
Surabaya, Obsessionnews.com – Ekha Mar’atus Sholikhah salah seorang penerima beasiswa unggulan dari Yayasan Supersemar. Untuk itu Ekha dituntut mempertahankan nilainya agar tetap bagus. Lulusan program studi S-1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universias Airlangga (Unair), Surabaya, ini memperoleh beasiswa sejak semester tiga sampai lulus baru-baru ini. Tak hanya mempertahankan beasiswa, Ekha juga dinobatkan sebagai wisudawan terbaik dengan meraih IPK 3,91.
Ekha mengungkapkan, sejak semester satu dia mengajukan beasiswa karena masalah ekonomi. Dia masuk melalui jalur mandiri tapi bukan berasal dari keluarga yang sangat mampu.
“Sejak saat itu saya berusaha bisa mendapat beasiswa. Itu juga yang menjadi motivasi utama bagi saya untuk mendapat nilai bagus,” katanya seperti dikutip dari laman Unair, Senin (8/8/2016).
Skripsinya berjudul Pencemaran Lingkungan di Kabupaten Gresik (1970-1994), yang membahas tentang dampak industrialisasi terhadap lingkungan di Gresik, Jawa Timur. Juga ia mengkaji sejarah perkotaan dengan sudut pandang masalah lingkungan.
Ia memilih topik tersebut karena kajian sejarah lingkungan merupakan hal baru di Indonesia, terutama prodi Ilmu Sejarah Unair. Selama ini, katanya, tulisan sejarah masih didominasi topik politik dan ekonomi.
“Historiografi Gresik memang seringkali diulas peneliti, tapi belum ada yang menyinggung soal lingkungan. Padahal kehadiran industri memberikan dampak besar terhadap perubahan lingkungan hidup,” tuturnya.
Menurut perempuan kelahiran Gresik, 8 Februari 1995, ini, industrialisasi di Gresik mulai berkembang pesat sejak tahun 1970. Tentu saja aktivitas industri yang tinggi mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya. Sejak saat itu masalah polusi udara, air, hingga tanah bermunculan. Udara Gresik semakin panas disertai debu, serbuk kaya, dan asap tebal. Begitu pula dengan kondisi perairan sungai maupun pantai yang mulai tercemar. Kondisi tersebut ditandai dengan air yang mengeruh, ikan-ikan yang mati secara mendadak, dan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan telah tercemar.
Sebagai pihak yang dirugikan, kata Ekha, masyarakat memiliki respons yang berbeda-beda terhadap sikap pemerintah dan industri dalam menanggulangi dampak buruk industrialisasi. Ia berpendapat berbagai upaya penanggulangan tersebut tidak berjalan efektif.
Semasa kuliah Ekha pernah bergabung menjadi anggota Badan Semi Otonom Sie Kerohanian Islam tingkat fakultas. Selain itu juga aktif dalam bidang riset dan keilmuan sejak tahun 2012 hingga tahun 2014. Dalam periode tersebut ia bersama rekan-rekan organisasinya kerap menyelenggarakan diskusi-diskusi bertema keislaman, dan peningkatan prestasi mahasiswa. (@arif_rhakim)
Baca Juga:
Teliti Susu Kuda, Samuyus Raih Wisudawan Terbaik S2 FKH Unair
Citra Wisudawan Terbaik S2 FK Unair
Taufik dan Dini, Pasutri Lulusan Berprestasi dari FK Unair
Profesor Bedah Mulut dari Jepang Ini Berbagi Ilmu di Unair
Ika Prastiani Wisudawan Terbaik S1 FKM Unair