Obsessionnews.com – Bulan Ramadan di Perancis tahun ini terasa lebih meriah. Ini bukan disebabkan bunyi adzan yang menggema di setiap tempat layaknya suasana bulan puasa di Indonesia; juga bukan karena bunyi kentongan atau “panci” yang ditabuh berkeliling kampung di saat sahur. Ramadan di Perancis tahun ini “dimeriahkan” oleh pertandingan sepak bola antarnegara yang memperebutkan Piala Eropa.
Pialai Eropa merupakan ajang pertandingan sepak bola antarnegara di Eropa dan Rusia. Perebutan piala ini diikuti 24 negara: Albania, Austria, Belgia, Kroasia, Republik Ceko, Inggris, Perancis, Jerman, Hongaria, Islandia, Italia, Irlandia Utara, Polandia, Portugal, Republik Irlandia, Rumania, Rusia, Slovakia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Ukraina, dan Wales (negara bagian Inggris).
Piala Eropa 2016 digelar di beberapa stadion di Perancis, yaitu: Stade de Bordeaux (Bordeaux), Stade Bollaert-Delelis (Lens Agglo), Stade Pierre Mauroy (Lille), Stade de Lyon (Lyon), Stade Vélodrome (Marseille), Stade de Nice (Nice), Parc des Princes (Paris), Stade de France (Saint-Denis), Stade Geoffroy Guichard (Saint-Etienne), dan Stadium de Toulouse (Toulouse).
Nanang salah satu dosen Universitas Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, kebetulan tengah menempuh pendidikan doktor di Universite de Lyon 2 Perancis di Kota Lyon, 500 km selatan Paris. Lyon adalah kota besar kedua setelah Paris. Sementara kota besar ketiga adalah Marseille yang terletak di ujung selatan Perancis, berbatasan dengan Negara Spanyol. Lyon terletak di antara Paris dan Marseille.
Menurutnya, pagelaran piala Eropa di Lyon memang cukup istimewa karena stadion tempat pertandingan adalah stadion yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu. Sebelumnya, Lyon telah memiliki stadion bernama Stade de Gerland. Namun dalam perhelatan piala Eropa ini, stadion Gerland tidak digunakan karena ukurannya relatif lebih kecil.
Stadion Lyon yang digunakan sebagai arena pertandingan berlokasi di Kota Decines Charpieu, wilayah pinggiran Lyon. Stadion Lyon juga menjadi salah satu tempat berlangsungnya pertandingan final selain stadion Marseille.
Nanang menjelaskan bahwa persiapan pertandingan piala Eropa ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan rencana pembangunan stadion baru tersebut telah dimulai sejak 2007 dan pembangunan baru selesai akhir 2015. Stadion ini dilengkapi dengan taman yang cukup luas di sekitar stadion, dan ada pula taman bermain anak.
Untuk memudahkan para penonton, stadion ini juga dilengkapi dengan jalur tram (catatan tram = kereta dalam kota). Tram yang masuk ke area stadion hanya dibuka ketika ada pertandingan sepak bola, sehingga para suporter tidak perlu khawatir terjebak macet di jalan raya. Tram jalur stadion berangkat dari stasiun Vaulx en Velin la Soie.
Ketika ada pertandingan, jalur di sekitar stadion ditutup sebagian. Kondisi ini juga menimbulkan kemacetan luar biasa di beberapa titik bertemunya para suporter. Bahkan, dalam perhelatan piala Eropa ini, kemacetan sudah terjadi beberapa jam sebelum pertandingan dimulai. Banyak suporter datang sejak pagi hari meskipun pertandingan dimulai pada malam harinya.
Sebelumnya, mereka melalukan tour keliling kota, ada yang menggunakan mobil ada pula yang memanfaatkan transportasi publik. Ini tentu cukup mengganggu para penumpang lain karena bus, tram, dan metro dipenuhi banyak suporter. Di dalam bus, tak jarang mereka meneriakkan yel-yel.
“Tapi selama berlangsung piala Eropa, di Lyon aman-aman saja, nggak ada kerusuhan seperti di Marseille beberapa hari yang lalu”, ungkap Nanang ketika dihubungi melalui telepon Minggu pagi.
Meski tiket nonton tergolong mahal, namun antusiasme penonton tetap tinggi.
Tiket dapat dibeli secara online, harganya cukup bervariasi mulai 60 euro (sekitar sembilan ratus ribu rupiah / Rp 900.000,-) sampai 100 euro (satu juta lima ratus ribu rupiah / Rp 1.500.000,-). Ada beberapa penonton yang kehabisan tiket dan terpaksa mengharapkan mendapatkan tiket pada hari H pertandingan dari para penonton yang membatalkan tiketnya.
Mereka membawa tulisan bertuliskan “i need a ticket” atau “je cherche un ticket”. Mereka rela membeli tiket lebih mahal hanya demi menonton tim kesayangan mereka berlaga di piala Eropa.
Di stadion juga disediakan butik atau tempat penjualan souvenir piala Eropa. “Souvernirnya macam-macam, ada kaos, jaket, bola, gantungan kunci, tas belanja, cangkir, boneka, dalam semua ukuran, mulai anak-anak sampai dewasa. Butik OL (Olympic Lyonais) di Lyon ada di tiga tempat, ada di stadion Gerland, stadion Lyon, dan di Bellecour,” jelas Nanang.
Di butik OL juga dijual maskot piala Eropa, bernama Super Victor. Ia adalah sosok anak kecil yang gemar bermain bola dan berkekuatan super yang lahir di Perancis. Dalam maskot tersebut, Victor mengenai jubah (sayap di belakang) berwarna merah yang dianggap mampu membawanya terbang dengan kecepatan tinggi untuk berkeliling dunia.
Bagi penonton yang tidak sempat datang ke stadion, panitia juga menyedikan tempat nonton bareng di beberapa tempat. Panitia menyediakan layar lebar. Untuk mengantisipasi aksi kerusuhan di stadion dan beberapa tempat nonton bareng, aparat keamanan menerapkan sistem pengamanan yang cukup ketat.
Semua tas dan barang bawaan pengunjung diperiksa, dan mereka tidak diperbolehkan membawa dan mengonsumsi minuman keras, termasuk membawa minuman dalam kemasan botol. Ini untuk mengantisipasi aksi saling lempar botol antarsuporter seperti yang terjadi di Marseille beberapa waktu lalu.
Namun dalam kenyataannya, Nanang mengatakan bahwa di sekitar stadion Lyon, masih ada toko-toko dadakan yang menjual minuman keras, dan banyak suporter yang membeli minuman tersebut. “Aparat pun kayaknya membiarkan mereka,” pungkasnya. (Red)
