dalam acara you and saya minta lima hal saja pertama omongkosong royalti hanya 1% saya minta 10 kali lipat.” paparnya.
Kedua, tegas Hatta, kembalikan seluruh aset lahan-lahan yang sudah dikuasai kembalikan ke negara kamu hanya bisa 25 ha saja masa dikuasai ratusan ribu hektar tidak dikerjakan dibekukan kita tidak dapat apa-apa malah tidur.
“Ketiga, saya minta sahamnya yang dulu hilang 51% kembalikan ke Indonesia. Keempet yang namanya lokal konten tidak sekeder saja Putra Paapua bekerja tapi dimanapengusaha lokal itu berperan.” tandasnya.
Kelima, lanjut dia, pada waktu itu seluruh bahan-bahan mentah harus di proses dalam negeri tidak satupun yang diekspor dalam keadaan bahan mentah sampai saya berhenti saya tidak berkutip. Saya katakan saya tidak bisa negosiasi soal ini mereka menaikan dari 1% ke 3% saya tidak mau.
“Dan saya bersyukur sampai saya berhenti itu mereka belum bisa mengesport karena saya syaratkan harus dibangun smelternya di dalam negeri,” tambahnya.
Diojelaskan pula, hal yang sama Newmont, Inco, semau renegosiasi tidak ada soal perpanjangan termasuk lapangan minyak, Mahakam minta di perpanjang saya bilang tidak, saya katakan kembali dulu ke Republik ini baru kita duduk sama-sama dan tanya kamu mau apa kita renegosiasi.
“Omongkosong kita tidak bisa mengelola pulau mahakam itu masa kita dikatakan sudah ratusan tahun mengelola minyak di bilang tidak bisa mengerjakan sendiri dan itu tidak mungkin,” bebernya.
Yang kedua, tandas Hatta, soal import dimana kita mau meningkat sedangkan produksi kita menurun kenapa hal ini terjadi lapangan kita sudah tua SKK migas, mengapa tidak mencampai wery take nikly untuk dijelaskan tapi intinya itu menurun.
“Saya mengatakan kita harus bangun kilang saya membuat suarat kepada pemerintah quek untuk inset di sini saya meminta pada arab saudi invest membangun kilang disini. Sudah di proses akhirnya menteri keuangan tidak setujuh resmi melalui surat tidak setujuh sampaikan itu”, terangnya.
“Mengapa beralasan, pertama kita memberikan teks holiday 10 tahun mereminta 15 tahun saya bilang ok, segala macam kemudahan kita berikan, terakhir yang tidak boleh diberikan menterikeuangan adalah mereka meminta setelah teks holiday itu selesai 15 tahun maka dikenakan taks maka dia minta hanya 5 % dikenakan taksnya padahal UU kita mengatakan 20% melanggar UU, maka menteri keuangan tidak setuju sehingga berhenti aram quo dan quek tidak berjalan,” ungkapnya pula.
“Saya lari ke Irak, ketika irak negara tidak amana, tapi menteri SDM takut tapi saya ke sana saya melakukan bilaterla dengan menteri irak ditenga-tengah bilateral tu bom meledak tempat saya itu beregunjang gelap semuanya sya pikir saya mati disitu tapi Allah masih mengizinkan. Tapi di situ saya dapat jaminan dari pemerintah Irak 300 ribu barel per hari dan mereka akan menginvestasi akan membangun kilang dengan share 20% saya pulang rapat dengan menteri SDM saya tidak boleh langsung memerintah Pertamina sala saya karena corporate tidak bisa di interfensi ada menterinya Dahlan Iskan itu yang mengelola korporat, sedangkan teknisnya adalah menteri SDM saya meminta kepada dua menteri ini bangun kilang,” jelas Hatta.
“Tapi kalau kita dikatakan tidak punya keinginan membangun kilang itu tidak betul itu termasuk refaidi saya katakan kenapa perusahaan kecil bisa mengontrol jalannya minyak kemana-mana Pertamina tidak selesai-selesai revaidinya,” bantah Hatta.
Jadi, menurut Hatta, persoalan migas kita itu persoalan dimana sesungguhnya subsidi kita yang sangat besar dan pertamina waktunya habis mengelola minyak-minyak subsidi tersebut. “Sepanjang mengikuti aturan orang bisa berjalan saja kalau tidak benar bisnisnya berarti salah dong. Yang namanya bisnis minyak itu very transparan,” tuturnya.
“Jadi, kalau orang mau membubarkan Petral itu kan domainnya BUMN, kalau BUMN bilang bubar ya bubar, tapi kalau Menko bilang bubar salah itu intervensi apa urusanya menteri ikut campur dalam urusan corporate, Menko itu sifatnya koordinasi, ada menterinya BUMN kalau mengatakan saya bubar ya bubar karena dia memiliki kewenangan,” jelasnya pula.
Ia memaparkan, setiap tahun ada 60 juta boxit yang diexport ke cina hanya ke cina coba bedah di neraca perdagangan Indonesia tidak dapat apa-apa sehingga perdagangan dengan cina itu ndonesia dikatakan devisit, karena yang di export mengaku 40 juta dibuatnya yang diterima cina 60 juta tidak bayar pajak 20 juta.
“Saya sudah lihat boxit yang bekerja tidak ada insinyiur satu pun yang kerja yang ada itu supir trak, operato bludoser, eskapator, tongkang ngeruk saja naik ke trak ke tongkang kemudian kita beli barang jadinya mau jadi apa bangsa ini. dan saya tidak mundur ketika saya ditekan, diancam, daerah bisa bergolek , ngak saya bilang setop bahan mentah sekali kita bernegosiasi habis kita. Sampai sekarang itu stop dan freeportsampai sekarang tidak bisa di perpanjang berhenti dia harus membangun smelter dulu”, ungkap Hatta.
“Kita tidak sudah membeng sana sini, ini negara-negara kita, apa kita bisa berikan kepada pemerintahan kita sumbangkan pemikiran apa, kita ingin negara kita maju kita ingin pak Jokowi sukses memimpin negara ini karena kalau dia sukses rakyat juga yang senang. Beri kesempatan kita suport tidak mudah mengelola negeri ini saya sudah berpengalaman. Pak Jokowi pun pasti memikirkan negara ini berikan kesempatan jangan gaduh KMP, KIH Gaduh ribut saya sebulan lebih memikirkan bagaimana mendamaikan alhamdulillah bisa damaikan juga, kita harus berfikir positif,” imbaunya. (Asm)