Sabtu, 20 April 24

Foe Jose Amadeus Khrisna, Dalang Muda Peraih Gelar Dalang Ngabehi dari Keraton Solo

Foe Jose Amadeus Khrisna, Dalang Muda Peraih Gelar Dalang Ngabehi dari Keraton Solo

Semarang – Foe Jose Amadeus Khrisna merasa lega begitu selesai mementaskan wayang kulit purwa dengan lakon Wiratha Parwa pada 30 Agustus 2014. Pasalnya, lakon yang bercerita tentang penyamaran Pandawa setelah sebelumnya harus mengasingkan diri ke tengah hutan selama 12 tahun itu baru pertama kali dipentaskan dalang muda kelahiran Semarang, 16 tahun lalu ini.

Memulai pertunjukan pada pukul 16.00, dalam acara Wayang of World (WOW) dengan tema Negeri Wayang Indonesia Goes to Mall di Java Mall, Semarang, Jose – begitu dia kerap disapa, tampak dengan lincah memainkan wayang kulit purwa selama 45 menit pertunjukan.

Kepiawaian Jose memainkan wayang agaknya tak perlu diragukan lagi. Sebab, sejak usia tiga tahun anak tunggal dari pasangan Tirto Adjie dan Mayningrum ini sudah menyukai wayang. Setiap malam Minggu, selama dua tahun, Jose kecil tak pernah ketinggalan menonton acara wayang di Indosiar.

Perhatian yang besar pada seni dan budaya Indonesia, khususnya wayang, mendorongnya untuk mengambil kursus dalang. FX Rudjito dari Perkumpulan Seni Budaya kemudian menjadi gurunya, yang dengan tekun membimbingnya di Gedung Cagar Budaya Sobokartti, Semarang. ”Saya mendalang karena keinginan saya sendiri,” ungkap Jose.

Awalnya sang ayah sempat khawatir atas keinginan Jose untuk menjadi dalang. Tirto Adjie takut kegiatan itu akan mengganggu sekolah putra tunggalnya itu. “Tapi, dia ternyata sangat berprestasi. Walau kerap pentas, lima kali ikut roadshow di Semarang, ikut festival wayang di Solo dan Bali, nilai mata pelajarannya di sekolah tetap tinggi. Rata-rata dia mendapat nilai 8,” cerita Tirto Adjie bersemangat. Juli 2013, Jose malah mendapat gelar Dalang Ngabehi dari Keraton Solo.

Berbagai acara dan festival wayang lokal serta regional telah dia ikuti. Jose pun sudah ikut mendalang pada Puppetry Festival, festival wayang level internasional bersama Rumah Topeng Setia Dharma, Bali, September 2013 di Bali. Bahkan November 2014, Jose akan ke Negeri Gajah Putih, Thailand untuk mengikuti festival wayang yang diikuti 150 negara.

Dan, kegiatan Jose mendalang selama ini ternyata sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajarnya di SMA Karangturi, Semarang. “Kalau saya mendalang, sekolah malah memberikan fasilitas. Misalnya, saya diberi pelajaran tambahan,” ungkap Jose, yang kini duduk di kelas XI. “Kalau jadwal ulangan bentrok dengan acara mendalang, saya bisa ikut ulangan susulan,” dalang muda kelahiran Semarang, 21 November 1998, ini menambahkan.

Jose berharap Bakti BCA tertarik memberikannya beasiswa untuk meneruskan studi. Setelah tamat SMA, Jose ingin melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia, di Solo atau Yogyakarta, untuk mendalami ilmu seni, dalang khususnya. “Saya ingin menjadi dalang terkenal di tingkat nasional hingga kancah internasional, membawa nama baik Indonesia,” Jose menyebut obsesinya.

WOW – Negeri Wayang Indonesia Goes to Mall
WOW, dengan tema Negeri Wayang Indonesia Goes to Mall, digelar PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada 28-30 Agustus 2014. Kali ini bank swasta nasional terkemuka itu bekerjasama dengan Radio JFM Semarang.

Hadir pada pembukaan dan peresmian acara, antara lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Eksekutif Bank Indonesia Wilayah V Semarang Sutikno, Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati, dan Kakanwil II BCA Semarang Ratna Yanti. Pada kesempatan itu, secara simbolis dilakukan penyerahan gunungan dan wayang kepada Foe Jose Amadeus Khrisna, dan Woro Mustika Siwi, pelajar kelas 1 SMPN 5, Surakarta.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk lebih mendekatkan dan memperkenalkan wayang kepada masyarakat, khususnya generasi muda. “Melalui program Bakti BCA, diharapkan kami dapat berperan aktif untuk turut memperkenalkan wayang kepada generasi muda,” kata Inge Setiawati.

Pengunjung tak hanya disuguhi pertunjukan wayang dari dalang Jose dan Woro. Mereka juga dapat mengenal berbagai wayang di Indonesia. Seperti Wayang Beber, Wayang Batik, Cabaret Wayang Cosplay, Wayang Golek Rocker, Wayang Digital, dan lain-lain. Juga diselenggarakan serangkaian kegiatan seperti workshop, pementasan tari, kolaborasi band dan gamelan, serta beberapa rangkaian acara menarik lainnya.

Secara tidak langsung, melalui wayang, generasi muda juga dapat mengenal nilai-nilai kehidupan. “Diharapkan dengan mengenal wayang yang telah diakui UNESCO sebagai World Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity, warisan mahakarya dunia, pada 7 November 2003 – generasi muda dapat mencintai dan turut mengembangkan wayang Indonesia,” ujar Inge Setiawati. (adv)

Related posts