Sabtu, 20 April 24

Hadapi Covid-19 dengan Herd Immunity dan Vaksin

Hadapi Covid-19 dengan Herd Immunity dan Vaksin

Hampir 8 bulan lebih, sejak pertama kali penyakit virus Corona (Covid-19) muncul di Wuhan, China, berbagai berita ramai membicarakan angka reproduksi, imunitas kelompok (herd immunity) dan vaksin.

Pada awal wabah Covid-19, istilah angka reproduksi banyak dibicarakan oleh kalangan akademisi, pimpinan pemerintah, bahkan masyarakat awam.

“Saat ini, seolah-olah istilah tersebut terdengar hal yang biasa saja bahkan mulai hilang karena muncul istilah lain yaitu herd immunity dan vaksin,” ungkap Tim Promosi Unsoed Ir Alief Einstein M.Hum di kampus Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jateng.

Herd Immunity
Herd immunity (imunitas kelompok) adalah suatu bentuk proteksi secara tidak langsung terhadap suatu penyakit infeksi yang diperoleh orang-orang yang tidak imun, ketika cukup banyak orang dalam populasi telah menjadi imun (misal karena vaksinasi atau sudah terinfeksi dan sembuh).

“Konsep herd immunity sempat ramai dibicarakan sebagai cara menghadapi pandemi, akan tetapi hal ini tidak manusiawi jika tidak dibantu dengan upaya vaksinasi karena akan banyak korban jiwa,” kata Dosen Fakultas Kedokteran Unsoed dr.Yudhi Wibowo,M.PH.

Oleh karena itu, jelasnya, untuk menciptakan herd immunity harus dilakukan upaya vaksinasi. Terdapat herd immunity threshold (HIT) yaitu persentase minimal dari populasi yang imun agar dapat memberikan proteksi tidak langsung kepada seluruh anggota populasi.

HIT dapat dicapai melalui vaksinasi dan orang yang sembuh paska terinfeksi. Rumusnya HIT = 1 – 1/R0. Jika R0 covid-19 = 3 maka HIT = 1 – 1/3 = 66,7%. Dengan demikian paling tidak sebesar minimal 70% penduduk Indonesia yang harus divaksinasi untuk mendapatkan herd immunity.

Vaksin
Yudhi Wibowo memapatkan bahwa vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan, digunakan untuk vaksinasi (menurut KBBI). Vaksinasi merupakan cara menciptakan kekebalan atau imunitas didapat secara aktif artifisial.

“Imunitas adalah kemampuan tubuh manusia untuk mentoleransi keberadaan materi alami dalam tubuh dan menyingkirkan (mengeliminasi) bahan (substansi) asing tersebut,” ujar Tim Ahli Satgas Covid-19 PemKab Banyumas.

Menurut Yudhi, strategi pengembangan vaksin Covid-19 meliputi vaksin dari virus inaktivasi, vector virus, virus dilemahkan, vaksin DNA, partikel menyerupai virus, dan subunit protein virus.

Pengembangan vaksin, lanjutnya,  membutuhkan waktu lama sekitar 12-15 tahun dan khusus vaksin Covid-19 ini dipersingkat menjadi 18-24 bulan.

Saat ini, menurut WHO terdapat 44 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dan sebagian kandidat baru dalam tahap uji klinis fase 3.

Seluruh dunia sedang berlomba mempersiapkan terwujudnya vaksin Covid-19 termasuk penelitian fase 3 yang sedang dilakukan di Universitas Padjajaran.

Yudhi berharap, semoga vaksin segera dapat tersedia dan aman untuk membantu mempercepat pengendalian pandemi Covid-19 ini.

1. Angka Reproduksi

a. Macam Angka Reproduksi :
Ahli Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology) dr.Yudhi Winowo,M.PH. menjelaskan bahwa angka reproduksi (reproductive number) ada 2 yaitu :

1) Angka Reproduksi Dasar (Basic Reproductive Number atau R0)
R0 (R naught, R zero, R nol) adalah rata-rata jumlah kasus sekunder yang ditularkan dari kasus infeksi primer pada suatu populasi yang seluruhnya rentan alias seluruhnya tidak imun (entirely susceptible=S) atau homogen, jadi R0 adalah zero atau nol imunitas di populasi dan dihitung pada saat awal pandemi atau wabah. Rerata R0 Covid-19 diperkirakan sekitar 3,28 dari berbagai penelitian, artinya bahwa 1 kasus infeksi primer Covid-19, rata-rata menularkan 3 kasus infeksi sekunder baru. Dibandingkan penyakit lain, misal R0 flue biasa sebesar 1,3 dan campak (measles) sebesar 15-18, sementara polio, rhinovirus, smallpox sebesar 6.

2) Angka Reproduksi Efektif (Effective Reproductive Number atau Rt)
Angka reproduksi efektif (Rt atau Re) adalah rata-rata jumlah kasus sekunder baru yang ditularkan oleh 1 kasus infeksi pada suatu populasi yang sebagian rentan (partially susceptible=S) alias heterogen, atau setelah ada intervensi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan penyakit menular misalnya dengan pemberian vaksin atau setelah sebagian masyarakat timbul imunitas didapat secara aktif dan alami setelah sembuh paska terinfeksi.
Hubungan antara R0 dengan Re secara matematis adalah Re = R0 x S. Sebagai contoh jika R0=3 dan seluruh populasi rentan (S=100%) maka Re=3 x 100%= 3, disini Re=R0. Sementara jika sebagian populasi rentan (misal S= 33,3%) maka Re= 3 x 33,3%= 0,99 (ketika kondisi herd immunity sebesar 66,7%).

b. Manfaat Angka Reproduksi :
Manfaat angka reproduksi menurut dr.Yudhi :
1). Memperkirakan potensi penularan, semakin tinggi R0 maka semakin besar kemungkinan kasus infeksi menularkan agen infeksi (penyebab infeksi) kepada orang lain,
2). Memperkirakan potensi epidemi dan kurva epidemi, semakin tinggi R0 maka kurva epidemi akan curam dan tinggi
3). Menunjukkan infektifitas dari penyebab penyakit tersebut, infektifitas adalah kemampuan penyebab infeksi menimbulkan infeksi pada manusia,
4). Menentukan berapa proporsi dari populasi yang harus diimunisasi untuk menciptakan herd immunity.

c. Pengaruh Angka Reproduksi
Selanjutnya dr.Yudhi menambahkan bahwa angka reproduksi dipengaruhi oleh faktor penyebab penyakit (agent), faktor manusia atau penjamu (host) dan faktor lingkungan dan layanan kesehatan.

1) Faktor Agent
Faktor agen atau penyebab penyakit meliputi laju infeksi atau daya tular oleh penyebab penyakit (misal SARS-CoV2), cara penularan (mode of transmission), dalam kontek covid-19, maka upaya pencegahan dapat dilakukan melalui 3 M (memakai masker, menjaga jarak minimal 2 meter dan mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik) dan riwayat alamiah penyakit, yaitu semakin pendek masa laten semakin cepat kasus infeksi dapat menularkan ke host rentan lainnya dan semakin panjang masa infeksi maka semakin banyak host rentan yang terinfeksi oleh kasus infeksi.

2) Faktor Host
Faktor manusia atau penjamu (host) meliputi kekebalan tubuh dan faktor risiko lainnya misalnya usia, jenis kelamin, penyakit komorbid dan kehamilan.

3) Faktor Lingkungan dan Layanan Kesehatan
Faktor lingkungan dan layaman kesehatan terkait dengan densitas penduduk, mobilitas penduduk dan upaya pencegahan dan penangulangan meliputi upaya Testing, Tracing, Treatment, dan Isolating. Kapan pandemi atau wabah dikatakan terkendali? Menurut WHO, dikatakan terkendali jika dalam kurun waktu 2 minggu terakhir berturut-turut nilai Rt <1. Angka Rt ini sangat dipengaruhi oleh jumlah testing dan tracing. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.