Obsessionnews.com – Indonesia harus kehilangan sosok penting dalam urusan ekonomi kerakyatan. Faisal Basri (6 November 1959-5 September 2024) meninggal dunia pada Kamis (5/9) dini hari di RS Mayapada akibat sakit. Faisal Basri selama hidup tidak hanya dikenal sebagai ekonom tetapi pendidik dan aktivis.
Duka turut dirasakan civitas Universitas Indonesia (UI), almamater keponakan dari mantan Wakil Presiden RI Adam Malik itu. UI mengakui dedikasi almarhum dalam urusan pendidikan.
Baca juga: Selamat Jalan Faisal Basri! Tokoh Jujur, Berani dan Berintegritas
“Ia tetap mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa lewat cara mengajar di kampus UI,” kata Kepala Biro Humas dan KIP (Keterbukaan dan Informasi Publik) UI Amelita Lusia, di Kampus UI Depok.
Faisal Basri menjadi dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI sejak tahun 1981. Dia mengajar berbagai mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Faisal juga berbagi ilmunya di Program Magister Akuntansi (MAKSI), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (PNPM), serta Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Baca juga: Ekonom Faisal Basri Meninggal Dunia di RS Mayapada Kuningan Jakarta
Pada usianya yang ke-64 tahun, Faisal Basri telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam bidang ekonomi dan politik Indonesia. Kiprah almarhum dalam dunia ekonomi dimulai ketika menjadi anggota tim Pembangunan Ekonomi Dunia di bawah Asisten Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Kedua pada tahun 1985-1987.
Faisal pernah mendapat kepercayaan saat ditunjuk menjadi anggota Tim Bantuan Presiden untuk Urusan Ekonomi (2000), sebuah pengakuan atas pemikiran dan kontribusinya yang mendalam terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.
“Keluarga besar UI turut mendoakan agar almarhum diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta kesabaran dalam menghadapi kehilangan ini,” katanya.
Kiprah Faisal Basri memajukan kesejahteraan umum diakui banyak pihak. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya tokoh yang bertakziah ke rumah duka di Komplek Gudang Peluru Blok A 60 Jakarta Selatan.
Eks Wapres Jusuf Kalla, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel, Menko Marves Luhut Pandjaitan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, eks Gubernur DKI Anies Baswedan turut melayat dan memberi penghiburan bagi keluarga almarhum.
Luhut yang tak luput dari sasaran kritik Faisal basri menghormati almarhum. “Terakhir ketemu Pak Faisal pada tahun 2021 setelah Covid-19,” kata Luhut.
“Pada saat itu, beliau memberikan masukan yang sangat berharga dalam mendesain PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dari sisi ekonomi. Masukannya membantu kita menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi negara,” lanjutnya.
Rachmat Gobel mengaku banyak dibantu Faisal Basri khususnya ketika Kadin pada medio 2000 menyusun peta jalan industri 2010 dan visi 2030. Dia kini rindu akan kritikan kolega yang telah mendahului.
“Orangnya saklek, kritis, dan tidak aji mumpung,” kata Gobel membeberkan karakter aktivis Faisal Basri.
Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini turut merasakan kehilangan. Dia menganggap karakter khas Faisal yang berintegritas dan peduli akan demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan keadilan di dunia ekonomi dan politik Indonesia harus dilanjutkan.
Faisal sering menunjukkan sikap independen, tegas dan berani dalam analisisnya dan tidak terikat dengan kepentingan partai politik tertentu.
“Yang lebih mengesankan lagi dari pribadi Faisal Basri adalah independen dan anti-korupsi. Tidak ada yang bisa mempengaruhi pandangan dan ketegasan dalam pemikirannya. Selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah dan tidak segan untuk menyuarakan pendapat yang berbeda, meskipun itu tidak populer,” ujar Didik. (Antara/Erwin)