Sabtu, 20 April 24

Dwi Soetjipto, Sukses di Awal Kepemimpinan

Dwi Soetjipto, Sukses di Awal Kepemimpinan
* Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.

Obsessionnews Tak salah menjuluki Dwi Soetjipto sebagai sosok CEO yang memiliki kemampuan spesialis meningkatkan performa BUMN. Betapa tidak, di pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia dipercaya memimpin PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dan menjadikan perusahaan itu sebagai salah satu pemain semen di tingkat global. Kini di era Presiden Jokowi, ia didapuk mengomandani PT Pertamina (Persero).

Salah satu hal yang membanggakan dari seorang Dwi Soetjipto adalah kepiawaiannya membawa produk semen nasional menjadi produk yang mendunia. Terbukti, ia telah berhasil memasarkan produk semennya ke berbagai negara, apalagi sekarang Semen Indonesia masuk ke Hanoi, Vietnam. “Itulah salah satu keyakinan kenapa Presiden Jokowi pilih Pak Dwi,” ujar Menteri BUMN, Rini Suwandi suatu ketika.

Tak salah Rini menilai begitu. Terbukti, beberapa saat ia dilantik sebagai Direktur Utama Pertamina, Dwi langsung mengambil gebrakan. Ia langsung membentangkan beberapa strategi bisnis yang akan dilakukan. Ada lima strategi yang akan dilakukan BUMN energi ini.

Pertama, Pertamina mengembangkan bisnis di sektor hulu, kedua adalah peningkatan efisiensi yang memiliki fokus pada procurement, pengolahan, distribusi transportasi dan sale atau penjualan. Ketiga yang akan diterapkan adalah peningkatan kemampuan kilang nasional. Baik dari segi kemampuan, maupun segi kapasitas kilang. Keempat, Pertamina akan fokus pada pengembangan infrastruktur di ritel, seperti memperbanyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umur (SPBU), jaringan dan sistem delivery-nya. Sedangkan yang kelima, Dwi akan melakukan perbaikan sistem cash yang mengacu kepada tekanan investasi yang dijalankan perseroan, seperti tekanan kurs dolar. “Tentu kita akan laksanakan, sudah kita mapping terhadap hal-hal yang harus kita lakukan, menyusun strategi ke depannya,” kata Dwi beberapa waktu lalu.

Dwi 2

Gebrakan lain yang ia lakukan adalah mengawasi secara ketat pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak mentah yang akan diolah dan disalurkan oleh perusahaan. Pertamina tidak ingin stigma ketidakjelasan pengadaan BBM dan minyak mentah terus terdaur-ulang. Terbukti, pada tahun 2015 melalui program pembenahan tata kelola arus minyak (PTKAM), Pertamina berhasil menghemat sekitar US$255,2 juta dalam setahun.

Demikian halnya dalam proses pengadaan minyak dan produk minyak yang sebelumnya dilakukan oleh Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Setelah Petral dinyatakan bubar, Intergrated Supply Chain (ISC) direvitalisasi dan diperkuat kewenangannya. Transformasi ISC yang kini pada tahapan ISC 1.0 dilakukan dengan lima kebijakan utamanya, yaitu menghapus peran perantara, optimalisasi pemanfaatan kapal tanker Pertamina, memberikan kesempatan yang sama kepada semua mitra, evaluasi proses yang transparan, dan penerapan skema pembayaran telegraphic transfer. Tak kurang dari US$208,1 juta berhasil dihemat dari implementasi ISC 1.0 pada 2015.

Mengingat nilai pengadaan begitu besarnya, untuk mencegah adanya conflict of interest, maka telah dibentuk Dewan Pengawas ISC yang isinya adalah direksi dan Direktur Utama Pertamina. Untuk itu, Dwi Soetjipto bersama timnya turun langsung memantau kegiatan ISC secara detil. Pengawas akan melihat apakah harga dan volume BBM dan minyak mentah yang dikelola oleh ISC sesuai dengan ketentuan.

Di sinilah pria kelahiran Surabaya 10 Nopember 1955, ini bersama tim melakukan seleksi ketat mitra ISC dengan membuat kualifikasi. Jika perusahaan calon mitra tidak sesuai, maka ISC tidak boleh bermitra. Sehingga, siapa pun yang sudah masuk boleh menawarkan produk yang sesuai dengan standard Pertamina dan harga yang kompetitif.

 

Nilai Financial Impact

Selain PTKAM dan revitalisasi ISC, terdapat tiga hal utama lainnya yang menjadi bagian dari Breakthrough Project New Initiatives 2015, yaitu Sentralisasi procurement non hidrokarbon, optimalisasi aset penunjang usaha, dan corporate cash management. Beberapa Breakthrough Project New Initiatives ditetapkan oleh Pertamina sebagai upaya serius perusahaan dalam mengatasi tantangan bisnis migas. Total nilai financial impact dari inisiatif-inisiatif dan proyek-proyek terobosan perusahaan di sepanjang tahun 2015 tersebut sebesar sebesar US$608,41 juta atau jauh di atas target sebesar US$500,4 juta.

Pertamina terus melakukan terobosan-terobosan termasuk dalam hal melakukan efisiensi. Pencapaian BTP New Initiatives 2015 yang melebihi target menjadi indikasi positif bahwa program-program dapat berjalan dengan baik bahkan melebihi ekspektasi.

Sentralisasi Procurement non hidrokarbon berhasil dicapai senilai US$90 juta. Adapun, inisiatif lainnya, yaitu optimalisasi Aset Penunjang Usaha dan Corporate Cash Management masing-masing berkontribusi sebesar US$27,8 juta dan US$27,3 juta.

Finansial impak dari Optimalisasi Aset Penunjang Usaha berasal dari cash in dan cost saving baik di unit operasi maupun di kantor pusat. Adapun, finansial impak dari Corporate Cash Management bersumber dari efisiensi pembayaran bunga.

Langkah-langkah terobosan bisnis yang dilakukan Dwi, telah memperlihatkan hasil yang cukup signifikan. Hingga bulan Oktober 2015 Pertamina bukukan laba bersih sebesar 1,39 miliar dolar AS atau setara Rp19 triliun (unaudited). “Di tengah tantangan penurunan harga minyak, hingga akhir Oktober 2015, Pertamina meraih laba bersih 1,39 miliar dolar AS dan untuk pertama kalinya pula, Pertamina mencatatkan angka EBITDA margin sekitar 12 persen. Ini merupakan hasil yang cukup menggembirakan,” ujar Dwi Soetjipto. (Naskah: Sahrudi/Men’s Obsession)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.