Jumat, 8 Desember 23

Hadapi Globalisasi, Indonesia Perlu Rumuskan Nasionalisme Baru

Anhar Gonggong (ist).

Rapiudin
Jakarta– Tantangan nasionalisme setelah merdeka bukan lagi menghadapi penjajah, tetapi menghadapi tantangan gelombang deras globalisasi.  Karena itu, perlu dirumuskan nasionalisme yang lebih kuat  untuk menghadapi tantangan tersebut.

“Di tengah-tengah arus globalisasi terlihat bahwa nasionalisme mengalami krisis pelemahan diri, sehingga perlu revitalisasi  yang kuat dengan menghadirkan konsep nasionalisme yang baru,” ujar Sejarawan UI Anhar Gonggong, saat berbicara pada seminar bertema “ Nasionalisme Kultural” di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, Kamis (4/7).

Menurutnya, ada gejala  nasionalisme Indonesia lemah menghadapi globalisasi. Sebagai contoh adalah serbuan budaya Korea Selatan. Banyak generasi muda Indonesia menyenangi lagu-lagu dari negara tersebut dibanding dengan budaya Indonesia sendiri. Belum lagi serbuan budaya dari negara lainnya yang gencar masuk ke Indonesia.

“Yang seperti dapat melemahkan nasionalisme Indonesia. Kita sebenarnya punya kekuatan untuk menghadapi globalisasi, yakni dengan kekuatan kultural. Jadi, harus ada perwujudan kesadaran baru sebagai alat seleksi masuknya budaya luar dengan membangun nasionalisme kultural,” ucapnya.

Anhar menambahkan, Indonesia sebenarnya pernah punya kekuatan dalam menghadapi masuknya budaya luar. Sebab, di masa lalu banyak kebudayaan besar pernah hadir di negeri ini, misalnya kebudayaan Hindu, Budha, Islam, dan Barat. Indonesia nyatanya mampu menyerap dan merumuskan berbagai kebuadayaan tersebut seperti sekarang ini. Artinya, kita bisa eksis menghadapi tantangan itu.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.