Kamis, 25 April 24

Gesekan Komunal Antara Umat Hindu dan Muslim di India

Gesekan Komunal Antara Umat Hindu dan Muslim di India
* India. (Foto: amazon.in)

Oleh: Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, dan Direktur Eksekutif Global Future Institute

KEPUTUSAN Ali Jinnah untuk mendirikan negara Pakistan, terpisah dari India, menjelang kemerdekaan India, memang cukup tepat.

Mahatma Gandhi memang cukup jenius sebagai bapak bangsa India dalam memperjuangkan kemerdekaan India dari kerajaan Inggris. Namun gagal meyakinkan para pemimpin Muslim India seperti Ali Jinnah, bahwa umat Islam di India bakal terjamin hak-hak asasi manusianya. Alhasil, berdirinya Pakistan tak terhindarkan.

Hanya sayangnya pada perkembangannya kemudian, lapis kepemimpinan Pakistan yang umumnya berbasis di Punjab, Pakistan Barat, umumnya dari lapisan bangsawan dan kelas menengah borjuis. Dari kelas sosial yang sejatinya sama dengan para elite India macam Nehru, Patel, Chandra Bose, atau bahkan Gandhi sekalipun.

Sedangkan Pakistan Timur kebanyakan dari kelas sosial menengah ke bawah yang miskin dan golongan ekonomi lemah.

Di sinilah Ali Jinnah abai geopolitik dalam mengenali karakteristik geografis Pakistan, terutama aspek demografisnya. Sehingga pada perkembangannya karena gagal dikelola dan diantisipasi potensi ledakan sosialnya, maka Pakistan gagal mencegah keputusan para pemimpin Pakistan Timur seperti Mujibur Rahman Cs untuk membentuk negara tersendiri terpisah dari Pakistan, yaitu Bangladesh.

Hemat saya, bangsa India maupun Pakistan telah jadi korban para pemimpin India model Gandhi, Jawaharlal Nehru maupun Ali Jinnah sekalipun, yang terlalu berpandangan dan berpikir logis. Namun mengabaikan cara berpikir dialektika, untuk menguji kebenaran dari sebuah kebijakan ketika hendak diterapkan.

Terbelahnya India, Pakistan, dan belakangan Bangladesh, akhirnya yang untung adalah Inggris sebagai negara kolonial.

Dari cerita ini, kita patut bersyukur bahwa para bapak pendiri bangsa kita seperti Bung Karno, Bung Hatta, Ki Bagus Hadikusumo maupun Wahid Hasyim, dan lain-lain, jauh lebih maju cara pandang dan pola pikirnya.

Hingga kini bangsa kita masih bisa mempertahankan NKRI yang luasnya dari London sampai ke Moskow. Mengapa kok bisa? Karena kita sadar, yang menyatukan Indonesia sebagai negara bangsa adalah geopolitik. Yaitu bersatunya orang-orang yang menyadari adanya persenyawaan antara manusia dan tempat tinggalnya. Yang membentang dari Sabang Sampai Merauke. Bukan dipersatukan oleh agama, bahasa ataupun suku.

Para elite India seperti Nehru maupun Ali Jinnah, dan umumnya watak kepemimpinan di bumi Hindustan, hakikatnya sama. Lebih senang berbicara daripada mendengar dan menyimak. Maka itulah akibatnya. Antara pemimpin dan rakyat nggak nyambung.

Alhasil, gesekan komunal antara umat Hindu dan Muslim, justru mengingatkan kita bahwa ketika bara dalam sekam kedua agama itu meledak, rakyatlah yang menjadi korbannya.

Narendra Modi dan presiden Pakistan juga merupakan korban dari para bapak bangsa India dan Pakistan di masa lalu, yang cenderung elitis dalam cara pandang dan pola pikirnya, ketika membentuk sebuah negara bangsa.

Para founding fathers tersebut merupakan produk dari didikan Inggris, yang kemudian berkiprah di pentas politik yang sejarah dan tradisinya sangat tidak Inggris.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.