Hal kedua yang disorot adalah kekayaan alam Selat Lembeh. “Kedua, di sini kaya akan keanekaragaman hayati. Tempatnya memang kecil, tapi sangat kaya karena kedalaman dan geografis yang sangat menarik. Terutama untuk mikro laut, binatang-binatang kecil,” papar Taufik.
Yang membuat Selat Lembeh semakin menarik adalah faktor sejarah. Di sinilah awal dari Trikora. Awal dari revolusi mental yang dilakukan Sam Ratulangi. “Kalau semua menjadi sebuah festival, maka menjadi sebuah festival yang kuat,” tandasnya.
Sementara itu anggota Tim Kurator 100 Wonderful Indonesia Calender of Event (CoE) Dynand Fariz juga punya harapan tinggi untuk Bitung. Dia berharap FPSL tahun depan bisa diselenggarakan lebih baik lagi.
“Menurut saya pesona Selat Lembeh dari komunitas SDM-SDM-nya sudah punya power yang luar biasa. Gerakan bersama sangat tinggi. Tinggal bagaimana event ini digelar dengan konten dan konsep yang jelas dan punya nilai jual mendatangkan wisatawan lokal maupun asing,” ujar Dynand.
Ia menilai selat lembeh harus kuat dengan pesona wisata air. Khususnya wisata lautnya. “Jadi saya pikir ini satu potensi untuk Indonesia di wilayah timur. Untuk disempurnakan digalakan dari tahun ke tahun,” tutur pria yang dikenal sebagai penggagas Jember Fashion Carnaval (JFC) ini.