Jumat, 26 April 24

Garibaldi Thohir: Jaya di Indonesia Jaya di Asia 

Garibaldi Thohir: Jaya di Indonesia Jaya di Asia 
* CEO Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir.

Jakarta, Obsessionnews.com – Selama 25 tahun berkarier di dunia pertambangan bukanlah waktu yang singkat bagi Garibaldi Thohir. Perlahan, karena kesabaran dan ketekunannya pria yang akrab disapa Boy Thohir ini akhirnya bisa menjadi orang nomor satu di PT Adaro Energy Tbk sebagai CEO. Kebesaran bisnis batu bara yang dikembangkan Boy kini bukan hanya diakui di negerinya sendiri Indonesia, tapi juga di tingkat Asia. Ia sadar bisnis energi batu bara ke depan banyak mengalami persaingan yang ketat, karenanya, Inovasi dan ekspansi terus dilakukan Boy guna menjawab seluruh tantangan masa depan perusahaan.

Untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis pertambangan, Boy selalu menekankan inovasi dan ekspansi menjadi syarat mutlak bagi perusahaan Adaro dalam meningkatkan performanya sehingga stabilitas bisnis yang dikembangkan bisa berjalan dengan baik. Inovasi yang dimaksud adalah Boy saat ini tidak hanya fokus mengembangkan bisnis batu bara. Dalam sektor energi ia melihat potensi pasar masih banyak yang bisa diolah untuk pertumbuhan Adaro. Tercatat boy sekarang sudah memiliki delapan bisnis di bidang energi, di antaranya yakni Adaro Power Plant, Adaro Services, Adaro Logistik, Adaro Kapital, Adaro Medcoal dan Adaro Water.

Adaro Medcoal sendiri merupakan industri pengolahan yang mengolah batubara kelas atas dengan standar cooking coal. Batubara jenis ini banyak dipakai oleh industri baja. Cooking coal produksi Adaro berfungsi sebagai salah satu komponen pembuat Baja. Boy mengakui Adaro Medcoal memang lompatan baru bagi Adaro. Bermodal belajar dari salah satu perusahaan produsen cooking coal, BHP, Adaro membangun Medcoal dengan melihat peluang masih bergantungnya industri baja dalam negeri terhadap impor. Misalnya KS (Krakatau Steel) yang 90 persen masih impor. Sedangkan Cooking coal-nya dipasok dari Adaro.

Sebagai negara berkembang apalagi Indonesia ingin maju dalam bidang industri, Boy menilai Indonesia perlu memproduksi material dalam negeri sehingga tak melulu bergantung pada impor. Justru sebaliknya, sebagai negara yang kaya akan sumber energi, lanjut Boy, Indonesia harus tampil menjadi macan dunia dalam menguasai bisnis energi dengan terus melakukan ekspor ke luar negeri. Asia dan Eropa adalah wilayah yang kini diincar Boy untuk melakukan ekspansi bisnisnya. “Kita gak boleh stop. Kita diversifikasikan. Betul kita berkompeten dalam bisnis batubara, tapi kompetensi itu kan bisa dikembangkan di sektor lain, yang direct ataupun indirectly,” ujar Boy menegaskan.

Kedua, Adaro Water. Boy menjelaskan Adaro sebagai perusahaan energi terintegrasi, bergerak di bidang usaha yang vital bagi kehidupan manusia. Selain listrik, saat ini Adaro juga merambah ke bidang usaha vital lainnya yaitu air. Melalui PT Adaro Tirta Mandiri (ATM), Adaro berkomitmen untuk ikut serta dalam proyek strategis nasional di seluruh Indonesia. Diharapkan, proyek ini dapat mencapai target 4.000 liter per detik dalam lima tahun ke depan. Saat ini dua proyek BOT (build, operate,and transfer) sudah dikelola ATM sejak 2016, yaitu BOT Pengolahan Air dengan PDAM Gresik dengan kapasitas 400 liter/detik dan BOT dengan PDAM Intan Banjar di Banjarbaru dengan kapasitas 500 liter/detik.

Tak berhenti sampai di situ, Boy menjelaskan, ke depan Adaro hendak mengembangkan Adaro Land. Ini merupakan ekspansi bisnis Adaro untuk memanfaatkan lahan tambang yang sudah tidak terpakai. Lahan kosong seluas 35 ribu hektare, dinilai Boy, perlu dimanfaatkan sehingga bisa menambah efek berantai bagi negara. Saat ini ada perternakan yang dikembangkan Adaro di bawah Adaro Land. Ia bermimpi suatu saat nanti, lahan itu bisa besar dan bisa menjadi satu kawasan. Ada permukiman, pariwisata, pendidikan, pertanian, dan kesehatan, sehingga bisa lebih bermanfaat.

Selain ketiga bisnis baru tersebut, Boy menjelaskan entitas bisnis yang saat ini sudah berjalan juga masih menjadi perhatian khusus. Adaro optimistis ke depan tingkat permintaan batubara akan signifikan bukan cuma di Indonesia, tapi juga di Asia, yang didorong investasi besar di bidang infrastruktur energi (terutama di sektor listrik). Adaro mengaku tetap waspada karena dinamika pasar industri batubara yang fluktuatif di mana tidak bisa memprediksi harga batubara. Yang dapat Adaro lakukan adalah terus menjalankan keunggulan operasional di seluruh mata rantai bisnis sehingga bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid.

Sebab, selain fokus pada pangsa pasar domestik, Adaro juga memperbesar pasar Asia. Batubara sebagai sumber energi yang terjangkau dan berlimpah, tetap merupakan sumber energi pilihan untuk negara-negara berkembang di Asia.
Dalam laporan keuangan kuartal III-2017, Adaro mencatat penjualan batubara ekspor masih memegang kontribusi terbesar dengan menyumbang US$ 1,83 miliar atau 80% pendapatan dari batubara. Sedangkan untuk penjualan domestik, tercatat sebesar US$ 456,16 juta atau 20% pendapatan dari batubara. Batubara Adaro diekspor ke Tiongkok (14%), Malaysia (10%), Jepang (10%), Korsel (10%), India (7%), Taiwan (6%), Spanyol (5%), Flipina (3%), dan lain-lain %, termasuk ke Thailand.

Boy memproyeksikan pendapatan Adaro di 2018 bisa mencapai US$ 3,7 miliar atau naik 5% dari proyeksi tahun ini. Sementara, laba bersih mencapai US$ 484 juta atau naik sekitar 4%. Tercatat saat ini Adaro mencapai posisi kas bersih. Pada kuartal III 2017 Adaro melunasi utang US$ 96 juta. Hal ini membuat perusahaan mampu meraih kas bersih sebesar US$ 141 juta.
Bahkan hingga Desember 2017 ini, emiten berkode ADRO di Bursa Efek Indonesia itu sudah memproduksi batubara sebanyak 52 juta ton-54 juta ton. Tidak hanya itu, perusahaan saat ini memiliki cadangan batu bara sebesar 13,5 miliar ton. Boy siap memenuhi kebutuhan pasar Asia.

Keunggulan Adaro di bawah kepemimpinan Boy didapat dari tambang terbuka dan transportasi kapal tongkang. Kedua, kualitas aktivitas pertambangan Adaro yang ramah lingkungan. Ketiga, kemampuan perusahaan menghadapi tekanan fluktuasi harga minyak dunia. Kekuatan Adaro juga ditopang dengan pilar-pilar bisnisnya. Di sektor pembangkit listrik misalnya, Boy bercita-cuta menjadi produsen listrik yang handal dengan membangun PLTU di berbagai daerah. Ia terobsesi Indonesia bisa menambah 35.000 MW.  Ia bersyukur selama ini dipercaya PLN untuk ikut membantu pemerintah mewujudkan keinginan itu.  (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.