
Jakarta, Obsessionnews.com – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono menilai, pemanggilan Cagub DKI Jakarta Sandiaga Uno (Anies-Sandi) sebagai saksi kasus pencemaran nama baik di Polsek Tanah Abang beberapa hari lalu, adalah kesengajaan untuk mandolimi pasangan Cagub Anies Baswedan itu agar nama Anies-Sandi tercemar.
“Pelaporan pada Sandi motifnya jelas penzoliman dan sangat politis. Aneh, masa’ kasus sudah tahun kapan (lama) kok baru dilaporkan dan dipanggil polisi. Di sini polisi sudah terindikasi tidak netral dan lebih berpihak pada lawan kita,” tegas Arfief Poyuono menjawab pertanyaan wartawan, Jumat (17/3/2017).
Oleh Karena itu, Arief Poyuono meminta Kapolri untuk sebaiknya menegur keras dan mencopot Kapolseknya yang tidak netral. “Karena ini menjalankan tugas dengan tekanan yang bersifat politis dibandingkan pada masalah hukum semata,” tandas Wakil Ketua Umum Gerindra.
“Beda dong kasus pencemaran dan penghinaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan kasus Sandi yang seakan-akan dipaksakan dan sengaja untuk menzolimi Sandi,” tambahnya.
Namun, Arief tidak gentar dengan penzoliman tersebut karena warga Jakarta sudah pintar dan kritis sehingga tidak akan terpengaruh rekayasa tersebut. “Masyarakat Jakarta itu cerdas kok, mana kasus yang sengaja dibuat untuk menzolimi seseorang yang ingin lakukan perubahan yang lebih baik untuk Jakarta dengan kasus seorang yang menista agama yang membuat panasnya politik dan memicu perpecahan sehingga buat repot semua golongan sampai Presiden Joko Widodo terganggu pekerjaannya untuk ikut menenangkan suasana,” ungkapnya.
“Biar saja kita anggap aja angin lalu. Yang pasti serangan kepada Anies-Sandi saat ini sudah kesiangan dan tidak bermutu, dan serangannya juga tidak dianggap sama masyarakat Jakarta yang sudah siap punya gubenur dan wakil gubenur baru, alias Ahok-Djarot akan kalah,” pungkasnya.

Bagaimana dengan pernyataan AHY (Agus H Yudhoyono) yang sudah menyatakan nonblok, padahal pemilih AHY-Sylvi ada 17 persen di putaran pertama? “Biar AHY nonblok ya enggak apa-apa. Tapi kan yang milih AHY tidak golput dan tidak nonblok. Caranya, yang pasti relawan kami dan simpatisan kami sekarang sudah mulai menyatu dengan para relawan AHY dan masyarkat yang memilih AHY-Sylvi,” jawab Arief.
“Kita tahulah dan maklum AHY nonblok, setelah ayahnya mendesak minta bertemu dengan Pak Joko Widodo setelah kasus korupsi e-KTP meledak dan kasus dugaan adanya korupsi mpok Sylvi mulai disidik Bareskrim Polri,” tambahnya.
“Terkait e-KTP yang mega korupsi itu kan melibatkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat dalam BAP dakwaan KPK, ya pasti Bapak nya AHY tahu benarlah carut marutnya program e-KTP dan korupsi yang terjadi. Jadi, ya kami sangat hormat dan maklum lah dengan posisi AHY yang nonblok karena pasti ayahnya dan keluarganya diancam rezim penguasa dengan akan dikait-kaitkannya kasus e-KTP dan kasusnya Hambalang dengan ditahannya Choel Malarangeng yang mungkin bisa menyerempet dan mengait-kaitkan dengan Ibas yang padahal belum tentu benar. Tapi ya kan repot juga kalau kader-kader PD dan Ibas dipanggil KPK untuk dimintai keterangan terkait kedua kasus mega korupsi itu,” papar Arief Poyuono. (Red)