
Banda Aceh, Obsessionnews.com – Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Provinsi Aceh, Samsul B. Ibrahim, mengecam pernyataan tak terpuji Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengenai bantuan kemanusiaan pasca musibah gempa dan tsunami pada 2004 silam. Samsul mendesak Tony Abbott meminta maaf secara langsung kepada seluruh masyarakat Aceh dengan mengunjungi Serambi Mekah.
“Kami menghargai keinginan Australia yang meminta pembatalan hukuman gantung terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran karena kasus narkoba. Bahkan ketika enam mantan PM Australia, yakni Malcolm Fraser, Bob Hawke, Paul Keating, John Howard, Kevin Rudd, dan Julia Gillard menyerukan hal yang sama, kami pikir ini sebuah langkah maju yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh Australia dalam memproteksi warganya,” katanya di Banda Aceh, Minggu (22/2).

Namun, mengungkit bantuan kemanusiaan seperti pernyataan Abbott adalah dosa besar sekaligus mencoreng wajah warga Australia yang mungkin ikhlas membantu Aceh. “Dia harus datang ke Aceh untuk meminta maaf secara langsung,” ujar Samsul dengan nada tinggi.
Pada dasarnya hukuman mati terhadap pelaku kriminalitas tertentu bukanlah hal baru dalam konteks hukuman internasional. Praktik hukuman mati sudah diterapkan di berbagai negara, baik itu Malaysia, Iran, China, Libya, Suriah, hingga Amerika Serikat. Dalam hal vonis hukuman mati yang diputuskan terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran di Indonesia, menurut Ibrahim, harusnya Australia fokus mengumpulkan alat bukti tertentu yang mampu menghindari kesalahan vonis. Faktanya hingga vonis dijatuhkan, kesalahan pidana terkait peredaran narkoba yang dialamatkan kepada Andrew Chan dan Myuran Sukumaran tak bisa terbantahkan.
Karena itu, Tony Abbott harus menghargai putusan hukum tersebut. Kedaulatan hukum Indonesia merupakan komponen yang tak bisa diintervensi oleh siapapun. Lagi pula, putusan hukum itu semata-mata dilakukan untuk memberikan peringatan keras terhadap peredaran narkoba di Indonesia.
“Ini bicara soal hukum dan kedaulatan negara. Apa yang diungkit oleh Abbott sungguh perilaku sangat tercela,” kecamnya.
Di sisi lain, Samsul menyebutkan masyarakat Aceh sebenarnya merupakan masyarakat yang cukup bijak dalam menyambut warga manapun. Buktinya, selama ini perusahaan asal Australia sudah beroperasi di Aceh. Beberapa perusahaan asal Australia itu melakukan investasi di sektor energi, pertambangan, hingga perkebunan.
Dia berharap, tokoh-tokoh dan seluruh warga Australia tidak membiarkan perilaku tercela Tony Abbott ini merusak hubungan diplomatik kedua negara. Apalagi selama ini hubungan kedua negara ini selalu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kedua negara di sektor ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
“Kami meminta tokoh-tokoh serta warga Australia untuk menyadarkan Tony Abbott. Mereka harus mendesak Abbott meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh di Aceh, bukan di Canberra. Dia harus berani meminta maaf. Kalau tidak, ini akan menjadi catatan sejarah betapa warga Australia rela dipimpin oleh sosok yang tidak bermoral seperti Abbott,” kata Samsul.
Seperti diketahui, Tony Abbott mengungkit-ungkit dana bantuan dari Australia untuk korban tsunami di Aceh tahun 2004, Rabu (18/2). Abbott menilai Indonesia seharusnya “membayar” kemurahan hati Australia itu dengan membatalkan eksekusi dua warga Australia yang divonis mati dalam kasus perdagangan narkoba di Bali, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. (Agung Sanjaya)