Jumat, 19 April 24

Gejala Covid-19 Serius Kehilangan Indera Penciuman

Gejala Covid-19 Serius Kehilangan Indera Penciuman
* Gambar: Kehilangan indera penciuman. (Foto: cbs8)

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kehilangan indera penciuman menjadi gejala virus Corona (Covid-19) yang lebih meyakinkan (serius) ketimbang batuk.

Yakni, kehilangan indera penciuman kemungkinan menjadi pertanda penularan Covid-19 yang lebih meyakinkan dibandingkan batuk dan demam.

Penelitian University College London (UCL) terhadap 590 orang yang kehilangan indera penciuman atau perasa pada awal tahun, menemukan sebanyak 80% di antara mereka memiliki antibodi virus corona.

Dari mereka yang memiliki antibodi, 40% tak memiliki gejala lainnya.

Bagaimanapun, penelitian ini hanya berfokus pada orang-orang yang memiliki gejala ringan.

Bukti bahwa kehilangan indera penciuman dan pengecapan boleh jadi merupakan tanda-tanda terinfeksi virus corona mulai mengemuka pada April.

Hal itu secara resmi dimasukkan sebagai gejala Covid-19 pada pertengahan bulan Mei.

Panduan saat ini menyebutkan, siapa pun yang mengalami kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau perasa, harus mengisolasi diri dan melakukan tes.

Tapi penulis utama dari penelitian di UCL, Prof Rachel Batterham, mengatakan, batuk dan demam masih dilihat banyak orang sebagai gejala utama yang harus diwasapadai.

Dia merekrut responden antara 23 April dan 14 Mei dengan mengirimkan pesan teks melalui empat fasilitas kesehatan di London, lantas mendaftarkan mereka yang melaporkan kehilangan penciuman atau pengecapan empat minggu sebelumnya.

Seluruh responden ini telah dites antibodinya. Hasil tes menunjukkan empat dari lima responden reaktif, artinya pernah terinfeksi Covid-19.

Apakah semua pasien Covid-19 kehilangan indera penciuman?
Penelitian ini dibatasi oleh fakta bahwa seluruh peserta memiliki gejala ringan, termasuk atau hanya terbatas pada kehilangan indera penciuman/perasa, jadi mereka mungkin tidak bisa mewakili seluruh pasien Covid-19.

Tapi temuan ini menekankan pentingnya orang untuk mewaspadai perubahan pada indera penciuman dan perasa, kemudian melakukan isolasi mandiri ketika mereka menyadari tak bisa mencium bau-bauan “harian” seperti parfum, pemutih, pasta gigi, atau kopi, kata Prof Batterham.

Walau tidak semua pasien Covid-19 akan kehilangan indera penciuman atau perasa, jika seseorang kehilangan indera penciuman kemungkinan besar itu disebabkan virus corona, kata penelitian ini.

Mengapa virus corona menyebabkan kehilangan indera penciuman?
Hal yang harus diwaspadai adalah kehilangan penciuman tanpa hidung tersumbat atau berair, jelas Prof Batterham.

Kehilangan penciuman ini terjadi karena virus telah menyerang sel-sel yang berada di bagian belakang hidung, tenggorokan dan lidah.

Ini berbeda dari pengalaman mereka yang terkena flu biasa, ketika perubahan indera penciuman dan rasa terjadi karena saluran pernapasan tersumbat.

Para peneliti King’s College London, yang mengoperasikan aplikasi Penelitian Gejala Covid, sebelumnya memperkirakan 60% orang dengan virus corona telah kehilangan indera penciuman dan perasa.

Meskipun kehilangan indera penciuman dianggap sebagai gejala ringan dan tak perlu dibawa ke rumah sakit, Prof Batterham menunjukkan potensi bahaya dari hilangnya indera penciuman, di antaranya tak mampu untuk mendeteksi asap, gas yang bocor atau makanan yang sudah busuk.

Dalam jangka panjang, ini juga bisa berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hidup seseorang.

Ribuan orang orang melalui internet membagikan pengalaman atas kekhawatiran terhadap kebakaran, atau tak mampu untuk mencium bau asap.

Beberapa orang mengatakan secara terus menerus mencium bau “sampah” busuk atau mengalami rasa mengecap besi, sebagian lagi bercerita tak dapat mengenali rasa makanan yang sudah berbulan-bulan. Hal ini bahkan terjadi ketika mereka sudah dinyatakan negatif dari virus corona.

Kelompok orang yang hanya kehilangan indera penciuman tanpa mengalami adanya gejala lain kemungkinan juga dapat menjadi “risiko terbesar” bagi orang lain, karena mereka mungkin merasa sehat dan menjalani aktivitas sehari-hari, kata Prof Batterham.

Meskipun keduanya sering beriringan, kehilangan atau perubahan penciuman lebih sering terjadi dari pada kehilangan indera perasa di antara orang-orang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona, katanya.

Penelitian ini dilakukan pada saat kehilangan penciuman dan rasa belum diakui sebagai gejala dari virus corona. (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.